Chapter 59

2.4K 168 19
                                    

Pergantian hari berangsur cepat setelah aku menemukan sebuah semangat yang timbul dalam diriku sendiri. Hal itu menjadi sebuah kekuatan tersendiri untuk ku, melepaskan segala beban yang semula terasa sangat memberatkanku. Setelah kejadian malam itu, ketika Harry menyelamatkanku dari para bajingan, kami membuka kesempatan untuk memperbaiki hubungan kami, aku dan Harry benar-benar melakukannya dengan sangat baik. Sampai detik ini hubungan kami semakin dekat, terasa hangat seperti sedia kala. Berada didekat Harry bukan ketakutan lagi bagiku, melainkan sebuah kebahagiaan yang tak pernah ternilai oleh apapun.

Kulirik diriku pada pantulan cermin yang ada didepan meja rias berukuran sedang ini, aku sudah siap dengan short pants dan tanktop sebagai busana untuk mengawali hari minggu ku yang cerah ini. Aku memiliki janji untuk ikut lari pagi bersama Glisa dan Sabila. Setelah mendapatkan tawaran dari mereka kemarin malam, aku tak perlu berfikir dua kali lagi untuk menerima tawaran mereka. Hitung-hitung semua itu akan membuatku menjadi lebih fresh dari sebelumnya.

Getaran dari ponselku menimbulkan sedikit suara gesekan, aku pun langsung mengeceknya, mendapati sebuah pesan dari Sabila yang mengatakan jika mereka sudah menungguku didepan rumah. Dengan cepat aku memakai sepatu vans ku lalu menguncir rambutku menjadi kuncir kuda. Aku tersenyum kembali ketika menilai penampilanku dari atas hingga bawah. Hari ini harus lebih baik dari sebelumnya, aku harus bisa bersenang-senang sebagaimana mestinya.

Kurang lebih kami memakan waktu sekitar empat puluh lima menit untuk mengelilingi lapangan yang cukup luas ini sebanyak lima kali putaran. Udara pagi yang sejuk dan pepohonan rindang membuat udara yang ku hirup semakin segar. Berlari seperti ini memang cukup menguras tenagaku namun aku tahu hal ini lebih penting untuk kesehatan tubuh, mengingat diriku yang tidak pernah berolah raga belakangan ini. Peluhku mengucur ketika menyadari tenagaku semakin berkuras, lalu aku mengambil sebuah handuk untuk mengelap keringat diwajahku.

Kami pun memilih untuk duduk sambil beristirahat diatas rerumputan hijau. Kemudian Sabila memberikan dua botol minuman untukku dan Glisa yang ternyata sudah disiapkan olehnya. Tanpa membuang waktu, aku langsung meneguk dengan cepat.

"Aku tidak menyangka berlari seperti ini akan menguras tenagaku seperti layaknya lari maraton." ujar Glisa setelah meneguk habis air dingin yang ada dibotolnya. Aku dan Sabila terkekeh, kemudian disusul oleh gonggongan yang berasal dari anjing peliharaan Glisa yang dibawanya untuk ikut lari pagi.

Aku langsung merebut rantai anjing yang diikat oleh Glisa pada batang pohon, lalu aku memangku peliharaannya yang diberinama Hachiko itu. Glisa mengatakan jika ia mengambil nama Hachiko karena dia terinspirasi dari sosok anjing yang sangat setia dan bersahabat yang berasalah dari Jepang. Glisa sempat menonton beberapa kali film tersebut dan hasil yang diterima adalah dia selalu menangis. Nama Hachiko memang cocok bagi peliharaannya ini hanya saja ukuran tubuhnya yang sedikit berbeda, Haciko peliharaan Glisa memiliki ukuran tubuh mungil dan berbeda dengan jenis anjing Hachiko yang terdapat pada film tersebut. Matanya yang sipit akibat tertutup bulu lebatnya yang berwarna putih, membuatnya lebih tampak menggemaskan.

"Sudah berapa lama kau memelihara Hachi?" tanyaku.

"Hampir dua tahun namun yang kuherankan Hachi tidak tumbuh besar juga." balas Glisa sambil menggaruk tengkuknya.

"Mungkin kau kurang memberinya asupan makanan yang baik, Glis." Sabila terkekeh geli akan ucapannya. Glisa memicingkan matanya ketika aku juga ikut tertawa.

"Hachiko sangat menggemaskan, andai saja aku majikannya." Aku memainkan bulunya sambil menguncir dengan ikatan pita yang lucu, "Tetapi sayangnya Ibuku tidak suka jika aku memelihara hewan dirumah, sayang sekali."

"Kau bisa merawatnya bersamaku, aku juga sering kewalahan memelihara Hachi sendiri. Hachi anjing yang manja." Glisa berdiri dari duduknya sambil kembali mengikat leher Haciko dengan rantai, "Sudah jam delapan pagi, lebih baik kita pulang sekarang. Bagaimana?"

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang