Akhirnya aku dapat kembali melihat wajah tampannya yang sejak kemarin malam begitu membayangi fikiranku. Luka lebam masih tampak jelas diwajahnnya, mataya berwarna merah dan aku ingin menangis melihat kekacauannya.
Menggerakan satu tanganku, aku mencoba meraih pipinya namun dia menjauhkan wajahnya dariku, membuatku mengurungkan niatku.
"Bagaimana bisa kau masuk kedalam?" tanyanya tanpa melirik sedikit pun kearahku.Aku terus menatapnya penuh berharap agar dia mau membalasku namun tidak bisa, aku gagal.
"Aku sudah mengetuk pintu namun tidak ada yang membukakan pintu untukku. Ternyata pintu rumahmu tak terkunci, aku langsung masuk kemari untuk menemuimu."
"Lancang sekali kau." Harry terkekeh kecil sambil mendongakan kepalanya kesamping. Dia tidak mau menatapku bahkan sedikit saja tidak.
"Aku minta maaf jika lancang tetapi cuaca juga tidak memungkinkan aku berada diluar."
"Lantas apa peduliku? Aku sama sekali tidak peduli, Clar." Harry kembali terkekeh dengan terus membuang wajahnya dariku. Harry berbohong, dia pasti berbohong.
"Kau baik-baik saja? Mengapa tadi pagi tidak pergi ke kampus?" tanyaku dengan halus.
Aku mengikuti semua saran Zayn dan salah satunya adalah berbicara halus kepada Harry agar dia tidak meledak lagi.
"Itu bukan urusanmu. Oke, mungkin beberapa hari yang lalu itu menjadi urusanmu namun tidak dengan sekarang. Apapun yang menyangkut tentang hidupku bukan urusanmu lagi."
Oh Tuhan, menyakitkan sekali kata-katanya.
"Aku dengar kemarin malam kau pergi ke bar, apa itu benar? Dan apa itu ada sangkut pautnya dengan kejadian semalam?"
Harry menatapku sebentar, entah mengapa aku langsung menunduk ketika mengetahui mata hijaunya sedang melirikku tajam.
"Apa semua kata-kataku tadi belum jelas,hah? Baiklah aku tekankan sekali lagi. Apapun yang menyangkut tentang hidupku bukan urusanmu lagi, Clarisa!"
Lebih sabar Clarisa, kau pasti bisa, batinku terus berupaya membuatku bertahan akan sikap kasar Harry yang sedari tadi dia tujukan terus kepadaku. Aku langsung mengambil bungkus plastik yang kubawa, lalu kukeluarkan kotak makan yang didalamnya terdapat banyak jenis cup cake itu.
"Apa kau sudah makan?" tanyaku.
Harry diam bak patung, matanya tertuju pada sesuatu yang aku bawa dikedua tanganku. Dia memandangnya geli dan setelah itu dia tertawa, bahkan tidak ada yang lucu.
"Apa yang kau bawa? Makanan bodoh." gelak tawanya semakin membuat hatiku teriris. Aku membuatkan ini untuknya dan dia mengatai cup cakeku dengan makanan bodoh.
"Aku membuatkan cup cake untukmu. Mungkin ini sebagai tanda permintamaafanku. Kau harus mencobanya, aku yakin kau pasti suka."
Aku mengambil satu cup cake yang aku arahkan kemulut Harry. Tiba-tiba tangan besarnya menepis tanganku, membuat cup cake yang ingin kusuapi padanya terjatuh dilantai.
Harry menatapku geram lalu dia merebut kotak makan yang ada disatu tanganku. Dengan penuh amarah dia melepar kotak makan itu sembarang sehingga semua cup cake buatanku berceceran dilantai.
"Harry, apa yang kau lakukan?!" tanyaku sedikit meninggikan suaraku pada akhir kalimat.
Ini sudah keterlaluan, aku tidak bisa menahan diriku lagi.
"Kau membuat kesalahan yang jauh lebih bodoh lagi, Clarisa!"
"Apa lagi salahku? Jika karena kejadian kemarin malam, aku sudah meminta maaf. Dan apa yang kau lakukan pada cup cake yang khusus aku buatkan untukmu, kau menghancurkan semuanya Harry!"
![](https://img.wattpad.com/cover/27229710-288-k636717.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Fiksi Penggemar"When you show up my world. At the time I learned love" - Clarisa Lie Rasela.