Chapter 8

2.3K 269 8
                                    

Aku terbangun dari tidurku setelah mendengar bunyi ketukan pintu. Tubuhku terasa sangat lemas bahkan rasanya untuk bangun saja aku tidak bisa. Perutku terasa mual seketika, aku ingat dengan kejadian kemarin malam.

Aku langsung berlari kearah kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutku. Aku berharap cairan vodka yang ku minum kemarin benar-benar telah keluar dari tubuhku. Aku membasuh bibirku dengan air lalu aku kembali ketempat tidur.

“Maafkan Ibu, sayang.”

Ibu yang tadi kulihat sedang duduk diatas tempat tidurku kini berdiri,  memelukku.

“Untuk apa?”

“Ibu tahu apa yang terjadi padamu. Maaf, selama ini Ibu selalu memaksamu untuk menuruti keinginan Derk. Seharusnya Ibu lebih memikirkan dirimu."

Aku melepas pelukan Ibu lalu kembali duduk diatas tempat tidurku. Aku diam sejenak. Ini saat untuk mengakhiri semuanya.

“Clarisa ingin mundur dari kesepakatan itu. Risa benar-benar tidak bisa merubah Harry. Selama Risa mencoba merubah Harry, dia selalu saja kasar dan berulah brengsek. Hm, badboy." Aku terkekeh, "Clarisa menyerah. Maaf.”

"Ini keputusan yang benar. Ibu tidak menyalahkanmu, sayang." Ibu menghelus puncak kepalaku, "Sekarang Risa istirahat saja ya, jangan pergi ke kampus dulu sampai keadaanmu membaik. Ibu akan berangkat ke kantor.”

Ibu mengecup puncak kepalaku dan aku mengangguk.

"Hati-hati, mam."

Lega, satu kata yang menggambarkan suasana hatiku saat ini. Aku sudah bebas dari Harry. Tak lama kemudian, kudengar ponselku berdering, aku pun langsung meraihnya.

Good morning, baby.” Niall menyapaku penuh suara bocahnya.

“Niall,” sapaku. "Aku ingin cerita."

Aku pun menarik nafas mencoba tenang sebelum memulai cerita panjang ini. Hingga akhirnya aku menjelaskan semuanya pada Niall. Tentang Harry dan perbuatannya selama ini padaku. Dan Niall marah besar mendengarnya.

Aku menghentikan ucapanku ketika aku merasa sesuatu keluar dari hidungku. Ku usap dengan tanganku dan benar dugaanku jika itu adalah darah. Mimisan.

“Tunggu sebentar, Niall.”

Aku meletakan ponselku diatas meja, mengambil beberapa tisu lalu berlari kedalam kamar mandi. Aku membersihkan darahnya dengan cepat. Beginilah aku, tubuhku memang sensitif. Sedikit saja aku sakit pasti akan begini. Aku tidak boleh lelah bahkan jika aku terlambat makan dan tidur saja akan membuat kondisiku menjadi buruk.

"Apa yang kau lakukan, Sa?"

"Aku dipanggil Ibu untuk sarapan.” dustaku. Aku hanya tidak ingin membuat Niall khawatir.

Kau tidak sedang berbohong kan? Kau sedang sakit?

“Aku baik. Sudah itu saja."

Jika aku bertemu dengan bajingan itu, aku pasti akan menghabisinya. Harry itu keterlaluan, dia bukan siapa-siapamu tapi dia berani berbuat sebrengsek itu padamu.

"Sekarang aku sudah bebas darinyam. Ingat."

"Ya, dan dia harus menghilang dari hidupmu." Tekan Niall, "Istirahatlah, aku tidak ingin kau semakin buruk."

"Ya, aku merindukanmu."

"I love you, darl."

Niall memutuskan panggilannya. Membuatku mendengus kesal sendiri. Padahal aku ingin ditemani suara Niall ketika kondisiku seperti ini. Namun aku sadar, waktu yang dia miliki tidak hanya untukku seorang.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang