BAB 38. Beside You

649 37 0
                                    

Ponselku berbunyi tepat ketika aku melangkah keluar dari kamar mandi. Masih dengan balutan bathrobe yang menutupi tubuhku, aku meraih ponsel itu yang tergeletak bebas di atas kasur.

"Halo," sapaku ramah.

"Carley, ini ibu," ucap suara di seberang sana.

"Ibu!" seruku girang. Lantas hal itu membuatku meloncat tak jelas.

"Bagaimana kabarmu sayang?"

"Aku baik. Seperti biasa."

"Dengar, aku mempunyai kabar buruk, sebelumnya aku minta maaf karena menjadi ibu yang buruk untukmu Carley. Tapi aku tak bisa pulang minggu ini. Minggu ini restoranku kedatangan kritikus makanan, dan aku tidak bisa pergi ke London. Aku akan-"

"Ibu," potongku. Terdapat kesunyian beberapa detik sebelum aku kembali berkata. Aku tahu di seberang sana ibu pasti benar-benar merasa bersalah.

"Tidak perlu seperti ini. Aku baik-baik saja, oke? Aku mempunyai Josh, Calvin, dan teman-temanku yang lain di sini. Aku merasa senang meskipun kau tidak ada di sini. Karena aku mengerti keadaanmu. Lagipula ini sudah biasa untukku. Jangan khawatirkan aku," jelasku padanya.

Ibuku selalu menyampaikan berita buruk setiap kali menelpon dan aku sangat yakin hal itu membuatnya merasa bersalah setiap kali bicara padaku. Tapi aku hanya ingin mengatakan bahwa ibuku tak perlu merasa seperti itu. Setiap kali ia mengatakan alasannya aku berusaha untuk mengerti. Walaupun kadang-kadang perasaan tak bisa dipungkiri. Sering terbesit rasa sedih karena merindukannya. Tapi aku selalu mengatakan pada diriku bila aku masih beruntung mempunyai orang tua yang begitu peduli seperti mereka meskipun kedua orang tuaku sudah berpisah. Aku mencoba mengerti keadaan keduanya yang begitu mencintai pekerjaan masing-masing setelah berpisah. Aku mencoba mengerti keadaan ibuku yang berada dalam masa-masa tertekan. Dan aku juga mengerti keadaan ayahku yang menjadi gila kerja seusai perceraian mereka. Ayahku jenis orang yang bila frustasi, akan mendedikasikan seluruh waktunya pada masakan. Hal itu membuatnya tak bisa dipisahkan dari dapur. Memasak apa saja yang ada di pikirannya, dan kadang kala membuat resep baru untuk menu makanan di restoran tempatnya bekerja.

"Kau yakin? Aku benar-benar minta maaf, nak," suaranya terdengar sedih. Ia berkata pelan hampir berbisik. Dan aku mengangguk cepat meski ibu tak dapat melihat anggukan kepalaku.

"Tentu, nikmatilah harimu. Oh! Dan semoga beruntung dengan kritikannya."

"Terima kasih banyak, aku mencintaimu," terdengar helaan nafas lega di seberang sana dan itu membuat aku ikut bernafas lega pula.

"Aku juga mencintaimu."

Tup...dengan begitu saluran telepon terputus.

"Aku juga mencintaimu? Siapa yang kau maksud? Apa kau sudah punya kekasih?"

Terkejut. Itu yang kurasakan ketika berbalik badan dan melihat Adam berdiri diambang pintu. Wajah celingukannya menatapku penuh tanya tanpa rasa bersalah karena telah masuk ke dalam kamarku.

"HEY!" teriakku kesal.

"Hai," balasnya tanpa dosa. Dia tidak mengerti maksudku, menyebalkan.

"Mengapa kau masuk ke dalam kamarku? Aku belum memakai pakaianku kau tahu?" teriakku kesal. aku mengencangkan balutan bathrobe yang menutup tubuhku.

"Oh, aku mendengarmu berteriak kencang kukira sesuatu terjadi," jawabnya enteng. Seakan memasuki kamar wanita yang baru saja usai mandi adalah hal yang biasa-biasa saja, Dengan cepat aku mendorong tubuhnya agar segera keluar dari kamarku.

The Secret Between You And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang