62. Hari perpecahan

981 145 142
                                    

Hai, ini Vii hehe
Maaf kelamaan hiatusnya
Btw, upnya nggak bakal teratur ya, sorry:')
Psstt, tolong baca catatan di bagian paling bawah ya
.

.

.

Berhubung sekolah kalian pulang cepet gara-gara ada rapat dadakan, karena nggak tau harus ngapain lagi, kalian mutusin buat makan-makan sekalian mukbang di alun-alun.

Kalian sampe di alun-alun yang emang biasa kalian datengin. Setelah liat keadaan alun-alun, kalian ngehela napas kecewa. Masih siang sih, jadi otomatis belum ada yang jualan.

"Yah, males ah nggak ada yang jualan." Keluh Lisa. Dia udah manyun-manyun nggak jelas sambil nendangin angin.

"Ya gimana lagi, kitanya emang kecepetan." Ucap kamu sambil gidikin bahu.

"Atau mau ke Mall aja?" Tawar Jisoo.

Jennie langsung geleng-geleng. "Nggak, nggak ada duit."

"Sama. Lagi bokek nih gue." Rose nunjukin dompetnya yang nyisa 50 ribu. "Noh cuman segini doang, kalo ke Mall cuman bisa gigit jari gue."

Kalian diem sebentar sebelum kamu nyeletuk. "Yaudah kalo gitu gue traktir, gimana?"

"Jangan bang, lo udah keseringan ntraktir kita, ya meski kita tau lo kaya dan kita udah lama temenan, tapi tetep aja ada rasa nggak enak." Jennie milin ujung jaket yang dia pake sambil natap kamu nggak enak.

Lisa nepuk bahu kamu. "Bener kata Jennie, tapi kalo lu maksa mau nraktir kita sih ya nggak papa juga hahaha."

Kamu bales ketawa. Ternyata mereka nggak kayak temen SD kamu yang dulu sukanya minta traktir tanpa mau traktir balik. Nggak punya malu emang orang begitu.

"Yaudah kalo gitu, jadi gimana nih? Jadi nggak makan-makan?"

Mereka berempat masang raut mikir.

"Emm, jadi lah, masa nggak jadi."

Jisoo ngangguk, setuju sama omongannya Rose. "Nah itu tuh, kita makan bubur aja dulu, ntar kita jalan-jalan sampe sore terus balik lagi ke sini, gimana?" Dia nunjuk warung bubur Pak Sodik yang emang buka 24 jam.

"Yaudah yok."

Kalian ngangguk terus datang ke warung buburnya Pak Sodik yang emang terkenal di daerah sini karena jarang banget tutup dan dianggap penyelamat si pejuang begadang yang kalo siang tidur malem malah bangun terus kelayapan nyari makanan.

"Bubur ayamnya lima ya Pak, makan di sini."

"Siap dek, mangga duduk dulu."

Kalian duduk di meja pojok deket jalan, lumayan lah sambil nunggu buburnya siap bisa ngitung kendaraan yang lewat –meski mirip orang kurang kerjaan.

Kalian sempet ngobrol sebentar sebelum pesenan kalian datang dibawa Pak Sodiknya langsung.

"Selamat makan dek."

"Iya Pak, makasih." Sahut kalian kompak.

"Sama-sama."

Kamu natap bubur ayam di depan kamu yang menggugah selera, namanya lagi lapar dikasih makanan ya auto disikat.

"Anjir Lis, lu sehat kan?!" Sentak Jennie yang bikin orang-orang yang ada di dalam warung natap dia, begitupun kamu.

"Kenapa Jen?" Tanya kamu.

"Ini bang, masa Lisa makan buburnya diaduk?! Kan jijik!" Adu Jennie sambil nunjuk mangkok bubur Lisa yang isinya nggak jelas karena buburnya di aduk.

16 Brothers√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang