Petak 9

714 127 11
                                    

Happy reading!
.

.

.

"Huhhh untung kalian datang tepat waktu, cepet bantuin!" kata Ricky ketika melihat tiga semprul yang tak lain adalah sahabatnya Fajri.

Memang dari tadi Ricky mengontrol Fajri sendirian saat Fajri di urut oleh Mang Arip. Mang Arip ini tukang urut yang dibawa Ricky buat ngurut kaki Fajri yang sakit. Sedari tadi juga Ricky menahan sakit akibat bajunya ditarik-tarik dan tangannya di genggam sangat keras oleh Fajri.

Sebenarnya, mami Fajri ingin sekali menemani dan melihat Fajri. Hanya saja hati Fajri belum terbuka untuk kedua ortunya. Masih ada rasa kecewa walaupun di dalam benaknya ia merasa sedih dan berat harus mengacuhkan maminya.

Tiga bocah yang baru datang itu malah menahan tawa melihat sahabatnya menahan sakit. Mereka berjalan mendekat dan mulai membantu Ricky untuk menggantikan memegangi Fajri.

Tangan kiri Fajri dipegangi oleh Fenly, kaki kirinya dipengangi Fiki. Dan tangan kanannya dipegang oleh zwetson. Karena tak tahu jika tangan kanannya luka, akhirnya tersentuh oleh si Zweitson, Fajri kembali teriak dan membuat Zweitson terkejut.

Fajri terus mengumpat kan kepalanya ke Zwetson yang tengah duduk di pinggir kasur disampingnya. Sesekali keluar teriakan-teriakan histeris dari mulut Fajri yang membisingkan. Ketiga sahabatnya bingung antara ingin ketawa melihat tingkah Fajri tapi juga kasihan sedang kesakitan.

Karena tak tahan dengan teriakan-tetiakan Fajri, Zweitson membungkam mulut Fajri dengan memasukkan sedikit bagian selimut. Dan ketika tiba di proses urut yang terakhir, mungkin bagian puncak kesakitan. Fajri refleks tak sengaja menggerakkan kaki kirinya menjadi lurus yang semula setengah tertekuk. Akibat ulahnya, Fiki terjungkal hingga terjatuh dari ranjang miliknya.

Hal itu disebabkan karena posisi Fiki yang sedang memegang kaki kiri Fajri dan ia juga duduk di ujung ranjang. Sementara Fenly dan zweitson yang melihat kejadian itu justru tertawa terbahak-bahak dan Fajri sebagai tersangka hanya tersentak kaget sembari menahan rasa sakit di kakinya.

Seketika muncul raut wajah kesal Fiki ingin marah dan menampol fajri, hanya saja kali ini ia mengurungkan niat karena melihat sahabatnya yang lagi sakit. Mungkin sakit sekali sampai Fajri refleks seperti itu, Fiki paham betul betapa kuatnya Fajri menahan rasa sakit.

"Fen gua mau nanya sesuatu deh sama Lo!" gumam Fajri pelan, sedikit ada keraguan untuk cerita.

Kini hanya Fenly yang menemani Fajri, sementara Zweitson dan Fiki sudah pergi ke tempat latihan basket setelah Fajri selesai diurut. Begitupun dengan Ricky yang sudah berangkat kuliah, Fenly sengaja menemani Fajri karena tidak tega kalau harus ditinggal sendirian lagi sakit. Bibi nya pun juga sedang sibuk menjaga maminya Fajri.

"Mau nanya apa?" Fenly masih fokus ke layar tv, setelah diurut mereka memutuskan untuk menonton film agar Fajri dapat melupakan rasa sakit.

"Seandainya lu kalau disuruh milih, lu bakal milih bunda lu atau ayah lu?" tanya Fajri pelan dan sangat pelan hingga sedikit terpotong-potong.

Fenly yang mendengar sepenggal kalimat itu sangat terkejut. Dahinya mengernyit dan matanya menoleh menatap tajam Fajri seolah seperti meminta penjelasan.

"Iya... kira-kira Lo bakal milih siapa?" ujar Fajri yang peka terhadap ekspresi Fenly.

Fenly hanya diam kaku, bingung harus menjawab apa dan apa maksud dari pertanyaan yang dilontarkan Fajri.

"Gapapa kok kalau Lo gak mau jawab, karena pertanyaan ini memang gue yang harus jawab bukan Lo," lirih Fajri

Fenly semakin bingung apa maksud dari Fajri, pusing dan pikirannya semakin lari kemana-mana.

The Maze End [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang