BAB 37. The story

839 45 1
                                    

Aku menaruh pulpenku ketika telah selasai menyalin tugas bahasa inggris bersama Calvin. Mencatat beberapa lembar buku tulis nyaris membuat jari-jariku keriting. Aku melirik Calvin yang sama halnya denganku. Ia menaruh wajahnya di meja belajar, menghadap kearahku dan aku melakukan hal yang sama. Sebelumnya, kami mengerjakan tugas kelompok yang hanya terdiri dari dua orang murid. Mengingat minimnya murid di kelasku dan yang menjadi keberuntunganku adalah ketika kelompok dipilih sesuai nomor urut absen. Berhubung namaku dan Calvin memiliki dua huruf awal yang sama, jadilah kami satu kelompok. Sebenarnya tugas ini dikumpul minggu depan. Namun kami merasa bila kami sama-sama tidak punya banyak kesibukan, mengapa tidak mengerjakannya sekarang saja dibanding mengerjakan dekat hari. Lagipula hasilnya akan terburu-buru dan tak efektif.

CLEK! pintu kamar Calvin dibuka menampilkan seorang wanita berumur empat puluh tahunan yang tersenyum kepada kami berdua. Ia berjalan mendekat sambil memperhatikan buku-buku yang telah rapi di atas meja belajar.

"Apa itu artinya kalian telah selesai?" meskipun kami masih berada di posisi awal, aku dapat melihat wajah cantik bibi Ellie yang masih mempertahankan senyumannya. Ia melirikku dan Calvin secara bergantian, menunggu jawaban.

Calvin mendongakkan kepalanya dan aku mengikutinya. "Ya, kami baru saja selesai," balasnya yang kali ini meraih tas, mengeluarkan semua isi d idalamnya yang sembilan puluh sembilan persen adalah buku. Ia menyusun semua buku itu di meja belajarnya. Kami tidak memiliki loker seperti murid kelas lain. Hal itu pula yang membuat kami tak bisa meninggalkan apapun di sekolah.

"Kalau begitu aku akan menunggu kalian di bawah. Makan siang sudah siap..." balas ibu Calvin yang hendak keluar kamar.

Perempuan itu kembali tersenyum lalu melangkah pergi dari kamar Calvin. Rambut panjangnya yang tergerai hingga bahu melambai-lambai seiring langkahannya yang makin menjauh. Tak lama sosok itu menghilang dipandanganku. Aku melirik Calvin yang masih sibuk memilih buku-bukunya. Entah untuk apa itu.

"Apa ibumu tahu bila kau masuk kelas buangan? Oke, kata 'buangan' terdengar kasar. Tapi itulah kenyataannya," kataku sambil menggidikkan bahu di akhir kalimat.

Calvin menggeleng. "Tidak. Dia tidak boleh tahu soal ini. Selama ini aku selalu masuk tiga besar. Mungkin dia akan sedih bila mengetahui kenyataan bahwa aku masuk kelas... Ugh.. 'Buangan' karena itu tak sebanding dengan prestasi yang selama ini aku raih."

"Sama. Aku juga merahasiakan ini dari ibuku. Kuyakin ibu juga akan sangat kecewa bila mengetahui yang sesungguhnya. Tapi bagaimanapun, kami memiliki kesulitan untuk mendaftar di sekolah favorit. Semua sekolah yang kami kunjungi mengatakan bahwa tak tersisa bangku untuk murid baru. Menyedihkan."

"Kau murid pintar, Carl. Tapi kenapa kau mau masuk ke dalam sekolah kita?"

"Percayalah aku sudah sangat lelah dengan kata-kata 'maaf, tapi tak ada bangku lagi untuk murid baru' dan kenyataannya, semua sekolah yang sebelumnya kami datangi selalu mengatakan hal yang sama. Aku sudah lelah. Maksudku, aku sudah melewati tiga hari di sekolah di tahun ajaran baru dan aku tidak mau itu menjadi lebih. Sedangkan ibuku, dia terus menerus ditelepon agar segera datang ke restoran. Dia terlambat, dan Josh menyarankan untuk memasukanku ke sekolah kita."

"Dan akhirnya, kau bergabung bersama kami," cengiran Calvin membuatku terkekeh. Well, aku tidak suka kata 'bergabung' karena maksudnya bergabung dengan kelas 3-5 yang diisi oleh orang-orang pembenci murid baru.

"Tapi ngomong-ngomong, kau kan pintar. Mengapa bisa masuk ke kelas 'buangan'?" saat aku mengatakan kata 'buangan' Calvin langsung mengarahkan jari telunjuknya ke mulut. Mengisyaratkanku untuk diam atau tidak mengatakan kata itu. Ia menoleh ke belakang, melirik-lirik apakah ibunya masih berada di sana atau tidak. Meskipun aku tahu ibunya telah pergi dan aku yakin bibi Ellie sedang berada di dapur saat ini, tapi aku hanya diam tak memberitahunya. Setelah ia merasa aman, Calvin segera berbalik badan dan kembali melanjutkan aktifitasnya.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang