Chapter 61

1.9K 155 17
                                    

The songs :

Coldplay -  Fix You

One Direction - You & I

Christina Perri - Human

***

Aku tiba di kampus dengan suasana hati yang masih sama seperti kemarin pagi. Begitu kacau dan tidak memiliki semangat untuk melewati kuliahku. Entah, sedikit adu mulut bersama Ibu kemarin membuatku tak henti memikirkannya. Aku hanya memikirkan sikap kami yang sama-sama salah. Terlalu rumit dan membosankan jika Ibu tak kunjung juga memberitahuku tentang semuanya namun apa aku sanggup menanyakan langsung pada Ibu, aku sendiri tidak bisa membayangkan semua itu.  

Selama mata kuliah pertamaku dimulai aku benar-benar hanya melamun, memperhatikan dosen yang berdiri didepan saja tidak. Sesekali aku memperhatikan foto yang kusimpan didalam tasku, foto seorang pasangan yang menggendongku ketika aku masih bayi. Difoto ini tidak ada Ibu dan siapa pasangan ini? Oh astaga, kepalaku ingin pecah memikirkan ini semua.  

“Clarisa Rasela apa yang sedang kau lihat dibawah sana?” Aku terkesiap ketika Prof.Toliss yang semula mengajar kini sedang menegurku. Aku langsung memasukan foto itu ke dalam tas seolah-olah tak melakukan apapun sebelumnya. Kulihat semua pasang mata menatap kearahku sekarang. Aku menampakan senyum tipis menandakan jika tidak terjadi apapun sebelumnya. Kau harus tenang, Clar, batinku terus menyemangati.

“Tidak ada, maaf.”  

“Bisa kah anda memberikan saya imbalan yang baik? Saya menerangkan materi dan anda mencatat atau sekedar memperhatikan saya yang ada didepan.”  

Aku mengangguk pasrah sambil menundukan kepalaku menahan rasa malu, “Baik Prof.Toliss, saya tidak akan mengulanginya lagi.”  

Aku berusaha fokus dan mulai mencatat materi yang dijelaskan, walau fikiranku masih melayang kesana-kemari, aku hanya berusaha bersikap professional sebagai seorang mahasiswi dikampus ini. Tiga jam berlalu dan kelas telah berakhir. Aku cepat-cepat merapikan buku dan memasukannya ke dalam tas. Mood-ku bearada didalam kelas cukup hancur sejak kejadian tadi, ketika aku ditegur dan itu cukup memalukan.

“Apa yang terjadi padamu, Clarisa?” tanya Glisa. Lagi-lagi aku harus merasakan terintrogasi kali ini.  

“Aku tidak apa-apa, Glisa. Aku hanya sedang malas berbicara dan melaksanakan sesuatu. Kau pasti mengerti.”   

“Kau ada masalah, aku yakin. Kau bisa menceritakan pada kami, Clarisa.” Sabila mencoba meyakinkanku. Aku melipat kedua tanganku didepan dada sambil menunduk, menatap ujung sepatu kats yang sedang kugunakan.

"Aku baik, sungguh. Kalian tahu jika aku memiliki masalah pada mood, seperti ini lah aku. Dan aku mohon pada kalian berhenti berkata jika aku aneh begitu juga dengan pertanyaan-pertanyaan kalian itu.”  

Aku mulai berjalan keluar kelas setelah menyelempangkan tasku pada bahu. Langkah kaki Glisa dan Sabila terdengar mengikutiku dan mereka ikut berjalan beriringan denganku. Jika aku diberi piihan, akan lebih baik jika aku tidak ditemani oleh siapapun termasuk mereka beruda. Aku benar-benar membutuhkan waktu untuk berfikir jernih, hanya sendiri. 

“Hei..” suara sapaan Zayn dan Louis menghentikan laju kaki kami. Mereka berjalan mendekat kearah kami. Aku menyapukan pandanganku pada kelasnya namun aku tidak menemukan Harry keluar dari pintu tersebut.

“Mencari Harry?” tanya Louis yang mungkin melihatku kebingungan. Aku menganggukan ucapannya, jujur aku sangat malas untuk berbicara. “Sepertinya tadi aku melihatnya ditaman belakang kampus bersama Losie.”  

Apa? Bersama Losie?  

“Aku akan menyusul Harry. Da-ah.”

Dengan sedikit terburu-buru aku pun melangkahkan kakiku besar-besar menyusuri lorong kampus hingga akhirnya aku sampai pada taman belakang yang ada dikapusku. Aku menghentikan langkahku dari kejauhan, ketika melihat Harry dan Losie benar-benar ada disana. Awalnya aku sempat tak menyakini ucapan Louis namun ternyata apa yang diucapkannya benar.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang