BAB 22. Birthday (2)

818 38 2
                                    

Seusai dari toilet kami kembali ke kelas. Jam pelajaran telah berbunyi ketika kami masih di toilet. Pelajaran pertama adalah sejarah. Kuharap kali ini akan ada guru yang masuk. Mengingat sering kali Michael mengusir guru yang akan mengajar sehingga kelas kami lebih sering kosong. Padahal begitu banyak materi yang harus dipelajari hingga membuatku belajar lebih ekstra untuk memahami sendiri materi pelajaran tersebut.

Saat tiba di kelas, semua murid telah menduduki kursinya masing-masing. Aku dan Calvin segera duduk dibangku kami. Hari ini Perrie belum bisa masuk, jadi aku kembali meminta Calvin duduk di sebelahku. Ia menyetujuinya dengan senang hati.

Beberapa menit berlalu, tak ada tanda-tanda kedatangan guru yang akan masuk. Selama itu pula, aku dan Calvin mengobrol ringan. Perbincangan kami terhenti ketika Bradley dan Christian tiba-tiba tertarik untuk bergabung bersama. Aku tak menyangka perkataan Calvin mengenai Bradley dan Christian benar. mereka bersikap lebih manis hari ini. Bahkan saat ini mereka sedang mengajak kami mengobrol. Mereka bertanya-tanya mengenai kehidupanku sebelum pindah di London. Kuamati mereka sangat serius mendengar ceritaku dan aku benar-benar berpikir bahwa mereka memang tertarik untuk mendengarkan. sesekali kami tertawa karena candaan yang di lontarkan Christian. Lelaki pirang itu tak terlihat mengantuk kali ini. Oh, aku juga sempat bertanya pada Christian mengenainya yang selalu mengantuk saat di sekolah. Dan yang membuatku merasa makin dihargai adalah Christian mau menceritakan alasannya. Dia bahkan menceritakannya dengan semangat yang menandakan bahwa dia benar-benar tak keberatan tentang itu. Sejauh ini, aku menikmati percakapan ini. Mereka membuatku hariku sangat baik. Tak ada suatu kejahilan seperti yang mereka lakukan kemarin-kemarin. aku bernafas lega seiring dengan percakapan menyenangkan ini.

Ternyata Bradley dan Christian adalah dua orang yang sama-sama menyenangkan. Bradley adalah lelaki yang menyenangkan meskipun dia terkesan blak-blakan. Dia juga selalu tertawa mengenai hal kecil yang menurutku tak lucu. Tapi suara tawa khas miliknya membuat kami semua ikut merasa geli dan pada akhirnya kami akan ikut tertawa meski itu menertawakan hal yang tak penting. Sedangkan Christian, lelaki yang selalu mengantuk di dalam kelas adalah orang yang mengasyikkan. Dan kenyataan setelah mengobrol cukup lama dengannya, aku dapat menyimpulkan bahwa Christian orang terkonyol yang pernah kukenal. Pada saat awal berkenalan denganku dia memang terlihat tak suka tapi hal itu tak kutanggapi dengan serius karena ekspresinya terlihat biasa saja dan tak memperlihatkan suatu kebencian. Berbeda dengan rombongan Michael, Harry, Alex, dan mungkin juga Adam? Yang benar-benar menatapku dengan kebencian yang mendalam. Seolah aku adalah musuh bebuyutan mereka.

Teringat rombongan mereka. Seketika aku menyapukan pandanganku kearah mereka. Astaga! Mereka sedang memperhatikan kami sekarang. Mata-mata jahat lelaki itu tertuju pada satu orang diantara kami yang tak lain adalah aku. Bukan hanya itu, sekarang kulihat semua orang sedang memperhatikan kami. Entah karena apa hal itu. Mungkinkah mereka heran karena saat ini kami berempat sedang bersatu dan membicarakan suatu hal? Atau mungkin pula suara tawa kami terlalu besar untuk jenis kelas sunyi yang hanya dihuni oleh dua belas murid?

"Hahaha kau tahu Carl? Ternyata kau orang yang asik," Bradley membuyarkan lamunanku. Aku hanya tersenyum tipis.

"Yang kuherankan adalah kau Calvin!" Christian mengalihkan pembicaraannya. Seketika kami semua menatap Calvin secara bersamaan. "Aku tak menyangka ternyata kau lebih banyak bicara bila ada Carley," lanjut Christian.

"Ah, benar! Asal kau tahu Carl, Calvin adalah orang paling diam di kelas ini. Andai kata dia diculik, tidak akan ada seorang pun yang menyadarinya."

Kami semua tertawa lepas. Sebisa mungkin aku menahan tawaanku agar tak jadi sorotan murid-murid. Namun hal itu sangat susah, menghentikan tawaan disaat kau ingin tertawa adalah hal yang begitu sulit untuk dilakukan. Jadi, aku menutup mulutku seraya menahan tawaanku. Sedangkan Bradley, Christian, dan Calvin seraya tak peduli dengan pandangan orang-orang sekitar atau mungkin mereka memang tidak menyadarinya. Mereka tertawa lepas hingga tak menyadari bahwa suasana menjadi hening karena semua orang tengah memperhatikan kami.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang