BAB 20. The Night

789 39 0
                                    

Calvin mengantarku pulang ketika matahari hendak terbenam di ufuk barat. Menampakkan semburat jingga yang terlihat begitu indah. Aku melambaikan tanganku ketika turun dari mobil milik Calvin. Lelaki berparas asia itu tersenyum sambil membalas lambaianku.

"Hati-hati dijalan, Cal." teriakku saat Calvin telah memutar mobilnya dan hendak melaju pergi.

"Maaf tak bisa menemanimu malam ini," ujar Calvin penuh sesal. aku tersenyum sedikit terkekeh.

"Tak apa. Lagipula Josh akan menginap malam ini. Ngomong-ngomong terima kasih sudah menemaniku ke rumah Perrie."

"Tak masalah," balas Calvin sambil mengisyaratkan bahwa ia akan segera pergi. Aku mengangguk masih mempertahankan senyumanku. Mobil itu melaju lambat dijalanan beaufort, aku terus memandanginya hingga mobil itu mengecil dan akhirnya benar-benar lenyap dari pandanganku.

Langkah kakiku mengiring masuk ke dalam apartement itu yang terlihat sepi. Hanya ada seorang wanita dimeja resepsionis saat ini. Dia Bella, aku cukup mengenalnya sejak kemarin dia menegurku dan mengajakku berbincang cukup lama.

"Hai Bella!" lantas aku menyapa lebih dulu ketika melihat Bella sedang sibuk dengan pekerjaannya. Wanita yang dipanggil itu menoleh, dia tersenyum manis meski terlihat jelas tanda kelelahan diwajahnya.

"Hi Carley!" balas Bella dengan ramah.

"Sepertinya sangat sibuk."

"Oh, hahaha kau salah paham nona, aku hanya mengisi teka teki silang," Bella terkekeh sekarang. Sedangkan aku menunduk malu karena telah salah menebak. Aku menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil ikut tertawa.

"Baiklah, aku akan keatas dulu. Lanjutkan teka-teki silangmu," kataku seraya pamit yang dijawab dengan sebuah anggukan oleh Bella. Aku melenggang pergi melewati koridor yang menampakkan berbagai macam lukisan. Mengalihkan pandanganku setiap kali melewatinya. Aku menyukai semua lukisan-lukisan itu, namun diantara semua yang aku sukai ada satu yang menjadi favoritku. Aku memastikan lukisan yang menjadi favoritku itu masih terpajang disana. Betapa tidak relanya aku bila lukisan itu tiba-tiba menghilang atau dicuri seseorang.

Lukisan itu masih terpajang disana. Berdiri dengan kokoh dan membuatku selalu takjub saat memandangnya. Merasa sudah cukup puas dengan benda kesayanganku itu aku kembali berjalan menuju lift yang jaraknya tinggal 25 langkah dari tempatku berdiri. Tak jauh dari lift tersebut ada seorang pria yang berjalan terseok-seok hendak masuk kedalam lift yang sudah terbuka.

"Tunggu!" teriakku agar orang tersebut menungguku. Aku tak ingin menunggu lama untuk bisa sampai ke aparmenku dan Sesuai harapanku lelaki itu menunggu dan menghentikan liftnya yang akan tertutup. dengan cepat aku berlari dan masuk kedalam lift itu. Ketika aku hendak masuk ke dalam, lelaki tersebut membalikkan badannya dengan posisiku yang masih berada dibelakangnya. Hingga tanpa sadar pria itu membuat jarak yang terlalu dekat diantara kami. Aku mematung ketika merasakan nafas pria itu diwajahku. Pria itu sama terkejutnya denganku, ketika tahu aku berada dihadapannya dengan begitu dekat, ia segera melangkah mundur membuat jarak diantara kami.

"A-Adam?" aku sedikit kaget. Lelaki itu menatapku terkejut. Tanpa sadar aku memandanginya dari atas hingga bawah. Astaga dia sempurna. Merasa tertangkap jelas sedang mengamatinya, dengan cepat aku memutar otakku. Membuat pertanyaan logis agar aku tak mempermalukan diriku sendiri saat dia tahu aku mengamatinya.

"Kenapa kakimu?" tanyaku masih memandangi kakinya yang bengkak dengan warna kemerahan. Bahkan ia hanya memasukkan setengah kakinya pada sandal yang ia gunakan.

"Tak ingat kejadian saat di bus?" tanya Adam balik tapi tetap membantu menjadi jawaban.

Apa?

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang