BAB 28. Shopping?

821 38 5
                                    

Real friends are the ones you can count on no matter what. The ones who go into the forest to find you and bring you home. And real friends never have to tell you that they're your friends - Since You've Been Gone by Morgan Matson

Setelah kejadian dimana aku mengakui ketampanan Austin secara-tak-sengaja, lelaki itu terus menerus mencoba menarik perhatianku. Bukannya aku terlalu percaya diri, tetapi itu memang benar. Calvin tahu itu, bahkan semua orang tahu itu. Sikap konyol dan percaya dirinya yang tinggi, berkali-kali membuatku menahan tawa. Dia juga sangat cerewet, sama sepertiku. Dan poin itu membuatku menyukai Austin sebagai teman. Ketika orang-orang merasa bosan dengan ocehannya yang tak berujung, aku akan senang hati meladeninya sampai tiba di ujung tersebut.

"Ayolah Carl, apa kau yakin tidak ingin mengajari pria yang kau sebut-sebut sangat tampan ini?" goda Austin membuyarkan semua konsentrasi yang telah kubangun untuk menjawab soal-soal fisika dihadapanku.

"Murid pindahan dari Prancis yang sangat pintar dan cantik....ayolah, ajari calon kepala rumah tanggamu ini," perkataan Austin barusan bisa saja kuhiraukan bila ia tidak terus melanjutkan perkataannya yang mana membuatku benar-benar buyar. Sudah pernah kukatakan bukan bahwa aku memerlukan konsentrasi tinggi untuk mengerjakan maupun mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan angka. Dan saat ini, aku benar-benar kehilangan konsentrasiku.

Menaruh pulpenku di atas buku tulis, aku membalikkan tubuhku ke belakang. Di sana, Calvin sudah selesai dengan soal pertamanya dan masih fokus mengerjakan soal-soal itu tanpa merasa terganggu sedikitpun. Melihatku, lantas Austin segera mendongak dari posisi malasnya-dimana ia menaruh kepalanya di atas meja-senyuman lebarnya terlihat begitu aku menatapnya.

"Berpikir ingin mengajariku, huh?" tanyanya dengan cengiran.

Well, apa boleh buat. Bila aku terus membiarkannya mengoceh dan membuat konsentrasiku buyar, aku tidak akan bisa mengerjakan soal ini. Terpaksa, aku membuat keputusan mengajarinya sekaligus mengerjakan soal itu bersama-sama. Untuk mempermudah langkah itu, tanpa tahu diri Austin mengusir Calvin dari tempat duduknya dan mempersilahkanku duduk di sana. Calvin mengerutkan dahinya meminta pembelaan. Namun aku hanya mengangguk dengan tatapan 'tak apa Cal'. Menurut, Calvin pun bangkit dari bangkunya dan beralih pada bangkuku.

Austin terus melengkungkan bibirnya ketika aku telah duduk di sebelahnya. Seolah senyuman itu buatan permanen, tak dapat memudar walau sedetik pun.

"Menurut Einstein, energi adalah massa dikali kuadrat kecepatan cahaya. Menurut britannica, energi adalah suatu kapasitas untuk melakukan kerja. Tapi menurutku, energi bukanlah itu semua."

"Oh, ya? Mengapa?"

"Karena energiku hanyalah kau," aku memutar bola mataku sembari terkekeh. "Cepat kerjakan soalnya Austin."

"Jadi, bagaimana kehidupanmu di Prancis?" dengan satu gerakan kepala, aku dapat menangkap jelas wajahnya.

"Bisakah kita bercerita saja dan tidak usah memikirkan soal-soal rumit itu?" mataku sedikit melotot sekarang. Kupikir, keputusan untuk duduk di sebelahnya dan mengajari soal fisika itu adalah pilihan paling tepat daripada meladeni sikap banyak ocehnya saat ini. Untuk pertama kalinya aku menyetujui pandangan Adam bahwa orang yang banyak oceh itu sangat menyebalkan. Oh, apakah aku juga se-menyebalkan Austin? Mungkin itupula yang membuat Adam begitu malas bila berada di sebelahku.

Seketika, pikiranku kembali pada Adam. Lantas aku segera meliriknya yang ternyata telah lebih dulu memperhatikanku. Dengan cepat lelaki itu mengalihkan pandangannya dan kembali fokus pada soal di buku tulisnya.

DEG!

Ritme jantungku begitu cepat ketika kudapati Adam tengah mengamatiku. Aku tidak percaya ini. Apakah itu pertanda baik atau buruk? Seketika ucapan-ucapan Austin yang terus mengalir tak dapat kucerna dengan jelas. Seolah ucapan itu hanya hembusan angin yang berkali-kali lewat. Aku tertegun. Untuk waktu yang cukup lama.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang