Chapter 14

2.2K 247 10
                                    

Sore ini aku menepati janjiku dengan setengah hati. Kejadian di restoran siang tadi masih sangat membuatku jengkel padanya. Cuaca sore ini sangat tidak mendukung semua orang untuk berpergian karena hujan deras mengguyur kota. Jika aku bisa memilih, maka lebih baik aku berdiam diri di rumah sambil berbicara dengan Niall melalui telepon.

Aku mengetuk beberapa kali pintu rumah Harry namun tak ada balasan padahal mobilnya terparkir di halaman. Setelah kusadari ternyata pintu rumahnya tidak terkunci. Aku nemilih untuk masuk dari pada mati kedinginan.

"Harry, aku datang!"

Harry yang duduk diatas karpet sambil sibuk bermain video game menengok sebentar kearahku lalu ia kembali fokus ke layar televisi.

"Say hay padaku, bodoh. Aku baru saja..-"

"Sial. Kau membuatku kalah, Clar."

Harry mengacak rambutnya pelan. Kemudian ia meraih remote tv lalu mematikan televisinya dengan cepat.

"Mengapa berhenti?"

Aku duduk diatas sofa sambil memandanginya yang sedang sibuk merapikan barang-barangnya yang berantakan diatas karpet. Tumben sekali.

"Karena kau mengganggu konsentrasiku."

Harry mendekati sofa di sebelahku lalu duduk disana. Aku mendengus mendengar jawabannya yang bagiku sedikit menyinggung perasaanku sekarang.

"Hari ini Ayahku lembur, jadi aku sendirian di rumah. Ya, mungkin setiap harinya memang aku merasa jika hanya aku lah penghuni rumah ini. Itu sudah terlalu biasa." lanjutnya.

"Lalu?" aku bertopang dagu di depannya. Menatapnya yang kali ini tampak sedikit serius.

"Maka dari itu aku memintamu datang kesini. Kau harus menemaniku."

"Oh, serius?" Aku terkejut, "Maksudku, mengapa harus aku? Temanmu banyak atau kau bisa meminta Losie, kekasihmu itu untuk menemanimu disini."

"Itu juga tugas dari Ayahku untukmu, tentu saja kau harus menurutinya."

"Lagi pula kenapa kau mau saja menuruti perintah Ayahmu? Bukannya dulu kau selalu menentang jika diperintahkan untuk bersamaku?"

"Karena itu juga keinginanku. Aku ingin kau berada disini, menemaniku. Apa kau ingin memberiku pertanyaan tolol semacam itu lagi?"

Aku menggeleng pelan. Tidak ingin membalas ucapannya dengan kata-kata karena aku malas berdebat. Aku mengambil remote tv yang ada di atas meja lalu kembali menyalakannya. Mengganti-ganti chanel tv namun tidak ada tayangan yang membuatku tertarik. Membosankan.

"Clar, buatkan aku makanan. Aku lapar."

"Hey, yang tuan rumah itu kau atau aku? Sembarangan saja menyuruh orang. Aku tamu disini, seharusnya kau lah yang melayaniku."

"Kau bilang jika kau suka memasak. Ku fikir kau pasti pandai pada bidang itu. Tidak salah kan jika aku mengujinya?"

"Kau bukan ingin mengujiku tapi kau ingin merepotkanku."

Aku mendesah pelan sebelum akhirnya berjalan menuju dapur sambil mengikat rambutku menjadi kuncir kuda. Aku tidak suka dengan rambut tergerai ketika memasak, itu kurang baik.

"Dan kau itu bodoh. Tadi kau bilang jika aku ini merepotkan tapi nyatanya kau masih mau menuruti perintahku." Suaranya masih dapat ku dengar walau sekarang aku sedang berada didalam dapur.

"Sudah diam, kau jangan berisik! Sudah syukur aku mau membuatkanmu makanan."

Aku membuka kulkas dan isinya tidak lah banyak. Hanya ada coke dan sisanya hanyalah roti, sosis dan sayur-sayuran. Aku berdecak sambil memikirkan sesuatu. Hingga akhirnya aku menemukan sebuah ide untuk membuat burger. Ku fikir hanya itulah yang bisa ku buat dari semua bahan ini.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang