Chapter 51

1.8K 175 7
                                    

Aku pun duduk dikursi penumpang yang berada disebelah Niall, perasaan canggung dan cemas menghantuiku ketika aku berada didalam. Sedari tadi aku sudah merasakan Niall yang terus menatapku hingga tak berkedip.

"Apa yang Liam bicarakan tadi?" tanya Niall sambil menatapku dari balik spion atas.

"Tidak ada hanya memintaku untuk datang kemari besok."

Niall menyalakan mobilnya membuat suara gaduh dari mesin mobil terdengar jelas. Beberapa menit didalam perjalanan tak ada pembicaraan. Aku dan Niall seolah-olah berada pada dimensi masing-masing, memikirkan apa yang sedang melintas difikiran kita sehingga aku begitu penasaran dengan isi fikiran Niall saat ini.

"Kau sedang memiliki masalah?" tanyaku untuk memulai. Aku hanya ingin tahu.

"Tidak, memang ada beberapa fikiran yang mengangganjal namun itu bukan masalah. Kau sendiri sedang memikirkan apa, Risa?"

"Aku sedang memikirkanmu, memikirkan apa yang sedang ada difikiranmu. Apa semua yang mengganjal difikiranmu ada hubungannya dengan kesibukanmu?"

"Mungkin saja, kesibukanku benar-benar menyita tenaga dan fikiranku. Satu minggu lagi aku harus kembali ke Belanda dan meninggalkanmu disini. Itu salah satu hal tersulit yang pernah aku bayangkan."

"Tetapi kita masih bisa menikmati waktu bersama kita selama satu minggu ini, Niall."

Niall mengarahkan jemarinya pada jambul dirambut blondenya, "Tetapi kesibukanku tidak bisa untukku tinggalkan. Mungkin aku hanya memiliki satu atau dua hari bertemu denganmu sebelum aku pergi."

"Apa urusanmu begitu penting sehingga kita tidak bisa bertemu?" tanyaku meringis.

"Kau akan tahu itu nanti, Risa. Jangan bertanya tentang hal itu, semua itu hanya akan membuatku semakin merasa terbebani."

Sesaat kejadian kemarin melintas difikiranku, dimana aku melihat orang yang menyerupai Niall sedang berjalan ke cafe bersama seorang gadis. Rasa penasaranku timbul disaat yang tepat ketika Niall benar-benar berada disebelahku. Aku ingin menanyakannya namun aku harus menimbang-nimbangnya dengan berbagai alasan.

"Niall, kemarin kau menghabiskan waktumu dimana saja? Apa kau ada mengunjungi sebuah cafe?" tanyaku sedikit gugup.

Niall menoleh dengan keningnya yang berkerut, aku takut jika dia tersinggung dengan pertanyaanku. "Tidak. Aku berada diapartement menyelesaikan semua tugasku. Mengapa bisa kau berfikir jika aku pergi ke cafe?"

Aku menghela nafas lega, bersyukur karena ternyata bukan Niall yang aku lihat bersama gadis lain itu. Aku hanya salah melihat dan salah sangka terhadapnya.

"Kemarin sore aku seperti melihatmu berjalan dengan seorang gadis ke sebuah cafe. Awalnya aku sempat ragu dan aku bersyukur karena aku hanya salah melihat."

Setelahnya Niall menoleh kembali, wajahnya kaget dan tidak bisa kuartikan seperti apa. Aku membalas tatapannya, menunggunya untuk berbicara. Namun sepertinya keinginanku terurung ketika dia kembali menoleh kearah jalan raya lagi dan mengabaikan tatapan penasaranku.

"Kau hanya salah lihat, Risa. Aku tidak ingin kau berfikir buruk terhadapku, aku sedang memiliki banyak urusan belakangan ini. Kuharap kau mengerti."

Aku diam setelahnya, menuruti semua kata-kata Niall. Bukan karena apa-apa namun aku juga sangat malas untuk berdebat jika aku melanjutkan pertanyaanku tentang semua itu. Aku ingin mengetahui masalahnya lalu membantunya untuk keluar tetapi sayangnya Niall malah ingin menyelesaikannya sendiri.

Sial, masalah apa lagi ini?

"Jika kau sibuk karena urusan kuliahmu, aku bisa membantumu. Tugas seperti apa yang kau miliku? aku siap untuk meringankan sedikit tugasmu."

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang