69. Sefruit perbedaan... (2)

620 95 149
                                    

Holaaa
Vivi back
Akhirnya Vii bisa buka wp lagi yuhuu🏃‍♀️🤸‍♀️
Hehe
Happy reading semuanyaa😗
.

.

.

"Ayolah Deekk, Abang lagi sakit masa dibiarin kerja sendiri."

Kamu nutup telinga kamu pakai tangan, nggak perduliin Lay yang ngerengek sambil narikin baju kamu kayak anak kecil.

"Adeeekkk~"

"Ish, kan cuman batuk biasa bang. Lagian, Abang kan biasa sendiri." Elak kamu.

"Intinya Abang lagi sakit, temenin Abang ayookk!" Lay makin jadi. Dia mulai nendangin bantal sofa terus guling-guling di karpet ruang keluarga.

Dasar bocah!

"Turutin aja sih, Dek. Pengang banget kuping gue daritadi dengerin rengekan tuh bocah." Sahut Jin.

Kamu decak kesel sebelum berdiri. "Iya deh, ayok buru."

"Yeaayy!!" Sorak Lay. Dia bangun dari karpet terus langsung loncat-loncat kegirangan.

"Katanya sakit, kok bisa loncat-loncat?" Kamu natap Lay sinis.

Lay berhenti seketika terus pura-pura batuk sambil lendotin kamu. "Uhuk uhuk!! Aduh Dek, Abang pusing uhuk uhuk!!"

Kamu muter mata males. Pusing ngeliat kelakuan Abang kamu yang satu ini.

Setelah ganti baju yang lebih sopan, kamu sama Lay langsung cus ke tempat kerjanya Lay di HL Entertainment.

Begitu masuk, kalian langsung disambut sama rangkulan cowok entah siapa.

"Akhirnya lo datang juga. Gue pikir lo nggak dateng gara-gara kejadian ribut kemarin." Ucap cowok itu.

"Nggak lah, gue kan profesional. Lagian, kalau sampe mereka ribut lagi bakal gue depak dari proyek, gue nggak suka orang yang nggak profesional." Intonasi suara Lay berubah jadi lebih tegas dan rendah. Mukanya juga, yang biasanya kayak bocil sekarang lebih kalem.

Kamu nyeringit julid liat perubahan itu. Dasar pencitraan!

"Oh? Ini siapa Zhang?" Tanya orang itu sambil liatin kamu.

"Oh ini, ini Adek gua." Jawab Lay.

Dia nyodorin tangannya minta dijabat. "Kenalin, gua Putra, temennya Zhang."

"Y/n." Balas kamu sambil senyum canggung.

"Cantik betul Adek lu nih." Ujar dia.

"Hahaha, emang." Dia ngelepas paksa jabatan tangan kalian berdua terus bilang. "Lepas. Gua ke sini mau kerja, bukan mau jadi kang comblang."

Putra cengengesan doang sambil ngusap tengkuknya. "Santai dong." Setelahnya, dia ngajak kalian berdua ke lokasi syutingnya.

Syuting dimulai. Kamu milih duduk di pojokan, makanin camilan yang tadi dikasih staf sambil liatin Lay yang nggak segan-segan buat bentak aktris atau aktor yang aktingnya nggak bener.

Lay yang biasanya lola terus dikit-dikit merajuk udah ilang diganti sama Sutradara Zhang yang tegasnya bukan main. Bahkan kamu liat ada salah satu aktris yang nangis karena tadi sempet dimarahin dan diancam bakal didepak kalau masih ribut sama aktris lain.

Hampir 3 jam kamu nungguin Lay. Untungnya di situ ada kursi pijat, jadi nggak pegel meski harus nunggu lama.

"Dek, ayok balik."

Kamu ngangguk terus jalan sama Lay sama temen-temennya ke parkiran.

"Dek." Panggil salah satu temen Lay.

16 Brothers√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang