Chapter 49

2.3K 189 0
                                    

Semua yang aku rasakan kemarin tampak seperti sebuah mimpi indah yang sangat mustahil bila terjadi pada dunia nyata. Pada awalnya aku sempat kecewa ketika terbangun dari tidur pagiku dan aku menemukan diriku berada didalam kamarku tepatnya diatas tempat tidur kesayanganku.

Sedikit ada rasa cemas ketika aku merasakan semua yang aku alami itu adalah mimpi indahku tentang Harry. Tetapi tak selamanya apa yang kita fikirkan itu benar, karena firasatku melesat pada saat itu juga.

Pagiku berubah menjadi cerah ketika melihat tiga boneka panda yang berbeda ukuran itu diletakan disamping gulingku. Kulirik jari tanganku, aku masih menggunakan cincin berlian pemberian Harry kemarin malam. Sehingga semua ketakutanku leyap dengan sebuah kepastian yaitu Harry benar-benar ada untukku.

"Kita akan kemana sekarang?" tanya Harry mengejutkanku.

Bahkan sedari tadi aku hanya sibuk berhayal-hayal tentang momen kebersamaanku dengan Harry kemarin malam. Kini aku dan Harry tengah ada didalam mobilnya, kami baru saja menyelesaikan mata kuliah yang berbeda. Entahlah, aku sangat ingin menghabiskan hariku bersama Harry tanpa sepengetahuan Niall ataupun Losie.

"Aku memiliki banyak ide untuk kita hari ini namun aku tidak yakin jika kau menyukai ide-ideku. Kau pasti tidak akan senang dan menganggap itu semua membosankan."

"Bisakah kau tidak berfikir buruk terlebih dahulu terhadapku?" Harry menoleh kearahku penuh seringaian.

"Oke baiklah, sekarang apa kau ingin mendengarkan semua ideku?"

"Tentu, katakan saja. Jika kau mengulur waktu lebih lama lagi, aku akan memberimu hukuman."

"Sekarang aku ingin berbelanja untuk membeli beberapa minuman dan cemilan. Karena nanti malam aku ingin kau menemaniku menonton film dan kita menghabiskan waktu bersama dengan menonton salah satu koleksi film yang aku miliki. Bagaimana?" tanyaku penuh antusias.

Harry mengerutkan dahinya ketika dia menyempatkan dirinya untuk menoleh kearahku ketika sedang menyetir. Aku sudah tebak ideku akan dianggap ide bodoh olehnya. Harry tidak mungkin menyukai kebiasaan pria normal padahal baru kemarin aku merasakan jika Harry bisa menjadi pria yang lebih romantis.

"Aku sudah katakan jika ideku buruk. Seharusnya tadi aku tidak perlu mengatakannya karena aku sudah mengetahui jawabannya adalah tidak."

Hatiku meruntu kecewa, ku alihkan tatapanku keluar jendela dan sinar matahari yang masih menerangi sore hari ini sedikit menyorot kearahku. Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang bergerak pada puncak kepalaku sehingga aku langsung memalingkan mataku kembali pada Harry. Tangan kirinya mengacak kecil rambutku dan dia tersenyum.

"Kata siapa aku akan menolak bahkan aku saja belum menjawab tawaranmu. Itu artinya kau masih sering berfikiran buruk terhadapku,Clar."

Aku tersenyum mendengar jawabannya. Kuraih tangannya lalu aku meletakannya diatas kedua pahaku dan menggenggannya erat. "Well, kau menyetujui ideku?"

"Aku tidak akan bisa menolakmu, tidak akan pernah bisa. Kau harus ingat itu." Harry mengecup pipiku setelah aku menyadari lampu lalu lintas yang berada didepan kami berubah menjadi merah.

"Kau tahu, aku selalu benci diperlakukan secara tiba-tiba seperti itu."

"Jadi jika aku ingin menciummu, aku harus mengatakannya terlebih dahulu padamu? Itu terdengar sangat bodoh,Clar."

"Harry tetapi kau itu membuatku menja-" ucapanku terhenti ketika Harry kembali menciumku, kali ini bibirku lah yang dikecup singkat olehnya. Wajahku menjadi panas dan berubah merah dalam waktu singkat.

"Seperti itu yang kau inginkan?"

"Harry, kau menyebalkan!"

Aku mencubit lengannya ketika lampu sudah mulai berubah menjadi hijau. Bahkan aku dan Harry masih sempat-sempatnya bercanda sehingga semua mobil yang berada dibelakang mobil kami membunyikan klaksonnya.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang