Senyummu hilang dan wajahmu menjadi dingin.——
Kedua kelopak matanya terbuka digantikan netra biru kelam yang menyorot di dalam kegelapan. Sosok di depan pintu mengamati dengan toples cemilan di tangannya. Suara kunyahan, terdengar menyebar di penjuru kamar itu. Laki-laki yang sehabis bangun tidur terduduk.
"Ah! Aku tertidur..."
Senyumnya terulas mengingat gadis di waktu beberapa jam lalu. Saudarinya yang bersandar pada pintu tersenyum sinis.
"Ethan mulai gila,"
"Kamu tidak sopan, Athe."
Gadis dengan nama Athe, dia mengunyah makanan di mulutnya dengan netra yang berotasi,"siapa pula yang mengajari?"
"Lupakan." Ethan bangkit menuju pintu di sebelah kamarnya, itu tempat kosong, Athe mengamati Ethan sejenak sebelum pergi tanpa menutup pintu.
"Kyna Marcielitho. Gadis yang manis juga menggemaskan, wah..."
Tangan itu mengukir dinding, beberapa kertas serta canvas ditemani cat air berada di sekitarnya. Berbagai lukisan tercipta abstrak. Ethan mundur mengamati karyanya. Nama Kyna Marcielitho terukir dengan darahnya pada dinding. Dia terkekeh sebelum keluar menutup pintu.
***
Tak!
Keh!
Napas Kyna sedikit terengah, meski sudah beberapa kali mengenai bagian tubuh Alexis, kakaknya itu tiada henti menyerah terus bangkit. Dengan segera Kyna mengarahkan pedangnya pada pedang yang digunakan Alexis untuk berdiri. Laki-laki itu jatuh terjerembab saat pedangnya terlempar jauh.
"Kyna, kamu... Sadistic!"
Adiknya itu melirik ke arah bawah, "kamu kalah,"
Alexis menyerah, dia memilih tengkurap tiduran di atas lantai sampai para pelayan laki-laki membopongnya menuju kamar.
"Selanjutnya aku tidak akan kalah, KYNA!!!!"teriak Alexis dengan tenaga terakhirnya membuat Kyna memejamkan mata mendengar itu.
"Teriakannya seperti wanita meminta tolong,"
"Kyna!"
Gadis bersurai pirang keemasan itu menoleh, didapatinya Faustus berdiri bersama dengan Gladys. Saudari tirinya menggunakan pakaian seperti laki-laki dengan pedang di tangan kanannya. Sementara Kyna, hanya menggunakan kimono santai.
"Ya, Papa."
"Cobalah bertanding dengan Gladys."
Netra emerald Kyna beralih pada Gladys yang memasang senyum padanya. Dih! Najis!
Seraya memejamkan mata, Kyna mengalihkan pandangan,"baiklah."
Faustus mendorong pelan bahu Gladys agar maju melawan Kyna. Mereka berdiri berhadap-hadapan, keduanya memiliki netra yang sama, tetapi tidak dengan sinar di mata mereka. Milik Kyna lebih bersinar daripada mata Gladys. Kedua mata pedang saling mengacung, kuda-kuda mereka mereka pasang sama. Gladys tersenyum sementara Kyna tidak.
"Majulah, Gladys."
Meskipun ragu karena Kyna memintanya untuk maju terlebih dahulu, Gladys menurut, ia berlari mengayunkan pedangnya sebelum dengan kilat mata pedang Kyna mengacung pada lehernya. Gladys yang hendak mengayunkan pedang seketika menjadi kaku, tangannya masih melayang dengan badan masih dalam ancang-ancang menyerang.
"Lamban! Bukankah seharusnya kamu di latih oleh Papa sejak berada di panti?"
Kyna menarik kembali pedangnya, Gladys pun berdiri lemas, belum menyerang saja dia sudah kalah telak. Faustus tersenyum kaku, tidak tahu akan berakhir secepat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Daughter of Villain {END}
FantasyAku tertidur memilih menyerah untuk tidak memainkan game itu lagi. Bagaimana lagi?! ini sudah 10 kali aku kalah!!! Welcome to,"Magic Drama 2" Heh!! Mentang-mentang aku kalah terus, seenak jidat memindahkanku ke dalam dunia game. Ke dalam tubuh Kyna...