BAB 13. The second warning

904 47 0
                                    

Aku melawan sinar matahari yang memaksa masuk saat aku hendak membuka mata. Segerombolan cahaya langsung memenuhi penglihatan dan membuatku langsung menutup kembali mataku. Aku mengerang kesal. Dalam hati aku merutuki orang yang membuka lebar gorden itu. Tak lama aku kembali membuka mataku dan terdiam beberapa detik untuk menyadari apa yang telah terjadi beberapa puluh menit lalu. Namun fokusku terbuyar ketika mendengar suara pintu yang dibuka. Menampakkan seorang laki-laki dengan sebuah gelas ditangannya. Dia adalah lelaki yang telah kukenal beberapa hari ini.

"Hi Carley, kau sudah bangun?" tanya lelaki itu sambil memperlihatkan senyumannya seperti biasa. Dan disaat itu pula aku tahu dimana aku sekarang.

"Seperti yang kau lihat," balasku sambil terkekeh. Lelaki itu segera menutup pintu dan menghampiriku. Ia menarik bangku yang berada disebelah ranjang tempat tidurku dan mendudukinya. Seakan telah mengingat semuanya, aku segera melihat keadaan tanganku. Lukanya telah di balut dengan perban sehingga menutupi semua celah pada telapak tanganku. Rasa sakit itu sudah tak terlalu sakit, namun aku masih bisa merasakannya meskipun tidak sesakit tadi.

"Tadi Adam menggendongmu kesini dan dia mengobati tanganmu yang mengeluarkan banyak darah. Apa yang terjadi, Carl? Apa seseorang menyakitimu?"

Aku mengerutkan keningku ketika mendengar Adam-lah yang mengobati tanganku. Mengapa dia melakukan hal itu? Bukannya dia membenciku? Seharusnya dia senang aku mengalami kejadian ini dan seharusnya juga dia tak menolongku. Apa yang diperbuat Adam benar-benar mengagetkanku. Ini terasa aneh. Orang yang terlihat sangat membenciku dan selalu menatapku dengan sinis ternyata bisa menolongku. Mengapa dia tidak menyuruh Isaac saja untuk mengobatiku?

"Carley, apa ada seseorang yang mengganggumu? Apa itu Michael?"

"Bagaimana kau tahu?" tanyaku dengan cepat. Aku melebarkan mataku menatapnya. Isaac menghela nafas lalu menatapku diam. Ia kembali menghela nafas. Ia membutuhkan jeda beberapa detik untuk menjelaskannya.

"Sudah kuduga. Luka di telapak tanganmu sudah jelas bekas sayatan pisau. Dan Michael, aku sudah pernah mengatakannya padamu bahwa dia selalu mencelakai targetnya dengan pisau lipat. Ingat?"

Aku mengangguk pelan. Menurutku tak hanya karena sayatan pisau yang dapat membuktikan bahwa Michael adalah pelakunya. Siapapun sudah mengetahui bahwa dimanapun ada kekacauan disitulah Michael berada. Dia pembuat onar paling berbahaya dan pantas untuk di salahkan atas segala sesuatu, meskipun terhadap hal yang bukan ia perbuat.

"Kau harus minum dulu."

Isaac meraih gelas kaca yang tadi ia letakkan dan menyerahkannya padaku. Aku tersenyum sambil meraih gelas tersebut.

"Terima kasih." ucapku pelan. Isaac mengangguk menanggapinya.

"lima menit lagi akan masuk pelajaran kedua. Apa kau masih ingin disini atau masuk ke dalam kelas?"

"Aku akan masuk," ucapku dengan cepat lalu meletakkan kembali gelas kaca tersebut pada tempat awalnya. Aku bangkit dari tempat tidurku, siap untuk kembali ke kelas. Aku tidak tahu apa yang membuatku begitu berani untuk tetap masuk ke dalam kelas setelah mengalami kejadian tadi pagi. Kukira aku tidak memiliki nyali lagi untuk tetap masuk ke dalam kelas setelah menendang wajah Michael dengan kuat. Aku tahu dia pasti akan membalasnya tiga kali lebih sadis mengingat ia terlihat sangat kesakitan hingga terguling ke lantai saat aku menendang wajahnya.

Aku selalu merasa takut ketika berada di dalam kelas. Bahkan setiap saat. Itu seperti aku berada di roller coaster seharian. Penuh dengan ketegangan dan ketakutan. Aku membenci kelas terkutuk itu beserta orang-orang di dalamnya. Terkecuali untuk Calvin, Perrie, dan mungkin Adam..? Entahlah, aku tak yakin untuk membenci lelaki yang telah berbaik hati untuk menyelamatkanku sebanyak dua kali. Tapi aku akan berpikir ulang ketika mengingat kembali kenyataan bahwa Adam adalah bagian dari orang-orang kejam tersebut. Suatu saat ia pasti akan melakukan kejahatan juga terhadapku. Raut wajahnya yang selalu memberikan kesan dingin terhadap siapa saja membuat lelaki itu terlihat berkali-kali lebih seram.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang