Chapter 46

2K 183 9
                                    

Aku sedikit merasa kesusahan untuk memilih pakaian pada awalnya. Aku masih tidak mengerti dengan pesta apa yang akan kudatangi. Terpintas memang namun tetap saja aku merasa aneh karena sebelumnya aku tidak mendatangi pesta semacam pesta yang dibuat oleh Louis.

Hingga akhirnya aku memutuskan menggunakan dress pendek berwarna putih. Cukup terbuka namun ini masih terbilang sopan. Aku tidak mungkin nyaman memakai pakian seperti jalang.

Niall langsung menghentikan mobilnya tepat didepan rumah Louis. Mulutku sedikit menganga melihat seberapa megah rumah Louis yang baru pertama kali aku datangi. Niall membuka pintu mobilnya untukku dan aku pun menginjakan heels ku ditanah.

“Aku tidak menyangka rumah Louis semegah ini” kagumku.

Bola mataku berputar kesana kemari, bahkan ini baru sampai dihalaman depannya saja tetapi aku sudah terkejut seperti ini. Mungkin aku akan lebih terpukau ketika masuk ke dalam.

“Keluarga Tomlinson memang kaya raya, hanya saja Louis tidak senang memamerkan apa yang dia miliki. Kau masih ingin diam disini?”

“Tentu saja tidak. Ayo kita masuk.”

Aku menggandeng tangan Niall untuk masuk kedalam. Setelah Niall membuka pintu depan suara dentuman musik yang keras sudah menggelegar pada telingaku.

Banyak orang yang telah memadati rumah Louis dengan gaya berantakan, bahkan tidak satu pun dari mereka pernah kulihat sebelumnya. Aku sudah tebak ini pesta seperti apa, sebenarnya aku tidak menyukai suasana seperti ini namun apa daya egoku lebih kuat sehingga aku berhasil menginjakan kakiku disini.

“Kau cemas?” teriak Niall samar-samar dengan suara musik yang berbunyi semakin keras.

“Tidak. Aku biasa saja, Niall.”

“Jangan berbohong, aku mengenalmu Risa. Semua akan baik-baik saja, oke?”

“Ya Niall aku juga berfikir seperti itu.”

Aku mengeratkan genggaman tanganku pada lengan Niall ketika Niall membawaku semakin masuk kedalam rumah Louis. Sialan, rumah Louis benar-benar seperti istana kerajaan.

“Hey Niall, Clarisa.”

Suara teriakan memanggil nama kami pun terdengar jelas ditelingaku. Aku kembali memutar bola mataku untuk menemukan dimana asal suara itu. Niall menunjuk kearah kanan dari tempat kami berdiri, aku melihat Louis dan beberapa orang disana. Niall langsung menarik tanganku mendekat kearah tempat duduk Louis.

“Clarisa, kufikir kau tidak akan datang.” Sabila berteriak girang.

Sabila dan Glisa pun berlari kearahku dan memelukku erat sehingga aku hampir terjatuh akibat tidak bisa menjaga keseibanganku dengan heelsku yang luamayan tinggi ini.

“Bisa lepaskan aku, kita bertiga seperti anak kecil yang sudah tidak bertemu selama sepuluh tahun.”

Mereka menyengir setelah melepaskanku dari pelukan mereka. Aku hanya memasang tampak kecutku dan mereka langsung merengek minta maaf padaku.

“Hey, apa aku datang terlambat?”

Sial, suara itu lagi.

Aku langsung menoleh kearah kiriku. Tepat disamping Niall, aku melihat Harry dan Losie. Harry menatap ke sekelilingnya sebentar hingga akhirnya tatapan berhenti dimataku.

Oh sial mata hijaunya indah sekali.

Kami saling berpandangan dalam beberapa detik walau dari kejauhan namun aku selalu terhanyut dibuatnya. Aku tak bisa mengartikan tatapan Harry kali ini, dia seperti terkejut lalu terhanyut. Aku selalu senang ketika sesekali dia mengedikan bulu matanya. Tampan sekali.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang