Chapter 22

2.1K 250 13
                                    

Hari ini sungguh menyebalkan bagiku. Bagaimana tidak jika Mrs.Carolate yang memasuki kelasku dan mengisi materi dengan penuh ocehannya. Terlebih lagi dia seperti mengintrograsiku baik secara lisan maupun dari pandangan sinisnya terhadapku. Dan parahnya lagi aku diminta untuk maju ke depan kelas lalu menjelaskan materinya secara ulang. Tampaknya Mrs.Carolate memiliki dendam tersendiri padaku karena aku melanggar kelasnya saat itu. Namun sebelumnya, aku lah yang memiliki dendam terlebih dahulu padanya. Tak hanya aku mungkin, namun semua mahasiswa yang diajarnya. Ku fikir dia adalah dosen paling egois yang pernah ku temui.

"Aku tidak habis fikir dengan jalan fikiran Mrs.Carolate. Dia itu seolah menghukumku dua kali dengan caranya. Sial" aku berdecak kesal sambil memukul meja kantin yang sedangku tempati bersama Glisa dan Sabila.

"Kau maklumi saja, dia memang begitu Risa. Bahkan aku yakin seluruh mahasiswa satu kampus ini tidak menyukainya" Sabila terkekeh kecil sambil menghelus pundakku untuk menenangkanku yang sedang emosi ini.

Aku tidak menggubris ucapannya setelah itu. Aku hanya menutup wajahku dengan kedua telapak tangan seakan frustasi. Otakku masih terngiang akan tugas yang diberikan Mrs.Carolate terhadapku. Buku itu sungguh tebal bahkan aku baru mengerjakannya beberapa lembar saja. Sial, sangat tidak menyenangkan jika setiap jam dari hari-hariku harus ku limpahkan untuk mengerjakan tugas itu.

"Aku harus pulang sekarang Glis,Bil"

"Mengapa begitu buru-buru?" tanya Glisa.

"Mrs.Carolate membuat moodku hancur hari ini. Aku juga harus mengerjakan tugasnya jika aku masih ingin aman akan nilaiku disemester ini. Aku pulang, bye" aku mengecup cepat pipi kedua sahabatku itu lalu aku pun melangkahkan kaki meinggalkan kantin.

Aku berjalan pelan sambil sesekali berdecak kesal sendirian. Tidak peduli banyak orang mengira aku ini aneh. Mau bagaimana lagi, aku sangat kesal hari ini. Aku dapat merasakan seseorang yang mengikutiku dari belakang walaupun aku tidak menengok sama sekali. Bayangannya dapat ku lihat jelas dilantai yang bening ini. Aku pun menghentikan langkah kakiku dan banyangan orang dibelakangku pun ikut terhenti.

"Mau apa mengikutiku Harry?"

"Bagaimana bisa kau mengetahuinya?" suara seraknya membuatku memutar balik tubuhku untuk menoleh kearahnya. Harry menatapku seolah heran. Wajahnya terlihat lucu namun tetap saja aku masih sulit untuk tertawa hari ini.

"Aku hafal aroma mint tubuhmu. Itu dapatku cium dari kejauhan. Cepat katakan, kau mau apa?" aku berdecak pinggang didepan hadapannya.

"Mengapa kau begitu galak hari ini?"

"Aku lelah Harry. Dosen galak itu sudah membuat moodku hancur. Sebelum aku akan jauh lebih galak dari ini, cepat katakan apa maumu" ucapku. Harry mendekatiku lalu menarik pergelangan tanganku secara tiba-tiba. Tubuhku yang sudah tertarik pun hanya bisa mengikutinya dari belakang.

"Kau bahkan selalu menarik tanganku tanpa berkata kau akan membawaku kemana"

"Kau jangan banyak bicara, inginku cium lagi seperti kemarin?" Harry menyeringai kecil setelah kami tiba didepan mobilnya. Aku menggeleng seolah menolak ucapannya. Sial, aku tidak akan membiarkannya menciumku disini.

"Kalau begitu cepat masuk" Harry membuka pintu mobilnya untukku. Mendengus kesal sebentar namun setelah itu aku menuruti perintahnya.

Ternyata Harry membawaku kerumahnya. Aku bahkan tidak tahu apa tujuannya padahal saat ini aku benar-benar membutuhkan banyak waktu untuk mengerjakan tugasku. Harry menatapku seolah memintaku untuk turun dari mobil. Aku pun menyusulnya dari belakang. Melangkah menaiki tangga untuk tiba dikamarnya seperti biasa. Harry menutup pintu kamarnya rapat-rapat setelah kami tiba didalam.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang