BAB 15. Bad News

794 43 0
                                    

Hari ini Calvin menawarkan diri untuk mengantarku pulang. Calvin berkata bila ia dengan senang hati bisa mengantar dan menjemputku bila aku mau. Itu sebuah kemurahan hati yang kuhargai. Namun aku tak bisa menjadikannya repot hanya untuk mengantar jemputku. Walaupun Calvin tidak keberatan seperti yang dia katakan. Tapi aku berkeras agar dia tidak melakukan hal yang membuatku merasa merepotkan. Aku selalu berusaha untuk melakukan apapun yang bisa kulakukan dengan sendiri, tanpa melibatkan orang lain. Dan itu membuatku seperti tak memiliki beban karena tidak merepotkan orang lain. Jadi, dengan sopan aku menolak tawaran Calvin yang sepertinya sangat berharap agar aku mau.

Calvin sangat memaksa. Ia mengatakan hanya akan mengantarku untuk hari ini dan dia juga mengatakan ingin main ke rumahku bila aku tidak keberatan. Aku pikir itu ide bagus. Kami bisa melakukan banyak hal bersama seperti mengerjakan tugas atau oh! Aku baru ingat bahwa kami belum makan siang ini. Jadi, kupikir aku akan mengajak Calvin memasak lagi untuk makan siang kami sesampainya nanti.

"kurasa kita harus masak untuk makan siang," kataku sambil berjalan menuju lapangan. Aku merasa tak sabaran sekarang. Lantas aku mempercepat irama langkahanku. Calvin yang sedari tadi mengiringiku, ikut mempercepat langkahannya pula.

"Itu ide bagus. Apa menunya kali ini?" tanya Calvin ikut senang.

"Entahlah. Yang jelas tidak berhubungan dengan tomat," kataku memberitahu. Aku melirik Calvin dan akhirnya kami terkekeh. Masih jelas kejadian kemarin, saat aku dan Calvin memasak dan ia memotong tomat dengan bentuk tak jelas hingga hampir hancur. Memasak sesuatu yang berhubungan dengan tomat bukanlah ide bagus untuk Calvin. Juga untuk masakanku.

Aku menggiring langkahanku menuju belokan di kiri. Sedangkan Calvin hanya terkekeh pelan sambil menunduk malu.

"ngomong-ngomong bagaimana kepalamu? Masih terasa sakit, kah?" kataku mengalihkan pembicaraan. Calvin yang berjalan mengiringiku melihat keadaan sekitar sedikit bingung.

"Oh, ini tidak terasa sakit lagi. Tak apa."

"Aku merasa tidak enak padamu, sekali lagi maafkan aku," kataku menyesal. Aku tak bisa menerima hal yang membuat Calvin ikut terluka karenaku. Aku tak ingin ia menjadi sial karena berteman denganku. Oleh karena itu, aku memutuskan apapun yang terjadi padaku, Calvin tidak boleh membantu.

"Haha tidak apa Carl, itu bukan salahmu. Harry memang seperti itu orangnya. Aku sudah sering diperlakukan seperti ini. Ingat perkataanku di ruang kesehatan? Aku sudah terbiasa."

Calvin menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil terkekeh. aku terdiam. Aku tak menyangka bila Calvin begitu memprihatinkan. Ia tidak pantas mendapat perlakuan kasar seperti itu. Aku sunguh tidak mengira, manusia mana yang selalu mem-bully-nya hingga ia tidak pernah bersahabat dengan siapapun. Benar-benar menyedihkan.

"kalau begitu berteman baiklah denganku" ucapku sambil tersenyum. Calvin mengangguk cepat sambil tersenyum yang mana hal itu tambah membuat Calvin merasa semakin malu. Ia terkekeh sambil menunduk. Tapi tak lama ia kembali menatap jalanan yang kami lewati dengan sedikit aneh.

"Boleh aku bertanya?" tanya Calvin. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk. "Kau mau meminjam buku?"

"Apa?" tanyaku sambil mengerutkan kening dan akhirnya menggeleng.

"Haha jelas tidak Cal. Kita akan ke parkiran mengambil mobilmu," jelasku yang dibalas cengiran oleh Calvin. Ia menghentikan langkahannya dan tertawa beberapa detik kemudian.

"Ini bukan jalan menuju tempat parkir Carley, tapi ini jalan ke perpustakaan hahaha mengapa kau bisa lupa padahal kemarin kita baru saja melewati jalan parkiran."

"Oh! Hahaha maafkan aku, aku benar-benar payah dalam mengingat jalan Cal serius. Baiklah, kau yang memimpin," kataku mempersilahkan Calvin berjalan lebih dulu. Tapi akhirnya kami berjalan beriringan lagi. Melewati koridor sepi, aku dan Calvin berjalan santai hingga akhirnya sampai pada lapangan parkir yang luas. Puluhan mobil yang tadinya terparkir banyak yang telah pergi. Hingga keadaan lapangan saat ini terlihat sepi dengan beberapa mobil yang masih terparkir. Salah satu mobil-mobil yang terparkir itu terdapat mobil milik Perrie. Aku melihatnya yang hendak masuk ke dalam mobil biru. Secara spontan aku manggilnya.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang