Chapter 25

1.9K 233 2
                                    

“Ada apa kau datang kemari, Harry?” ucapku setenang mungkin. Padahal sesungguhnya itu sangat berbalik dengan suasana hatiku sekarang. Aku cemas, keadaan mempertemukan Harry dan Niall disaat yang tidak tepat.

Harry menatap kearahku namun hanya sekilas. Terlihat dia sedang membalas tatapan tajam yang Niall berikan padanya. Aku meremas tanganku sendiri sambil berfikir untuk mengambil sebuah keputusan yang bisa mencairkan suasana dingin ini.

“Harry, jawab aku” aku meremas satu lengannya dengan kuat, berharap jika Harry akan membalas ucapanku. Tatapan Harry kini berpindah alih padaku. Niall melangkah mendekati kami. Ditariklah tanganku oleh Niall agar berada didekatnya yang membuatku melepaskan tanganku dilengan Harry.

“Jadi ini alasanmu mengabaikan panggilan dariku?” tanya Harry. Wajahnya tampak suram seperti marah sekaligus kecewa. Aku tidak bisa mengeluarkan kata-kata, bibirku seakan bisu. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku berkali-kali

“Aku kesini hanya ingin mengembalikan dompetmu. Kemarin malam, kau meninggalkannya dimobilku” Harry mengeluarkan dompetnya dari balik punggungnya yang tertutupi oleh jaket. Aku pun mengambilnya dengan tangan gemetar.

“Ma-maaf merepotkanmu,Harry” kataku gugup. Harry menggeleng cepat. Dan setelahnya suasana kembali menjadi dingin. Hanya ada Niall dan Harry yang saling bertukar pandangan sinis. Apa lagi yang harus aku lakukan?

“Oh ya Harry, kenalkan ini Niall, dia kekasihku. Dan Niall, kenalkan dia Harry” ucapku seolah berbasa-basi. Padahal aku tahu mereka saling mengetahui satu sama lain namun ini satu-satunya cara untuk mencairkan suasana ini.

“Jadi dia bajingan yang selama ini selalu menyakitimu” komentar Niall sinis. Aku mencengkram lengan Niall sambil menggelengkan kepalaku berharap agar Niall bisa menjaga ucapannya didepan Harry.

“Apa yang aku takutkan kemarin malam benar-benar terjadi,Clar” Harry berbalas berkomentar.

Aku menatapnya dan berusaha mencerna ucapannya. Kemarin Harry seolah ingin bersamaku sepenuhnya, dia memperlakukan seolah-olah aku akan meninggalkannya. Dan sekarang Niall kembali padaku dan ini sekaligus akan membuat sebuah jarak diantara aku dan Harry. Aku mengerti sekarang, Harry memiliki ikatan batin yang kuat terhadapku.

“Risa, kau harus membawanya keluar dari rumahmu. Dia tidak baik berada disini” ucap Niall sedikit menyentak. Wajahnya tampak merah sekarang. Aku lihat Harry mengepalkan tangannya yang seolah ingin memukul Niall. Namun dia terluhat meredamkan emosinya ketika menatap mataku.

“Kau tidak berhak mengusirku. Ini rumah Clarisa bukan rumahmu. Sialan” Harry memekik kecil.

“Risa, dia sama sekali tidak pantas berada disini. Lihat, pria seperti dia tidak akan cocok menjadi temanmu. Ayo, perintahkan dia keluar dari sini Risa” Niall mencengkram lenganku.

Aku terdiam disini, mulutku terasa begitu sulit untuk berbicara. Sekujur tubuhku terasa bergetar hebat sekarang. Otakku sudah tidak bisa lagi mencerna apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Aku tidak ingin suasana disini lebih kacau lagi namun aku juga tidak tega jika harus mengusir Harry. Ayo berfikir Clarisa.

“Har—“

“Kau tidak perlu bersusah payah meminta Clarisa untuk mengusirku dari sini. Sekarang aku akan pulang” gumam Harry memotong cepat ucapanku. Harry seolah tahu apa yang akan aku ucapkan. Dan aku fikir karena Harry tidak ingin mendengar aku mengusirnya, maka dari itu ia memotong ucapanku dan memilih untuk melangkah menjauh dariku dan Niall.

“Kau seharusnya sadar diri, bajingan” Niall bergumam sinis sambil merangkul pundaku. Kami menatap Harry yang bergerak keluar dengan pelan dan ragu. Hati kecilku menyoraki nama Harry untuk memintanya tetap disini namun mulutku seakan sulit mengeluarkannya terlebih lagi ketika Niall berada didekatku seperti ini.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang