Petak 35

853 148 25
                                    

Happy reading!!!
.

.

.

Ricky mengendari mobil dengan sangat kencang di atas rata-rata, apalagi dengan suasana dirinya yang belum tenang dan gugup.

Dretttttt

Dengan cepat ia langsung mengangkat telpon yang masuk dan ternyata itu dari Farhan yang sudah menjemputnya di rumah Fajri.

[Dimana Lo?] tanya Farhan

[Gue gak ada di rumah, otw kerumah sakit] jawab Ricky krasak-krusuk

[Siapa yang sakit?] tanya Farhan penasaran.

[Datang aja ke rumah sakit *****]

Seketika itu juga Ricky langsung mematikan teleponnya dan kembali fokus untuk menyetir. Bahkan ia menambah kecepatan lebih tinggi lagi, berulang kali juga ia membunyikan klakson agar diberikan jalan karena ia terburu-buru sekali.

***
"Fen...," teriak Shandy membuat Fenly panik dan buru-buru menghampirinya.

"Kenapa bang?" tanya Fenly panik.

"Bawa Aji pergi dan itu jarinya obatin!" perintah Shandy khawatir melihat darah segar terus keluar dari jari Fajri.

"Biar gue yang bersihin pecahan gelasnya!" lanjut Shandy mulai membersihkan pecahan gelas yang berserakan dengan hati-hati

"Lebay banget sih bang, gini doang!" elak Fajri.

Namun, Fenly tetap saja membawa Fajri ke teras. Fenly pergi meninggalkan Fajri ke mobil untuk mengambil obat P3K milik Shandy yang selalu tersedia di mobilnya.

"Mana jari lo!" Fenly langsung menarik tangan Fajri yang jarinya terluka.

Tapi Fajri langsung melepaskan tangannya yang dipegang Fenly secara perlahan, "Apa sih, gak usah lebay kayak bang Shan," Fajri menyerobot begitu saja kapas yang dipegang Fenly.

"Gue punya tangan dua, jari sepuluh. Kalau cuman yang kegores dua jari, gue masih bisa sendiri," cerocos Fajri sembari mengobati luka di jarinya.

Mau tidak mau Fenly lebih memilih mengalah, akan sangat panjang kalau debat sama si manusia batu susah buat dikendalikan kalau sedang kumat.

"Lo kenapa ?" tanya Fenly penasaran. Karena nggak mungkin gelas diatas meja bisa jatuh begitu saja.

"Gak tau, tiba-tiba perasaan gue gaenak. Kepikiran mami terus!" jawabnya.

"Itu Lo kangen kali," titah Fenly.

"Iya kali," singkat Fajri, walaupun sebenarnya bukan sekedar kangen yang dirasakan tapi ada sesuatu hal mengganjal yang tak dapat dijelaskan oleh dirinya.

***
Ricky berjalan kesana kemari didepan ruangan UGD tempat Ike dirawat. Mulutnya terus komat kamit entah apa yang diucapkan, dirinya sangat gugup bahkan jantungnya berdegup dua kali lebih cepat daripada biasanya.

"Tempat ini sangat dibenci Aji, bagaimana kalau dia tau?" gusar Ricky mengusap wajahnya dengan kasar.

"Nggak, Aji tidak boleh tau!" seru Ricky dengan suara pelan.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang