Aku dan Harry pun berjalan mendekati Ibu. Secara spontan, Ibu langsung memelukku. Wajah Ibu tampak sangat panik dan sebisa mungkin aku menghelus punggung Ibu untuk membuatnya tenang. Kulihat Harry menduduki kursi sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sekarang Harry jauh terlihat lebih cemas dan dia tidak bisa membohongiku lagi.
"Bagaimana keadaan Paman Derk?"
"Dokter tak kunjung keluar sejak tadi. Itu yang membuat Ibu panik setengah mati. Terlebih lagi tidak ada orang yang bisa menangani perusahaan kecuali ada Ibu disana. Tetapi Ibu juga tidak bisa meninggalkan Derk"
Aku menarik nafasku mencoba tenang, kemudian aku merangkul kedua pundak Ibu untuk duduk. Aku duduk disebelah Harry lalu Ibu duduk disebelahku. Harry menatap kearahku sekejap, aku langsung mengelus bahunya seperti memberinya kekuatan.
"Jika pekerjaan Ibu masih banyak, Ibu bisa kembali melanjutkannya. Ada aku dan Harry yang akan bisa menjaga Paman Derk disini. Jangan khawatir Ibu, Paman Derk pasti baik-baik saja"
"Ya Nyonya Rasel, aku sebagai seorang anak seharusnya bisa menjaga Ayahku sendiri. Aku tidak ingin merepontkan anda. Jika anda masih ada pekerjaan selesaikanlah. Terimakasih telah membawa Ayahku kemari"
Aku sontak kaget mendengar kata demi kata yang Harry lontarkan, dia terkesan begitu bijaksana dari ucapannya. Bahkan aku tidak tahu Harry mendapatkan kata-kata bijak itu dari mana, yang aku tahu Harry adalah pria yang suka berbicara mengacuh.
"Aku senang kau telah peduli pada Ayahmu. Setidaknya aku mengetahui usaha Clarisa selama ini telah berhasil. Aku bahkan tidak menyangka kau bisa berbicara sedewasa itu. Aku salut pada usahamu Harry dan lebih peduli lah kepada Derk, dia sangat membutuhkanmu"
Ibu menghampiri Harry yang membuat Harry bangkit dari tempat duduknya. Ibu memeluk Harry perlahan, aku bahkan tidak meyangka akan melihat pemandangan seperti ini sebelumnya. Pemandangam yang sangat langka bahkan itu berhasih menitihkan air mata haruku.
"Terimakasih banyak telah membiarkan Clarisa berada didekatku. Aku tidak akan bisa seperti ini tanpa motivasi dari putrimu, Nyonya Rasel"
"Aku akan membiarkan putriku berada didekatmu jika kau selalu bisa menjaganya bukan menyakitinya"
"Tentu saja. Aku akan selalu menjaga putrimu apapun yang terjadi" Harry menyengir menampakan lesung pipinya yang indah. Mereka menatapku sambil tersenyum, aku pun berjalan mendekati mereka yang bediri beberap langkah didepanku.
"Risa akan menemani Harry disini dan Harry pasti akan menjagaku. Ibu lanjutkan saja pekerjaan diperusahaan. Jika ada perkembangan dari Paman Derk, Risa pasti akan menghubungi Ibu" kataku. Ibu mencium pipiku sekilas sambil menghelus puncak kepalaku. Ibu jauh lebih tampak tenang dibandingkan yang tadi.
"Harry, aku menitip putriku padamu, tolong jaga Clarisa ya. Dan satu lagi, jangan lupa menjaga Ayahmu, dia sangat membutuhkan perhatian dari putranya"
"Aku akan selalu mengingat nasehatmu. Aku akan menjalankannya, tidak perlu khawatir aku bisa menjaga mereka"
Ibu melangkah maju meninggalkan kami. Setelah sampai diujung pintu, Ibu kembali menoleh lalu melambaikan tangannya kearah kami. Aku dan Harry pun membalasnya. Hingga akhirnya Ibu tak terlihat lagi. Aku kembali duduk dikursi sedangkan Harry menyandarkan tubuhnya didinding.
"Duduklah,Harry. Semua akan baik-baik saja" aku menepuk tempat duduk yang ada disebelahku. Harry mendengus sebelum akhirnya dia menurut padaku.
"Mengapa dokter lama sekali menangani Ayahku?"
"Mungkin Ayahmu masih membutuhkan bantuan dari dokter. Ayolah, berfikir positif Harry. Ayahmu akan baik-baik saja"
Aku menggenggam tangan Harry dengan erat sambil menyadahkan kepalaku dibahu kanannya. Sebisa mungkin aku ingin membuat Harry menaras tenang. Tangan Harry mendarat lembut menghelus rambutku walau dia tak membalas ucapanku
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
أدب الهواة"When you show up my world. At the time I learned love" - Clarisa Lie Rasela.