Dua hari kemudian adalah hari paling sibuk untukku. Pasalnya, aku harus mengemas semua barang-barangku dan membersihkan segala bagian apartemen ini. Beruntung Calvin berbaik hati untuk membantuku. Aku berdiri sambil mengamati tumpukan kardus yang mengelilingiku.
Buku-buku, barang-barang, dan pakaian. Semua sudah beres. Tetapi...Ugh, kami masih harus membersihkan apartemen ini. Calvin tersenyum sambil menyeka keringatnya di kening. Sama halnya denganku, keringatku sudah mulai mengucur di tubuh. Kakiku terasa pegal karena terus bersilang sembari memasukkan barang-barang di lantai tadi. Calvin keluar dari kamarku, entah kemana. Dan saat itu, aku menggulingkan tubuh di kasur, sangat lelah. Tubuhku kembali terasa panas, seakan pendingin ruangan tak berfungsi sama sekali. Keringatku kembali mengucur dan aku memejamkan mata sesaat.
"Lelah, huh?" mataku terbuka saat mendapati Calvin telah berada di hadapanku sambil menyodorkan minuman kaleng yang tadi ia ambil. Aku bangkit dan mengubah posisi menjadi duduk sembari menerima minuman itu. Calvin duduk di sebelahku. Suara minuman yang kami buka terdengar sangat khas.
Sensasi dingin minuman itu terasa menyegarkan. Aku meneguk minuman itu berkali-kali hingga tak menyisakan setetes pun. Rasa dinginnya seperti membeku di tenggorokanku.
"Aku tak ingin ketika kau meninggalkan kaki dari negara ini, kau membawa kebencian yang membekas akibat kesalahpahaman. Apa kau ingin aku menceritakannya sekarang?"
Untuk beberapa saat, aku terpaku dalam keseriusan ucapan Calvin. Aku menatap Calvin dalam kekosongan. Mataku tak berkedip dan semuanya terasa kosong. Tak ada rasa terkejut saat ia mengatakan 'kesalahpahaman' tak ada reaksi ketika aku menyadari semua pertanyaan yang mengempul setiap detik di pikiranku bisa segera terjawab. Pertanyaan yang selama ini kusimpan dan tersimpan, akhirnya kembali mengempul meminta agar tabir itu tersingkap.
"Semuanya...tidak seperti yang kau bayangkan," katanya lagi dengan nada rendah. Aku masih tidak bereaksi. Tak ada respon apa-apa yang di tunjukkan tubuhku. Seperti orang linglung, aku hanya menatap Calvin dalam diam. Kami hanya saling pandang dalam waktu yang lama, seperti orang aneh. Dan hal itu terhenti ketika bel apartemen berbunyi. Aku beranjak dan langsung membuka pintu. Hingga saat kubuka, nampaklah sosok Josh disana.
"Halo," sapanya dengan senyum girang.
"Halo," balasku.
"Kau sudah mengemas barangmu?"
"Ya, Calvin membantuku. Tapi kami harus membersihkan apartemen ini."
"Baiklah, aku akan membantu. Jadi, bagian mana yang dimulai lebih dulu?"
"Mungkin kita harus membersihkan debu-debu terlebih dahulu?" gumamku sambil berpikir.
"Ide bagus. Aku akan memulainya," Josh segera ke dapur dan mengambil beberapa peralatan dengan semangat. Setelah ia kembali, disaat itu pula Calvin menghampiri kami.
"Hei, Josh! Kau ada disini juga rupanya."
"Tentu bung."
"Kalau begitu aku akan membantumu."
Masing-masing dari kami membersihkan bagian yang berbeda, Calvin membersihkan bagian ruang tamu. Josh di bagian dapur dan aku di bagian kamarku.
Aku menyolek jendela kamar dengan jariku. Jendela itu tak memperlihatkan perbedaan. Tak banyak debu disini. Alasan utamanya karena ini kamarku dan aku selalu membersihkannya. Berbeda dengan ruangan lainnya yang hanya sesekali kubersihkan. Sekarang Calvin dan Josh sedang berusaha melawan tumpukan debu-debu itu seiring bunyi vacum celaner yang terdengar dari luar. Seusai membersihkan debu-paling mudah-dan tak memakan waktu lama, aku memilih melanjutkan aktivitas untuk menyapu. Dan dalam hal ini, debu-debu dan semacamnya terlihat banyak di bawah kasur dan lemari. Aku menyapu bagian bawah kasurku, sebuah benda terasa terkait saat aku menyapu. Saat benda itu muncul dari bawah kasur, aku mendapatkan tas yang terakhir kali kupakai saat kencan. Tas itu terasa berat, mungkin masih ada beberapa barangku disana. Aku tak terlalu memperhatikan saat itu karena terburu-buru hingga melemparnya ke sembarang arah. Di bagian sisi lain, aku menemukan kalung amethys yang kugunakan juga saat kencang. Oh, aku penyimpan yang buruk. Dalam hati aku berjanji tak akan lagi menguntal barang-barangku seenaknya. Menaruh barang-barang itu di atas meja belajar, aku kembali melanjutkan aktivitasku hingga membuat apartemen itu benar-benar bersih.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Between You And Love
Novela JuvenilCarley Sophia Tompson adalah seorang siswa pindahan dari prancis yang masuk ke sekolah baru di London. tak ada satu pun sambutan baik dari para penghuni kelas tersebut dari anak lelaki maupun perempuan. tapi ada satu pria culun bernama Calvin yang m...