Petak 23

681 111 2
                                    

Happy reading!!
.

.

.

Pukul 9 malam Shandy dan Fiki tengah berada di balkon kamar Fiki, Shandy lah yang meminta ke balkon, ia penasaran dengan cerita tadi siang yang dimana dia tidak bisa ikut karena kerja.

Fiki jujur dan menceritakan semua kejadian tadi siang termasuk dengan apa yang diceritakan oleh Fenly. Shandy sedikit merasa bersalah dengan Fajri walaupun sepenuhnya itu bukan salah dia.

"Bang sekarang gue ngerti yang gue maksud waktu itu?" gumam Fiki

"Apa? Kapan?" tanya Shandy

-Flashback on-

Tengah malam menjelang hari pernikahan Rima besok, Fiki tiba-tiba dirundung rasa gelisah dan galau. Entah karena besok adalah moment sakral ia akan mempunyai ayah baru atau apapun itu yang jelas ada yang mengganjal di hati Fiki. Namun, Fiki tak bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat itu.

Ia pergi ke kamar Shandy tanpa permisi, ternyata Shandy masih mendengarkan musik sembari memejamkan matanya duduk di karpet bersandarkan pada ranjang tempat tidurnya.

"Bang?" panggil Fiki pelan membuka kenop pintu.

"Apa?" datar Shandy masih dengan memejamkan matanya.

Fiki berjalan ke tempat tidur milik abangnya dan mengambil posisi tengkurap menghadap ke Shandy. "Perasaan gue kok gaenak ya bang! Gabisa tidur,"

"Alah itu hal biasa, paling gara-gara besok!" ujar Shandy masih tetap sama dengan mata terpejam dan earphone menempel di telinga.

Memang mendengarkan musik adalah cara Shandy menghibur diri dari kesibukan dan lelahnya aktivitas seharian. Bisa dibilang juga rutinitas setiap malam sebelum tidur.

Fiki mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang hingga mempertemukan kepalanya dengan kepala Shandy, matanya menatap langit-langit kamar yang kosong hanya ada lampu menyala.

"Bang gatau kenapa gue kok kayak pernah liat calon ayah kita tapi ga tau dimana!" Fiki mengeluarkan sedikit uneg-unegnya yang ikut mengganjal di kepala

Shandy seketika membuka mata dan melirik ke Fiki, "Ah yang bener Lo?" Fiki hanya mengangguk.

"Alah paling juga orang lain yang hampir mirip!" Shandy kembali memejamkan matanya

"Bisa jadi sih, tapi..." Fiki masih ragu dengan apa yang mengganjal dibenaknya.

"Gatau ah, mau tidur gue!" Fiki bangun dari rebahan lalu kembali ke kamarnya.

Sampai sebegitu linglung kah Fiki, sampai-sampai tidak tau mau berbuat apa. Perasaannya tidak enak tapi tidak bisa dijelaskan.

Baginya saat ini waktunya juga belom tepat, lagi pula ia tidak tahu bagaimana ia harus bercerita kepada abangnya kalau dia sendiri tidak tau seperti apa perasaannya. Dilihat juga abangnya sudah lelah sampai tak ada semangat untuk berdiskusi.

"Gajelas banget punya Adek!" celetuk Shandy.

-Flashback off-

"Terus?" ujar Shandy kembali menatap Fiki

"Gapaham apa maksud gue!" kesal Fiki

"Lo ceritanya setengah-setengah tuyul!" balas Shandy

"Gue waktu itu pernah bilang kayak pernah ketemu ayah tapi gak tau dimana, nah sekarang gue inget gue pernah ngeliat foto ayah itu ada di kamar Aji!" nada bicara Fiki mulai meninggi

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang