Chapter 40

2.1K 201 4
                                    

Clarisa berjalan mendekatiku sambil tak melepaskan tatapannya pada album foto yang ada ditanganku. Dia mengerutkan kening membuatku semakin takut jika dia akan marah karena kelancanganku. Namun pikiranku salah, Clarisa malah mengarahkan pada figura fotonya bersama Niall, dan dia terlihat seperti ingin menutupinya dariku. Sayangnya aku sudah melihatnya,Clar.

Aku terkekeh ketika mengetahui bahwa dia lah yang takut jika aku marah ketika melihat itu semua, “Clar, kau tidak perlu menutupi itu karena aku sudah melihat semuanya.”

“Baiklah, dua hal yang aku sesali karena meninggalkanmu disini. Satu, karena kau begitu lancang mengambil koleksi barang pribadiku. Dan yang kedua, kau melihat foto ini.” Clarisa mendengus sambil memperlihatkan figura fotonya bersama Niall itu padaku.

"Tetapi kau menaruhnya disana dan sudah jelas-jelas siapapun bisa melihatnya." kataku sambil tertawa.

Clarisa melipat kedua tangannya didepan dada. Bibir manisnya mengerut pertanda dia kecewa, "Tetap saja aku tidak suka."

“Apa yang salah jika aku melihat fotomu bersama Niall?” tanyaku penuh seringaian kearahnya.

Aku melempar album foto yang ada ditanganku ke kasurnya. Lalu aku mendekatinya, Clarisa memundurkan kakinya dan aku semakin melangkah maju. Aku maju dan dia kembali mundur. Hingga akhirnya tubuh Clarisa menempel didinding, tidak bisa memberontak kemana-mana lagi.

“Ti—tidak ada yang salah hanya…” Clarisa menggantungkan kata-katanya menatapku yang penuh seringaian ini. Dia gugup, “A—Aku…oke baiklah, aku mengaku. Kau tahu, aku tidak suka melihat ekpresimu yang sama sekali tidak menampakan kecemburuan setelah kau melihat fotoku bersama Niall.”

Aku terkekeh sambil tetap memfokuskan tatapanku padanya. Oh bahkan sekarang dia sangat terlihat mencintaiku. Aku menganangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Clarisa menatapku lembut, bahkan ingin rasanya aku menciumnya sekarang juga.

“Clar kau tahu, kau terlalu bodoh berfikir seperti itu. Baiklah, aku memang tidak suka melihat pemandangan itu namun apa kan aku harus memperlihatkan rasa cemburu itu didepanmu? Itu menggelikan Clar, seperti seorang gadis yang manja.”

“Kau menyinggungku?”

Aku mendekati wajahnya, kucium keningnya yang membuat dia langsung memejamkan matanya. “Jangan bahas ini lagi. Aku mencintaimu dan kau tahu itu.”

Aku menarik tangannya untuk duduk ditepian kasurnya. Aku kembali mengambil album foto yang sempat aku lembar tadi. Clarisa menatapku bingung ketika aku tersenyum sendiri melihat wajahnya yang lucu semasa kecil di dalam album tersebut.

“Apa kau yang ada didalam foto ini?” tanyaku.

Clarisa merebut album foto itu dariku lalu membukanya diatas pangkuannya, dia memperhatikan dengan lekat seperti sudah lama tidak membukannya, “Apa aku terlihat aneh saat aku masih bocah?”

“Tidak. Kau cantik sama seperti sekarang.” balasku sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga yang menghalangiku untuk bisa melihat wajah manisnya. Dia menoleh sebenatar, lalu tersenyum kearahku. Manis sekali.

“Clar, aku boleh bertanya sesuatu?”

Clarisa mengerutkan keningnya. Dia menutup album foto yang ada ditangannya lalu menyampingkan tubuhnya agar sehadap dengan tempatku duduk. Dia memperhatikanku seperti tampak penasaran.

“Bertanya apa?”

“Dimana Ayahmu? Maksudku selama aku berkunjung kemari aku tidak pernah melihat sosok Ayahmu dan terlebih lagi didalam album fato semasa kecilmu, aku juga tidak melihat ada sosok Ayah yang menggendongmu.”

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang