Calvin benar-benar tiba setengah jam kemudian. Setelah memarkirkan mobil ia hampir lupa menutup pintunya bila tidak diteriaki oleh seorang pria bertubuh gempal. Dengan terburu-buru Calvin berlarian menuju bangunan apartemen. Bella yang melihat Calvin berlari terburu-buru hanya memandangnya heran dan berusaha tidak bertanya meski ia merasa sangat penasaran. Calvin menaiki eskalator yang hanya ada dirinya. Sembari menunggu eskalator itu sampai, Calvin menggoyang-goyangkan kakinya tak tenang. Peluh yang mengucur dari keningnya turun perlahan melewati kulit pipinya. Calvin berlari kencang ketika pintu eskalator terbuka. Dengan beberapa langkahan lebar yang ia ambil, ia sampai dan langsung membuka pintu apartemen yang tak terkunci.
Matanya melirik-lirik sekitar. Setelah beberapa langkahan yang ia ambil, barulah Calvin meneriaki namaku. Kepalaku langsung muncul dari balik pintu kamar yang terbuka lebar.
"Astaga, disitu kau rupanya. Aku mencarimu kemana-mana!" ucapnya dengan nafas terengah-engah.
"Well, kau tidak benar-benar mencariku. Kau hanya berdiri disana," sahutku sambil menunjuknya di tempat ia berdiri sekarang.
"Terserah, yang jelas HEY! keluar kau dari sana!"
Aku melongokkan setengah badanku, sampai akhirnya Calvin meneriakiku untuk benar-benar keluar dari kamar.
"Bagaimana ceritanya? Apa saja yang kulewatkan?" nada tanya Calvin penuh desakan dan menuntutku untuk menjawab.
"Saat pulang sekolah dia menyuruhku ke rooftop dan kami membicarakan tentang rencana itu. Maksudku, tidak benar-benar membicarakannya karena dia berkata akan memberitahu rencananya beberapa menit sebelum rencana itu dimulai. Lalu dia mengatakan padaku ingin melalukan sesuatu sebelum rencananya dimulai. Kemudian dia mengajakku untuk makan malam diluar. Bukankah artinya sama saja dengan berkencan?"
"Kau benar! Wah, selamat Carl, kurasa dia juga menaruh hati padamu. Kalian memang cocok. Ngomong-ngomong, aku tidak terlalu paham dengan kencan tapi yang kutahu kau harus memakai dress, high heels, dan make-up, kau bisa melakukan semuanya?"
"Ayahku mengirim dress dan produk make-up sebagai kado ulang tahunku beberapa bulan lalu. Dia mengatakan bahwa sudah sepantasnya aku bertingkah seperti perempuan pada umumnya. Ingatkan aku untuk berterima kasih pada ayahku!" ucapku sambil berlarian ke dalam kamar. Calvin membuntutiku. Aku mengambil kotak kado yang berisi dress berwarna putih. Dress itu berlengan pendek dengan panjang diatas lutut. Warnanya putih dan di dominasi warna hitam dibagian bawah, terdapat manik-manik dibagian warna hitam itu. Terlihat elegan tapi juga kasual. Saat kucoba sebelum Calvin datang, dress itu sangat cocok di tubuhku. Dressnya mengetat memperlihatkan lekuk tubuhku dan aku terlihat lebih kurus saat memakainya.
"Kau bisa berdandan?" Tanya Calvin sambil mengerutkan dahi. Ia melirikku dari atas sampai bawah, tidak yakin. Selama ini penampilanku tidak pernah mencolok. Aku tidak terlalu feminin ataupun tomboy. Tetapi hal itu cukup meyakinkan Calvin bila aku tidak bisa berdandan. Dia selalu melihatku memakai sneakers, jeans, dan kuncir kuda. Aku juga tak pernah berdandan seperti Chloe dan Lilly. Namun aku lumayan memperhatikan penampilanku. Setidaknya aku memiliki lipgloss rasa jeruk. Kabar baiknya, sekarang aku tidak perlu lagi mengandalkan lipgloss itu. Produk make up yang ayahku beri sangat membantu untuk menyukseskan kencan atau makan malam hari ini.
"Belum," aku menggeleng. Calvin membulatkan mata lebar-lebar, siap untuk mengatakan sesuatu namun aku segera menyelanya.
"Tenang, masih punya banyak waktu. Kita bisa melihat tutorial make up di youtube."
Calvin mengangguk lega. Sejenak kemudian ia mengajakku untuk segera melihat tutorialnya. Kami berjalan ke kamarku, menyalakan laptop dan menunggunya beberapa menit hingga terkoneksi pada jaringan internet. Calvin meraih kursi lain dan duduk di sebelahku saat aku menaruh laptop di meja belajar. Tapi kami saling lirik kemudian. Keadaan terasa sangat aneh, kami terlihat uh... tegang? Walaupun tak ada hal yang pantas untuk membuat kami tegang. Karena kami tidak sedang menaiki roller coaster atau apa. Akhirnya aku dan Calvin merubah posisi kami lebih santai. Kami berpindah ke kasur, berguling di sana sambil memperhatikan video tutorial yang akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Between You And Love
Teen FictionCarley Sophia Tompson adalah seorang siswa pindahan dari prancis yang masuk ke sekolah baru di London. tak ada satu pun sambutan baik dari para penghuni kelas tersebut dari anak lelaki maupun perempuan. tapi ada satu pria culun bernama Calvin yang m...