Chapter 56

1.9K 173 17
                                    

Desiran udara malam menerpa kulitku, rambutku yang tergerai pun sedikit berterbangan dibuatnya. Langit gelap yang dipenuhi bintang menyinari malam hari ini, aku tersenyum melihat keindahan alam yang bisa kulihat setiap malam. Kini, aku sedang duduk disebuah kursi yang ada di atas balkon kamarku. Sebuah novel dan secangkir teh jahe menemaniku agar tak merasa bosan karena seperti biasanya, tak ada satu orang pun yang tinggal kecuali aku.

Rasa nyeri masih sangat terasa pada tanganku yang berbalut perban. Kejadian semalam masih sangat membekas difikiranku, bagaimana Losie datang dan langsung menyerangku tanpa ampun. Aku selalu berusaha sabar menghadapi sikap gadis liar itu, sejak awal aku mengenalnya, ia memang tak memberi respon baik untukku. Akan tetapi kejadian semalam masih aku rahasiakan pada Harry, entah apa alasannya, aku sendiri tak mengerti.

Suara deringan ponselku mengubah perhatianku yang semulanya sedang serius membaca dan menikmati alur novel yang sedang ku baca. Aku langsung turun dari tempat dudukku untuk kembali ke dalam kamarku lalu meraih ponsel yang aku letakan diatas meja belajarku, sebelumnya aku melipat halaman novelku, memberi batas sampai dimana aku membacanya.

“Hallo..” sapaku ketika kembali berjalan menuju balkon dan duduk dikursi sambil sedikit meneguk teh jaheku yang masih tersisa.

“Hei, kau sedang apa disana? Apa aku menganggumu?” tanya seseorang diseberang sana. Tanpa aku melihat layar ponselku, aku telah mengetahui jika ini adalah suara Liam, aku hafal betul suaranya.

“Tidak, aku tidak sedang sibuk, melainkan aku sedang bersantai malam ini. Ada apa kau menghubungiku, Liam?”

"Aku hanya ingin menyampaikan suatu hal penting padamu."

"Katakan saja, Liam."

"Kau ingat bukan jika cepat atau lambat aku akan kembali ke Belanda?"

"Ya, aku ingat. Lalu?

“Begini, besok aku akan kembali ke Belanda. Pesawatku akan take off pada pukul tujuh pagi. Sebelumnya ada banyak hal yang ingin aku bicarakan padamu mengenai restaurant yang akan kau kelola selama aku pergi. Jadi bisakan kau menemuiku di airport besok pagi?”

Aku teridam dalam sesaat, waktu terasa berlalu begitu cepat tanpa aku sadari, besok Liam akan kembali ke Belanda dan meninggalkan London, semua terasa sangat singkat setelah pertemuan kami. Lantas satu hal melintas sesaat dalam fikiranku. “Dan itu artinya Niall juga akan pergi besok pagi?”

“Ya, aku dan Niall berada didalam jadwal penerbangan yang sama bahkan kami satu pesawat. Aku tahu semuanya, aku tahu  bagaimana hubunganmu dengan Niall sekerang.”

“Aku..—aku hanya belum sanggup untuk bertemu lagi dengannya lagi.”

“Kau datang untuk menemuiku bukan untuk menemui Niall. Kau bisa menjadikan itu alasan dan aku jamin semua akan baik-baik saja. Aku butuh bertemu denganmu sebelum aku pergi, Clarisa.”

Aku kembali mematung setelah mendengar permintaan Liam. Hal terburuk yang pernah aku miliki adalah aku selalu tidak bisa menolak seseorang yang memohon padaku. Sebaiknya memang aku tidak perlu egois, disini aku memiliki kepentingan dengan Liam bukan dengan Niall. Aku butuh pengarahan dari Liam untuk mengelola restaurantnya yang akan ada ditanganku dalam beberapa waktu kedepan.

“Bagaimana Clarisa?”

“Oh baiklah, aku akan datang besok. Aku akan datang ke airport sebelum pukul tujuh pagi. Kau tidak perlu cemas, Liam.”

"Sungguh?"

"Tentu saja, Liam. Aku pasti datang."

“Terimakasih banyak, Clarisa. Maaf jika aku mengganggumu.”

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang