"Jadi, rupanya kau akrab dengan Adam?"
"Ya."
"Lalu alasanmu menghindar dariku selama ini karena kau selalu nongkrong dengan Adam?"
"Ya."
"Dan kau.." Calvin memberi jeda sejenak. Ia menatapku tak percaya, bibir penuhnya siap melanjutkan perkataan yang terputus itu dengan ragu. "Menyukai Adam?"
"Ya."
Calvin berhasil melotot terkejut. Ekspresinya tak dibuat-buat dan ia sangat terkejut dengan pengakuanku. Calvin menatapku dengan kosong. Aku menunggunya merespon namun ia masih memandangku dengan keterkejutannya. Merasa aneh, aku menjentikkan jariku di depan wajahnya.
"Kau baik-baik saja?" ujarku.
"Setidaknya beri aku satu menit untuk terkejut."
"Baiklah."
Maka kami hanya saling memandang seperti tadi. Calvin masih melototkan matanya, dan aku balas menatapnya dengan tenang seperti sebelumnya. Keheningan itu membuat Calvin benar-benar menikmati rasa terkejutnya sekaligus berpikir. Entah apa yang ia pikirkan, alisnya yang berkedut memberi tanda bahwa Calvin sedang berpikir keras. Ia tak melepaskan tatapannya dariku, bahkan ia belum berkedip semenjak aku mengatakan pengakuanku. Akhirnya Calvin membuka mulut dan mengerutkan keningnya.
"Waw! Tak diduga, berapa banyak hal yang aku lewatkan? Sepertinya aku tertinggal banyak. Tapi sungguh, aku benar-benar terkejut," kurasa Calvin telah selesai menikmati keterkejutannya dan itu tandanya satu menit telah berlalu. Calvin kembali tenang. Setidaknya ia tak lagi melotot. Ia sudah berkedip beberapa kali.
"Maaf sudah membuatmu terkejut."
Kami membicarakan banyak hal setelah itu. Sesekali Calvin mengungkit lagi tentang pengakuan bahwa aku menyukai Adam dan itu lagi-lagi membuatnya melontarkan kata-kata tak percaya. Calvin lebih aktif bertanya, ia menanyakan apa saja hal-hal yang aku lakukan ketika kami-bisa dikatakan- 'bermusuhan'. Dan aku dituntut untuk menjawab rentetan pertanyaannya yang tak menyisakan jeda. Aku juga menceritakan padanya bila aku dan Adam sedang merencanakan sesuatu. Yang mana rencana itu akan kami jalankan beberapa hari lagi. Tak ada yang mengetahui hal ini selain aku, Adam dan Calvin. jadi aku menyuruhnya menutup mulut serapat mungkin dan tak pernah membahas ini di sekolah. Calvin setuju, tapi ia kurang yakin bila rencana kami akan berhasil. Calvin agak meragukan hal itu yang membawanya ke dalam kekhawatiran.
"Jadi, apa rencana kalian?" tanyanya ketika kembali berpikir tentang rencana itu.
"Entahlah, Adam belum mengatakannya. Ia akan memberitahu semua rencana itu ketika hari H. Itu tandanya esok lusa. Kau tak perlu mengkhawatirkanku. Aku hanya butuh doa darimu agar rencana ini berjalan lancar. Dan saat itu, semuanya akan kembali sebagaimana semestinya."
"Aku tak menginginkannya lagi. Semenjak aku masuk ke kelas 3-5 aku cukup nyaman meski jadi pecundang seperti yang dikatakan Chloe. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal dan membuatku mengkhawatirkanmu, entah mengapa aku merasakan sesuatu yang membuatku cemas. Apa lebih baik kau tak ikut dalam rencana itu?"
Aku tersenyum sambil menggeleng pelan. "Tidak Cal, kau jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Oh! Dan juga, kau bukan pecundang. Pecundang tidak ada yang sepintar dirimu. Kau lebih pantas disebut anak jenius," Calvin berhasil tertawa akibat kata-kataku. Aku pun tersenyum lebar sambil bangkit dari tempat duduk. Berjalan menuju kulkas, aku mengambil dua kaleng fanta. Lalu melempar satu untuk Calvin. Dengan cekatan lelaki itu menangkapnya Meski awalnya sedikit terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Between You And Love
Fiksi RemajaCarley Sophia Tompson adalah seorang siswa pindahan dari prancis yang masuk ke sekolah baru di London. tak ada satu pun sambutan baik dari para penghuni kelas tersebut dari anak lelaki maupun perempuan. tapi ada satu pria culun bernama Calvin yang m...