57 -Akhir

7.6K 855 114
                                    

Menyenangkan ketika menjadi tokoh utama bahkan dalam kehidupan orang lain.

____

Gladys memutuskan untuk memakai celana dari balik gaunnya yang sederhana. Tak hanya itu untuk berjaga-jaga ia pun menyiapkan beberapa penyihir yang ahli dalam pertempuran. Setelah susah payah membujuk Faustus, akhirnya kepala keluarga Marcielitho itu mau menemaninya menuju bekas arena perang. Meski perasaan Gladys semakin memburuk, ia dengan keras hati tetap ingin menuju kesana, karena tidak mungkin mengikuti pesta yang diadakan saudari tirinya.

Dua hari yang lalu, sebelum kembalinya Gladys menuju mansion Marcielitho ...

Gadis bersurai hitam itu menyeruput pelan teh di cangkirnya. Ia tengah mendengar laporan jika saudari tirinya yang merupakan seorang Putri Mahkota sedang merencanakan adanya pesta, mengingatnya saja membuat Gladys kesal dan gelisah. Membuat keributan memang kebiasaan Kyna, namun membuat pesta, jelas bukan kebiasaan gadis itu bahkan Gladys tau jika Kyna akan jarang membuat perkumpulan antar gadis meski itu temannya sendiri. Sudah pasti sebagian rencana pestanya untuk merendahkan dirinya yang merupakan angkatan selir baru.

Menurut Ratu Althea, pernikahan akan diadakan jika Ethannio sudah menyelesaikan misinya untuk melakukan persekutuan dengan suatu negeri. Daripada sibuk, Gladys pikir Ethan itu adalah tipe laki-laki seenaknya sendiri. Segalanya seolah berjalan lancar sesuai keinginannya tanpa perlu repot-repot. Entah mengapa Gladys merasa, selama perjanjian persekutuan belum resmi, selama itu pula nyawanya masih selamat. Lalu bagaimana setelahnya, Gladys hanya dapat menelan ludah memikirkan untuk bertahan hidup.

Meski menyesal tidak ada waktu untuk itu, jika pun ia mengundurkan diri dari posisinya. Wajahnya akan tercoreng sangat buruk di pandangan orang-orang.

Pintu terbuka dengan kasar saat tiba-tiba Kyna muncul memiringkan kepala, sebuah surat terselip di tangannya yang menyilang di dada. Seringaiannya muncul sebelum langkah kakinya membawa semakin dekat menuju Gladys, dibelakangnya Paula mengekor. Pandangan Kyna menyebar menelisik setiap sudut ruangan mewah milik Gladys sementara para pelayan disana membungkuk hormat memberi salam.

Meski berat, Gladys pun akhirnya bangun memberi salam,"No-..."

"Oh, hai..."

Beberapa pelayan saling pandang saat mendengar Kyna memotong salam dari Gladys. Nona mereka yang bersurai hitam akhirnya dengan kaku menegakkan diri,"sampai repot-repot kemari, apa yang membuat Putri Mahkota datang?"

Kyna mengangguk-anggukkan kepalanya, ia meletakkan dengan pelan surat undangannya,"meski enggan setidaknya sebagai formalitas aku memberimu surat undangan. Haa… aku penasaran apa kutukan itu akan datang ya?"

Suasana tiba-tiba menegang saat Kyna mengatakan itu, Gladys sendiri membeku di tempat. Rasanya setiap detik ia bernafas sangat sulit mengingat kutukan yang terus menghantuinya.

"Bukankah lebih baik Anda duduk terlebih dulu?"tawar Gladys, sangat sulit baginya untuk memutuskan panggilan yang tepat.

Kyna mengabaikan,"aku akan keluar, dahh~"

Gladys hanya mematung di tempat sudah tahu jika Kyna hanya akan mempermainkannya. Kelopak matanya melebar saat berpapasan dengannya, tidak, bukan karena papasan itu tetapi kalimat yang dibisikkan oleh saudarinya yang kejam. Meski sudah tahu, tapi kali ini kalimat itu terucap jelas menunjukkan syarat kebencian.

Aku membencimu, ku harap kamu mati. Senyum Kyna lenyap sejenak saat itu sebelum terpasang kembali saat keluar dari ruangan, ia melambai seraya melangkah pergi diikuti Paula.

Mengingatnya saja membuat Gladys berkeringat sebelum tangan yang hangat menepuk bahunya,"kamu baik-baik saja… cuaca hari ini dingin, mengapa wajahmu berkeringat, nak?"

The Daughter of Villain {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang