BAB 21. Birthday

817 40 0
                                    

KRING......KRING.....KRING.....

Bunyi alarm itu memekakkan telingaku. Akibatnya, aku terkesiap dan menegang di tempat tidurku. Dengan malas aku mengucek mata sambil menguap. Rasa kantuk masih menguasaiku. Namun dengan cepat aku menggeleng kepala, berusaha menghilangkan rasa kantuk itu. Jam dinding menunjukkan pukul enam tepat saat aku meliriknya. Maka dengan malas aku beranjak dari tempat tidurku dan mengambil handuk untuk mandi. Sangat sadar akan kejadian kemarin yang membuat hariku sial setengah mati karena terlambat, Aku tak akan mengulanginya. Seakan terkapok dengan kejadian yang membuat hariku hancur itu, aku tak segan memasang alarm setiap hari.

Air shower mengalir dengan tenang disekujur tubuhku. Membasahi setiap cela yang ada di tubuhku secara perlahan. Dinginnya air yang terus mengalir itu membuat diriku bergidik kedinginan. Namun sangat segar hingga membuatku merasa lebih fresh. Setelah membilas tubuhku yang dipenuhi dengan sabun, aku segera menyudahi acara mandiku dan meraih bathrobe yang tergantung.

Aku merasa sangat segar sekarang. Rasanya seluruh penat di tubuhku telah hilang ketika sang surya memancarkan sinarnya. Aku menghirup nafasku dalam. Merasa sangat menghargai hidup di setiap tarikan nafasku, mensyukuri betapa beruntungnya aku telah lahir di dunia ini. Aku tak tahu ada apa denganku hari ini kurasa otakku sedang konslet atau apa. Padahal aku sangat ingat bahwa semalam kepalaku tidak terbentur yang menyebabkanku agak sedikit berbeda. Well, aku hanya sedang mensyukuri hidup sekarang. Tak terlalu aneh. Semua orang pernah melakukannya di waktu yang tak pernah terduga.

Aku tersenyum menatap diriku dicermin. Memandang tubuhku dari atas hingga bawah dengan detil. Betapa beruntungnya aku mempunyai tubuh yang sehat. Sesuatu yang selalu kusyukuri terlebih lagi aku adalah wanita yang dilahirkan tanpa kecacatan sedikitpun. Aku kembali tersenyum kepada diriku sendiri.

"Hallo Carley!" sapaku pada diri sendiri. Tak lama aku terkekeh geli. Sungguh aneh kelakuanku hari ini. Aku merasa sangat senang tanpa sebab dan terus bersyukur atas apa yang aku miliki selama ini.

Melupakan segalanya sejenak, aku kembali melanjutkan aktifitasku. Tentu aku tak ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan memandangi diri di depan cermin, bisa-bisa aku kembali terlambat seperti kemarin dan kembali pada zona paling buruk. Dengan segera aku mencolokkan hairdryer dan mulai menghidupkannya. Mengeringkan rambutku dengan perlahan agar tak membuatnya menjadi kusut. Setelah selesai, aku segera mengambil baju yang menurutku nyaman dikenakan hari ini. Berhubung aku masih merasa dingin seusai mandi, aku memilih baju putih berlengan panjang dengan motif garis-garis horizontal berwarna hitam. Simple memang. Tapi itu adalah salah satu baju ternyamanku yang pernah ada.

Hari ini, seluruh murid di SMAku diperkenankan untuk memakai pakaian bebas. Peraturan sekolah, seragam hanya dikenakan hari senin sampai dengan kamis. Sedangkan sekolah membebaskan murid memakai baju bebas di hari jum'at. Namun dengan satu syarat. Bahwa pakaian yang dikenakan masih harus sopan dan pantas.

Aku rindu memakai pakaian bebas ke sekolah. Selama aku bersekolah, baru saat inilah aku berada di sekolah yang mempunyai peraturan memakai seragam. Awalnya sedikit aneh menurutku ketika mengenakannya. Namun lama kelamaan seragam itu menjadi kebanggaanku. Disaat orang lain menganggap biasa seragam sekolahnya, aku merasa sangat istimewa ketika mengenakannya. Bukan hanya karena pertama kalinya aku memakai seragam tapi seragam jugalah yang menjadi saksi pendidikanku selama menuntut ilmu. Kelak suatu saat nanti aku akan merindukan seragam itu. Ketika lima tahun mendatang atau ketika aku tak dapat memakainya lagi disaat harus kuliah.

Setelah aku memakai baju, aku kembali berjalan ke meja rias. Memakai bedak padat dan sedikit lipgloss rasa jeruk yang membuat tampilanku terlihat lebih segar. Sebagai akhir, aku kembali menyisir rambut yang kubiarkan tergerai.

Suara jarum jam yang sedang berjalan seakan menyadarkanku dari hal yang membuatku terus terpaku dihadapan cermin. Sadar tak dapat berlama-lama aku segera bergegas ke dapur dan membuat omlet untuk sarapanku hari ini. Di lengkapi dengan segelas susu vanila. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk menyediakan sarapanku. Membuat omlet di pagi hari sudah sangat terbiasa kulakukan hingga aku bisa membuatnya dengan waktu yang cukup singkat.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang