Chapter 9

2.3K 263 12
                                    

Tidurku terasa begitu nyenyak semalam, bahkan sampai sekarang aku masih ingin berlama-lama di tempat tidur, kebetulan hari ini adalah hari minggu. Hal yang membuatku merasa teramat lega adalah terlepas dari Harry. Pergi jauh dari kehidupannya. Aku bahagia.

“Clarisa, ayo bangun! Ini sudah siang.” teriak Sabila.

Bagaimana bisa mereka ada disini? Astaga. Ditariklah selimutku namun aku juga ikut menarik, tak mau kalah dari mereka.

“Jangan mengganggu hari mingguku. Ini masih pagi.”

“Kau bilang ini masih pagi? Clarisa ini sudah jam 10 dan gadis seperti kita seharusnya sudah bangun pukul 7 pagi.” pekik Glisa.

“Oh ya? Tapi itu bukan diriku. Aku hanya ingin menikmati hari mingguku yang bebas dengan seharian penuh bersama kasurku tercinta.”

Kurasa selimutku kembali ditarik bersamaan dengan tanganku. Sehingga sekarang aku dalam posisi duduk. Aku menutup kedua wajahku dengan malas. Sangat buruk jika orang-orang melihat wajahku ketika baru bangun tidur.

“Taraa! Aku memilki 3 tiket konser. Hari ini kita akan menikmati hari minggu dengan bersenang-senang. Terlebih lagi ini untuk merayakan kebebasan Clarisa dari Harry.” teriak Glisa gembira sambil memperlihatkan tiga buah tiket di tangan kanannya.

“Bagaimana, Sa, ide kita bagus 'kan?” tanya Sabila. Aku memutar bola mataku sambil mengetuk-ngetuk daguku dengan telunjuk.

“Boleh juga. Oke, aku akan mandi sekarang. Kalian bisa tunggu di bawah.”

Aku bangkit dari tempat tidur dan melihat bayanganku di depan cermin. Aku membulatkan mata ketika melihat wajahku penuh dengan coretan dan gambar-gambar tidak jelas. Ini spidol. Dan didahiku tertulis Niall or Harry?'

I hate you so fucking much, guys!” teriakku keras.

“Itu hukuman untuk orang yang malas bangun.” kata Sabila. Lalu mereka malah menertawaiku semakin keras dan keluar kamar dengan wajah tanpa dosa.

Menyebalkan.

***

Siang tadi kami pergi ke sebuah restoran yang memang menjadi resto favorit kita untuk berkumpul. Sekedar mengisi perut karena sejak pagi aku belum makan. Bagimana tidak, aku harus menghabiskan waktu di kamar mandi kurang lebih 2 jam hanya untuk membersihkan wajahku dari coretan itu. Untung saja itu bukan spidol permanen.

Sabila memberi kami ide untuk berkunjung ke sebuah pameran yang berada di taman seberang restoran. Pameran ini memang khusus diadakan pada hari sabtu dan minggu. Namun ini kali pertama aku berkunjung kemari.

Kami pun berkeliling untuk menemukan barang-barang yang menarik menurut kami. Hingga akhirnya kami duduk di kursi taman yang kosong karena berjalan-jalan di taman seluas ini sangatlah melelahkan. Kami meletakan semua belanjaan kami diatas meja.

“Jam berapa konsernya dimulai?” tanyaku.

“Jam 8 malam. Sekitar dua jam lagi, ini masih jam 6 sore.” jawab Glisa.

“Tidak apa menunggu yang terpenting hari ini menyenangkan. Aku puas bersenang-senang dengan kalian berdua.” Sabila merangkul bahuku dan Glisa untuk dibawa ke pelukannya.

Sungguh tak terasa hanya dengan mengobrol saja, kami sudah menghabiskan waktu selama dua jam disana. Aku pun melajukan mobilku ke tempat konser yang telah tertera ditiketnya. Ku lihat keadaan cukup padat bahkan tempat untuk memarkir mobil saja bisa dibilang penuh.

“Setengah jam lagi.” ucap Glisa sambil menunjukan jam tangannya.

Kami pun masih berdiri disana sambil menatap kosong panggung megah itu. Hingga aku mendengar sebuah suara yang ku fikir ia sedang menyapa kami dengan kata Hey. Kami pun langsung menoleh kearah belakang dengan kompak.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang