BAB 33. The chef

751 42 0
                                    

Josh memainkan alisnya sambil menyeringai jahil. Lagi-lagi ia melirik Adam singkat seakan mengatakan padaku 'siapa pria disampingmu?' tahu maksud Josh, aku memperkenalkannya pada Adam. Aku tak membiarkan Josh berpikir lebih jauh mengenai siapa itu Adam karena aku tahu pastilah Josh akan menggodaku sesudah ini. Berjalan mendekat, Josh mengulurkan tangannya pada Adam sambil menyelipkan senyuman tipis. Adam tampak malu. Ada rona merah dikedua pipi tirusnya dan itu membuatnya terlihat begitu menggemaskan. Membalas jabatan Josh, ia ikut tersenyum.

"Ha-halo Josh, a-aku A-Adam. Adam Levithan," untuk beberapa detik, aku dan Josh saling pandang. Kemudian beralih melirik Adam yang tampak malu. Ia menundukkan kepalanya sambil mengusap tengkuknya yang tak gatal. Dan hal itu lagi-lagi membuat aku dan Josh saling pandang. Kenapa dia?

"Halo Adam, teman sekolah Carley?" kata Josh akhirnya. Mengerti tingkah Adam yang bisa dikatakan nervous, Josh berusaha membuat suasana lebih santai dengan cara menyalakan televisi, berharap suara TV itu membuat Adam tak terlalu gugup. Setidaknya bukan suara Adam saja yang hanya terdengar dikesunyian ruangan ini.

"I-iya," jawabnya sambil mengangguk.

"Selain temanku dia juga tetanggaku," seruku membantu Adam menjawab. "Apartemennya tepat berada dihadapan apartemenku," lanjutku.

"Waw, itu sangat kebetulan! Kalian bisa pergi bersama ke sekolah."

"Ya, hampir setiap hari kami pergi ke sekolah bersama," balas Adam, terlihat sudah bias menyesuaikan keadaan. Ia tak lagi terlihat gugup ataupun malu. Setidaknya, Adam tak lagi menundukkan kepalanya seperti yang tadi ia lakukan untuk waktu yang cukup lama.

"Itu bagus. Jadi aku tak perlu mengkhawatirkan Carley bila dia akan tersesat. Kau tahu? Dia mudah sekali tersesat. Aku hanya khawatir bila sewaktu-waktu dia tersesat di London dan tak tahu jalan pulang hahaha."

Adam ikut tertawa dengan candaan renyah Josh. Siapa tahu bila hal itu benar-benar membuat Adam kembali nyaman dan menikmati perbincangan ini? Meskipun aku tahu yang menjadi bahan utama candaan ini adalah aku. Aku hanya menggembungkan pipiku, cemberut.

"Benar, Carley begitu mudah tersesat. Bahkan di lingkungan sekolah sekalipun," timpal Adam.

"Astaga Carley, aku benar-benar mencemaskanmu sekarang."

Tawaan keduanya kembali pecah seiring dengan raut wajahku yang tampak makin sebal. Keduanya menatapku sambil tertawa. Dan untuk alasan itu, aku pura-pura menghiraukan mereka dengan cara mengutak-atik handphoneku. Membuka sebuah aplikasi permainan dan mulai memainkannya. Itu lebih baik dari pada aku harus mendengar suara tawaan dua orang yang sedang menertawakanku.

Tapi bagaimanapun fokus yang kugunakan untuk memainkan game itu, aku masih dapat mendengar perbincangan keduanya yang kemudian beralih topik. Josh menanyakan beberapa hal tentang Adam, tentang kehidupannya, dan oh! keluarganya. itu sedikit mengejutkanku ketika Adam menjawab semua pertanyaan itu dengan santai. Kukira ia akan marah ketika siapapun membicarakan tentang keluarganya, terutama ibunya. Karena Josh cukup menanyakan banyak hal yang berkaitan dengan ibu Adam. Dan Adam menjawab pertanyaan itu seperti tak ada yang terjadi diantara ia dan ibunya.

Yang sedikit mengejutkan adalah keduanya bisa langsung dekat dalam beberapa menit. Tak heran bila itu dapat terjadi, sebelumnya Josh adalah orang yang begitu ramah, baik dan juga bersahabat meskipun umur kami berbeda jauh. Ia dapat membuat siapa saja nyaman dengannya dan itu membuatku bersyukur berkali-kali. Mengingat sikap awal Adam yang tampak begitu gugup dan malu ketika bertemu Josh. Sesekali mereka tertawa dengan candaan yang dilemparkan Josh. Lalu Adam membalasnya di menit-menit berikutnya, mengingat tadi pagi Adam sempat bercanda padaku saat di lift, dan candaannya tidaklah buruk.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang