Chapter 43

2.1K 177 28
                                    

The songs :

One Direction - Spaces

Adele - One And Only

***

Aku melangkahkan kaki keluar dari mobil Niall yang telah tiba tepat didepan kampusku. Memang senang rasanya ketika dimanjakan oleh orang yang kita sayangi namun entahlah, aku rasa Niall sedikit berlebihan. Sejak kemarin dia memutuskan untuk menginap dirumahku, dia seperti tak ingin jauh dariku bahkan aku tidak dibiarkan membawa kendaraan sendiri.


Ku langkahkan kakiku dengan semangat menuju kelasku. Dua buku tebal kusangkutkan pada lengan kiriku yang ku lipat kedepan. Kampus sudah tampak ramai padahal kufikir ini masih lumayan pagi. Mungkin saja setiap orang merubah kemalasannya agar dapat menjadi mahasiswa teladan dikampus.


“Clarisa..” suara teriakan memanggilku dari arah belakang. Membuatku harus memutar kembali untuk dapat melihatnya. Senyumku mengembang mendapati Harry tengah berlari kecil kearaku berdiri.


“Hey..” sapaku sedikit malu-malu setelah dia benar-benar berdiri disebelahku. Tak hanya aku, Harry pun terlihat gugup ketika dia mengacak rambutnya dengan satu tangan sambil tersenyum kearahku.


Tak ada kata yang terlontar setelah beberapa detik aku menunggunya untuk berbicara. Ku langkahkan kembali kakiku secara perlahan dan Harry pun mengikutiku dengan berjalan beriringan disampingku.


“Kau baru datang?”


“Ya. Kau sendiri? Oh, kau tidak akan membolos lagi kan hari ini?”


Harry menaikan satu alisnya, “Apa pedulimu jika aku membolos lagi?”


“Kau akan kuhukum jika berani membolos.”


“Jika hukumannya adalah sebuah ciuman, aku jamin hari ini aku akan membolos.”


“Harry itu bukan hukuman!” aku meninju kecil lengannya yang membuat kami berdua terkekeh. Aku selalu menyukai kebersamaanku dengannya terutama ketika kami bisa bercanda seperti ini.

“Dia yang mengantarmu?”

“Ya. Dan aku heran, belakangan ini Niall bertingkah aneh. Aku diperlakukan seperti bayi, dia melarangku ini itu. Bahkan dia selalu siap sedia mengantarku kemana pun. Aku hanya heran mengapa kekasihku bertingkah laku seperti baby sisterku.”

“Dia takut kau akan berpaling pada laki-laki lain dan itu semakin membuatku ingin merebutmu darinya.”

Keningku berkerut mendengar ucapannya sebelum tertawa, apa dia sengaja melakukan itu?, “Apa maksudmu?”

“Tidak. Aku hanya yakin saja jika kau benar-benar mencintaiku. Bukan kah aku benar?” tanyaku dengan tampang polos.

Oh syukurlah, aku sudah berfikir buruk akan ucapannya tadi.

“Apa nanti dia akan menjemputmu lagi?”

“Aku tidak tahu. Mungkin jika aku memintanya, dia akan menjemputku.”

“Jangan memintanya. Kau ingat, aku masih memiliki janji untuk berkunjung ke rumahmu. Kau pulang bersamaku nanti.”

Harry mengaitkan jemarinya pada jemariku. Menggenggamnya erat dan aku hanya bisa tersenyum ketika menatap sepasang tangan kami yang terkait ini.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang