BAB 29. Night Changes

765 44 1
                                    

It doesn't matter how much you flirt the whole day, at night you'll always end up thinking about the one you truly love- Zayn Malik

Dikala senja menampakkan semburat jingganya, sebuah bulan muncul secara bersamaan. Disaat itu pula Calvin pamit pulang dari apartemenku. Setelah berbelanja bersama dan makan malam lebih awal, kami mengobrol cukup lama. Hingga ponsel Calvin berbunyi dan ia mengatakan harus segera pulang.

"Telpon aku bila kau membutuhkan sesuatu, oke?" katanya saat hendak membuka pintu.

"Oke."

Aku mengacungkan jempolku sambil tersenyum. Calvin melambaikan tangannya singkat lalu melesat dari pintu.

"Oh! Jangan lupa mengunci pintu Carl," teriak Calvin ketika sosoknya tak terlihat lagi di depan pintu. Lantas aku segera keluar dari apartemen dan melihat sosok Calvin yang hampir mendekati elevator. Astaga, apakah suaranya akan mengganggu penghuni apartemen lain?

"Tenang saja," balasku pelan-berniat tak mengganggu penghuni lain- Calvin bisa membacanya dari pergerakan bibirku.

"Oke."

Lelaki itu mengangguk mengerti lalu melesat ke dalam elevator. Sebelum ia menutupnya, ia kembali melambaikan tangan dan tersenyum.

Aku menutup pintu ketika Calvin telah menghilang dari pandanganku. Tak lupa juga aku menguncinya, seperti yang disarankan oleh calvin maupun Josh. Bahkan Calvin sangat mirip dengan Josh. Mereka selalu mengingatkanku hal yang sama 'jangan lupa kunci pintunya' seperti ada orang yang akan menculikku saja.

Berkata soal Josh, aku baru ingat bahwa ia akan menemaniku malam ini. Sepulang ia bekerja, ia akan menginap di sini dan kami akan membicarakan mengenai kado darinya. Sungguh, aku sudah tidak sabar mengenai kado itu. Kado tersebut akan menjadi pengalaman hebat yang telah kuimpikan selama ini. Tanpa kusadari ternyata senyumanku melengkung di bibir. Dengan cepat aku meraih handphoneku yang terletak di atas bufet hendak menelpon Josh. Ini terburu-buru memang. Tapi aku ingin mengingatkannya lagi agar tak terlambat datang kemari. Aku terlalu bersemangat.

Tepat ketika aku akan menelpon Josh, aku mendapat panggilan masuk darinya. Panjang umur! Begitu yang dikatakan orang-orang ketika kau sedang memikirkan seseorang dan orang tersebut muncul.

"Halo Josh!" sapaku dengan girang.

"Halo Carley, bagaimana harimu?"

"Baik, seperti biasanya. Aku berbelanja dengan Calvin hari ini dan Calvin membuatnya sangat menyenangkan," jawabku antusias.

"Itu bagus. Um, dengar Carl, aku tidak bisa menemanimu malam ini. Aku tahu kau kecewa, aku sangat minta maaf. Tapi aku berjanji akan menemanimu besok, oke? Dan secepatnya kita akan membicarakan tentang kadomu. Aku janji. Dan saat ini, aku sedang terburu-buru. Maafkan aku."

Seketika raut wajahku berubah menyeluruh. Aku terpaku mendengar perkataan maaf Josh di telepon. Bahkan Josh sama saja sibuk seperti orang tuaku. Aku mengangguk kecewa meski Josh tidak bisa melihatnya.

"Tentu, kau tidak perlu meminta maaf."

"Sekali lagi aku minta maaf. Aku harus pergi sekarang. Dan jangan lupa kunci pintu apartemenmu, Carl."

Tut.. tut.. tut...

Sambungan terputus. Aku mendesah panjang sambil mendudukkan diri di sofa. Aku mengerti keadaan jos, dia sangat sibuk. Tak sepantasnya aku merasa kecewa seperti ini. Tapi perasaanku menunjukkan rasa sedihku secara terang-terangan. Seolah wajar saja bila aku kecewa karena janji yang dibuat Josh. Menghela nafas panjang, aku beranjak menuju kamarku. Berniat untuk belajar pelajaran esok. Lalu menunggu malam berganti dan mendapati diriku tertidur dengan buku-buku yang ada dihadapanku.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang