Waktu berjalan dengan cepat hingga tak memberiku waktu untuk menatap kembali beberapa detik lalu yang telah terjadi. Tak terasa sekarang sudah masuk jam pelajaran ketiga dan aku berniat untuk masuk ke dalam kelas. Seperginya aku dari rooftop, aku hanya berada di dalam toilet. Aku tak tahu apa saja yang kulakukan didalam sana hingga tak terasa waktu telah berjalan dengan cepat. Yang kuingat, aku hanya memandangi diriku di depan cermin dan merasakan semua perasaan aneh yang bercampur menjadi satu.
Tidak, aku tidak boleh lagi merasa sedih karena ucapan Adam. Aku harus berani tanpa pembelaan darinya. Lagipula aku tidak membutuhkan itu. Aku akan berusaha untuk melindungi diriku sendiri, dan aku tidak boleh seperti ini. Beberapa hari berada disekolah ini aku selalu meninggalkan kelas karena ketakutan. Aku meninggalkan banyak pelajaran yang mana tidak pernah kulakukan sebelumnya. Mulai detik ini aku harus berani melawan rasa takutku. Lagipula Michael tak akan berani melakukan tindakkan kekerasan lagi padaku. Mungkin sedikit bully tak menjadi masalah besar.
Ketika aku masuk ke dalam kelas semua orang telah duduk rapi dibangku masing-masing. Keadaan kembali sunyi ketika aku masuk. menghiraukan semua pandangan ganas yang tertuju padaku, lantas aku berjalan kembali menuju bangku dan meraih buku biologi. Aku membuka lembar buku tersebut dan pura-pura membaca. Meskipun sebenarnya aku tidaklah membaca. Aku hanya mengalihkan rasa takutku, merasa was-was bila saja Michael CS kembali menggangguku.
"Dengar semuanya."
aku menoleh ketika seorang laki-laki berambut keriting bernama Harry itu telah berdiri di depan kelas meminta perhatian. Semua orang berpandangan heran, penasaran dengan apa yang akan dikatakan Harry.
"Sejak pertama orang itu masuk," Harry menunjukku Dengan raut wajah yang datar namum menyeramkan. Ia diam sejenak sambil menatapku tajam. "Kita belum pernah memberi peringatan padanya. Semua itu gara-gara Adam!" lelaki itu kembali menunjuk jari telunjuknya, kali ini kearah Adam yang hanya bisa menghela nafas di senderan bangkunya. Ia mengalihkan wajahnya ketika semua mata tertuju pada lelaki itu, termasuk aku.
"Setelah kupikir-pikir, perkataan Adam memang benar, aku juga tak mau bila Michael kembali bermasalah dengan kantor polisi sialan itu. Jadi, kami membuat keputusan lain. Dimana keputusan tersebut disetujui oleh Adam sendiri dan aku menjamin bahwa Adam tidak dapat menolak keputusan yang telah dibuat. Dan keputusannya adalah....."
Jantungku memompa dengan cepat. Aku menggenggam erat pulpenku. Hingga kurasakan permukaan pulpen tersebut licin akibat keringat. Adam memang keterlaluan. Tidak hanya sikapnya saja yang dingin tetapi perkataannya yang menyakitkan dan sangat jujur itu kembali membuat amarahku mendidih. Entah keputusan apa yang ia sepakati untuk mencelakaiku, perasaanku mengatakan bahwa itu tidak baik.
"Kami telah sepakat agar kita, tidak melakukan tindak kekerasan kepada jalang sialan itu," aku menelan ludahku dengan susah ketika mendengar kata-kata tak bermoral itu. Lelaki itu kini menatapku dengan tajam. Mata hijaunya berubah menjadi merah ketika ia marah. "Tapi, kita bisa mem-bully-nya. Untuk kalian semua, kalian bisa mengerjai anak itu habis-habisan tapi dengan syarat tak ada tindak kekerasan. Apa kalian setuju?"
Orang pertama yang berseru untuk menyetujui keputusan itu adalah Alex James. Kuulangi, ALEX JAMES. lelaki pirang yang menjadi teman sebangku Harry. Orang yang juga selalu menatapku dengan tatapan tidak senang, dia juga orang ketiga yang kutakuti setelah Harry. Beberapa detik kemudian seruan itu diikuti oleh seluruh murid, termasuk Perrie. Oh, tidak. Ada apa dengan Perrie? Satu jam yang lalu dia menyelamatkanku dari Harry dan sekarang dia justru menyetujui keputusan gila itu. Teriakan paling heboh dari yang lain adalah teriakan dua wanita yang duduk didepanku. Mereka adalah Chloe dan Lilly. Seruan bahagia mereka begitu mengerikan, meskipun wajah keduanya terlihat anggun tetapi mereka terlihat seperti iblis balia yang jahat. Hal itu terbukti ketika keduanya melempariku dengan bola-bola kertas yang baru saja mereka buat. Aku hanya diam. Sesekali aku menutup wajahku dengan kedua tanganku agar tak terkena lemparan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Between You And Love
Fiksi RemajaCarley Sophia Tompson adalah seorang siswa pindahan dari prancis yang masuk ke sekolah baru di London. tak ada satu pun sambutan baik dari para penghuni kelas tersebut dari anak lelaki maupun perempuan. tapi ada satu pria culun bernama Calvin yang m...