BAB 41. Why do you think so? (2)

590 39 4
                                    

Meski Perrie sudah tak terlihat lagi dari pandanganku, tapi aku masih melihat jejak terakhir kali sosok itu menghilang di dekat pintu. Aku tahu kemungkinan aku bukanlah tipe Adam. Tapi apa yang melandasi Perrie berpikir demikian? Apakah ia memiliki perasaan terhadap Adam? Atau itu hanya serangan agar aku menjauh dari Adam? Aku bisa saja menghiraukan perkataan Perrie barusan dan menganggapnya tak pernah mengatakan itu, namun pertanyaan itu selalu menari-nari di pikiranku yang menyebabkanku mau tak mau terus memikirkannya. Bagaikan kertas yang melayang saat angin datang, pikiranku terbawa jauh ke tempat asing yang tak pernah kudatangi bahkan kulewati sekalipun, membuatku menemukan asumsi-asumsi baru tentang tempat tersebut. Seperti itulah kejadiannya saat ini, aku berasumsi bahwa Perrie membenciku, sehingga ia mengatakan hal-hal yang membuatku kecil agar aku tak memiliki teman selain yang ada. Aku ingat pertama kali saat aku melakukan komunikasi dengan Perrie, dia mengatakan bila aku tak akan bertahan lama di sekolah ini. Kelakuan teman-teman kelasku tak ada yang ramah, hingga akhirnya Adam menentang perbuatan kejam mereka dengan alasan 'keselamatan Michael' dan saat itu, tak ada lagi yang nengerjaiku habis-habisan seperti sebelumnya. Berdosalah aku memiliki pemikiran seperti ini, entah mengapa aku terus menerus memikirkan bila Perrie masih mempunyai alasan untuk mendepakku dari sekolah ini. Dan dia merupakan satu dari Harry, Alex, dan Michael yang tak menyukai gagasan Adam tentang 'keselamatan Michael' walaupun mereka menyadari perkataan Adam ada benarnya.

Keadaan yang sunyi di kelas menyebabkanku tambah asyik melamun, membuka peluang bagi memori-memori dahulu untuk kembali berputar layaknya piringan hitam yang baru dibeli. Sebagian memori ingatanku memang tak mengingat percakapan apa saja yang dikatakan Adam maupun Perrie saat aku memergoki mereka bertengkar di kelas. Itu bagian paling mengerikan yang pernah kusaksikan, maka dari itu aku menganggapnya tidak penting dan tidak pernah mengingat kejadian itu lagi. Barangkali hal itu pula yang membuatku tidak benar-benar tahu apa yang mereka pertengkarkan, sehingga kembali muncul asumsi-asumsi baru yang saling berkaitan dan menurutku agak logis yaitu, Perrie mencoba menyuruh Adam untuk menjauhiku dengan alasan bila dia akan menyakitiku. Adam menolak dan Perrie memaksa. Sehingga terjadilah adegan saling teriak di dalam kelas yang hanya ada mereka berdua. Yah, seperti itulah analisaku tentang landasan berpikir Perrie mengenai perkataannya. Memang tidak terbukti ke absahannya namun cukup logis bila dikaitkan dengan hal-hal yang ia lakukan.

Tiba-tiba saja, entah sejak kapan, Calvin sudah berada di sebelahku. Duduk di bangku Perrie dan menepuk pundakku pelan.

"Pagi Carl," tanpa rasa kaget, justru aku menoleh bingung.

"Dari mana kau datang?"

Calvin menaikkan satu alisnya sambil melirik pintu. "Dari pintu?" balasnya yang terdengar seperti sebuah pertanyaan.

"Bukan itu maksudku, duh! Pertanyaannya salah," aku menepuk keningku sambil memijatnya pelan. Mungkin berpikir keras saat pagi bisa menganggu sedikit saraf otakku untuk kembali bekerja dengan baik.

"Ya?"

"Maksudku, kapan kau datang?"

"Baru saja, apa kau tidak merasakannya? Padahal aku memanggilmu ketika berada di depan pintu."

"Benarkah?" aku mengerjap beberapa kali. Maksudku, waw! Ini hebat. Apa yang terjadi padaku? Hanya memikirkan landasan berpikir Perrie saja bisa membuatku melupakan dunia? Terdengar tak rasional.

"Apa yang kau pikirkan? Kau tahu? Kau aneh akhir-akhir ini. Pertama, aku tak pernah lagi mengantarmu pulang. Itu terdengar tidak penting, tapi biasanya memang seperti itu. Kedua, kita jadi jarang bermain dan ini sangat penting karena sebelumnya kita selalu menghabiskan waktu bersama. Sebenarnya apa yang sedang kau kerjakan? Dan ketiga, aku mengirimu pesan semalam, dan kau tidak memberiku alasan selain balasan 'maaf Cal, aku tidak bisa' Padahal aku bosan setengah mati di rumah. Kau tahu kita selalu bermain bersama baik itu pulang sekolah bahkan hingga malam hari, dan bang! Ketika aku tak melakukan banyak hal tanpamu semuanya menjadi tidak seru. Ayolah kau pasti mengerti itu."

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang