Chapter 42

2.1K 190 16
                                    

Udara masih segar dan sejuk dipagi ini namun cuaca yang tenang tidak setenang fikiranku saat ini. Kutemukan Glisa yang Sabila yang telah berada ditengah kelas sambil menduduki bangku mereka masing-masing. Aku melangkah perlahan sambil terus menunduk mentap kakiku yang sedang melangkah.

Tidak ada sedikit senyuman pun dipagi ini. Harry terus membayangi pikiranku semalam bahkan sampai detik ini pun masih sama. Entahlah, walau tadi aku sempat bertemu Niall namun tetap saja perasaanku masih tidak tenang karena Harry.

"Mengapa wajahmu kusut sekali,Risa?" tanya Glisa. Sedari tadi aku menyadari mereka menatapku namun aku mengabaikannya. Aku bersumpah bahkan berbicara pun aku tidak mood.

"Masalah apa lagi,hah? Bukannya tugas dari Mrs.Carolate sudah kau kumpulkan dan kau bisa mengikuti kuis minggu depan." ucap Sabila.

Aku menoleh bergantian kearah mereka lalu menggelengkan kepalaku, "Bukan. Bukan itu masalahnya. Ini jauh lebih rumit."

"Niall dan Harry membuat ulah lagi?" tebak Glisa yang membuat aku langsung mendongak kearah mereka. Aku memperhatikan mereka dengan serius, bahkan dari mana dia mengatahui ini semua?

"Kalian memang benar. Mereka adalah masalahku, masalah yang tidak bisa aku pecahkan sampai sekarang. Jika cara memecahkan masalahnya adalah mengambil sebuah pilihan, aku tidak akan sanggup."

"Jadi kau sudah mulai menyukai Harry?"

Pertanyaan Sabila membuatku mematung. Mata mereka mengintrograsiku dengan serius. Aku menggengit bibir bawahku sambil menggelengkan kepalaku berkali-kali, apa aku harus mengaku agar mereka bisa mencarikanku solusi lain ataukah aku harus menutup ini semua rapat-rapat sebelum semua akan kacau?

"Aku hanya takut menceritakan semuanya sekarang."

"Risa, apapun masalahmu itu juga masalah kami. Apa kau melupakan itu semua setelah sekian lama kita bersahabat? Aku fikir kau akan selalu ingat. Ceritakan saja." bujuk Glisa yang membuat jantungku kembali berdetak tak karuan.

"Malam itu Harry datang padaku, dia mengatakan jika dia tertarik padaku. Dan jujur selama aku dekat dengan Harry, aku memang memiliki ketertarikan padanya. Aku sadar tidak seharusnya aku membiarkan perasaanku ini berkembang tapi aku juga tidak bisa menolaknya begitu saja."

Aku menemukan wajah terkejut mereka setelah mendengar pengakuan dariku. Mereka tampak tak percaya, sama sepertiku. Aku bahkan tidak percaya jika aku akan melanggar janjiku pada mereka untuk tidak jatuh cinta kepada Harry.

"Aku sudah tebak ini sejak awal. Kau akan jatuh ke perangkap Harry, Risa."

"Apa maksudmu Sabila?"

"Kau bahkan tidak tahu bagaimana Harry. Kau hanya mengenal sisi baiknya karena hanya itu yang dia tunjukan kepadamu. Namun kau juga harus tahu bagaimana Harry yang sesungguhnya, Risa. Dia pria yang keras." jelas Sabila.

"Harry bukan pria seperti itu. Aku mengenalnya."

Aku bahkan sama sekali tidak percaya akan ucapan mereka, mereka seperti sangat ingin menjatuhkan Harry didepanku. Seperti apa yang sudah aku tebak, inilah yang akan terjadi ketika aku telah menceritakan semuanya pada mereka, karena sejak awal mereka memang tidak menyukai kedekatanku dengan Harry.

"Dan dia meracuni fikiranmu hingga kau membelanya. Pantas saja Niall merasakan hal yang berbeda darimu. Bukannya bagaimana namun aku sarankan kau harus berfikir jernih, kau pasti bisa membedakan mereka berdua." saran Glisa.

"Point dari semua ini adalah kalian lebih mendukung hubunganku dengan Niall dibandingkan dengan Harry?" tanyaku merintih.

"Niall akan menjadi yang lebih baik untukmu dari pada Harry. Percayalah, kau hanya perlu menenangkan fikiranmu." kata Sabila.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang