Chapter 35

2.2K 222 16
                                    

The songs :

One Direction - More Than This


One Direction - Last First Kiss


***

Bunyi derasnya rintikan air hujan yang menghantam tanah terdengar jelas ditelingaku. Cuaca selalu begini akhir-akhir ini, bahkan aku selalu mengeluh kedinginan sendirian tiap malam. Membuka pintu kamar mandi, aku pun keluar dengan handuk yang tergantung dipundakku untuk mengeringkan rambutku yang basah sehabis keramas.

Dengan cepat aku mengambil tumpukan bukuku lalu menentengnya ke balkon kamarku. Aku pun merangkak naik ke atas kursi kayu yang ada disana. Mengambil teh hangat lalu meneguknya secara perlahan, aku bahkan sudah mempersiapkan ini sejak tadi.

Aku membuka buku untuk melanjutkan tugasku. Tak terasa minggu depan aku harus mengumpulkan tugas hukuman ini. Dan aku memiliki tekad untuk menyelesaikannya malam ini juga. Kufikir tidak buruk juga mengerjakan tugas sambil melihat hujan melalui balkon kamarku. Sesekali kejadian tadi siang, saat Harry berkata manis kepadaku melintas difikiranku dengan sejuta keraguan. Aku selalu bingung akan perubahan sikapnya.

Aku menghentikan gerak penaku ketika mendengar sebuah suara bel yang samar-samar terdengar ditengah suara hujan deras yang begitu bising. Namun aku fikir, aku hanya salah mendengar saja. Ibu sedang lembur dan tidak akan ada orang yang bertamu malam-malam begini.

"Clarisa.."

Aku diam setelah mendengar seseorang yang memanggil namaku. Memutar bola mataku kesegala arah, aku tetap tidak menemukan sesosok orang pun disana. Sial, bulu kudukku merinding sekarang. Sekali lagi suara itu terdengar, aku menginjakan kakiku keatas lantai lalu berjalan mendekati besi pengaman diatas balkonku. Ketiga kalinya suara itu terdengar, aku langsung mendongakkan kepalaku kebawah.

"Harry?"

"Bukakan pintu untukku, Clar"

Aku diam dalam sesaat sambil terus berfikir mengenai hal gila yang Harry lakukan. Sekali lagi aku mendongak kebawah dan aku menemukan Harry yang masih berdiri ditengah hujan deras. Apa dia sudah gila, apa yang dia lakukan? Mengapa dia begitu senang menyiksa dirinya sendiri?

"Clarisa, cepat bukakan pintu untukku" teriaknya ditengah suara hujan.

Tanpa berfikir lagi aku langsung keluar dari kamarku untuk menuruni tangga. Menarik pintu rumahku yang besar, aku menemukan punggung Harry yang berdiri diteras rumahku. Seluruh pakaiannya yang basah membuat percikan airnya terjatuh membasahi lantai terasku.

"Harry.."

Harry memutar tubuhnya menjadi berhadapan denganku. Aku sontak kaget melihat dia begitu kacau malam ini. Dia menempelkan kedua tangannya sambil menghusap-husapnya, seperti layaknya orang kedinginan. Senyuman yang terpancar dibibirnya membuat rasa rindu ingin memeluknya ini tak tertahankan. Jangan Clarisa, Harry hanya datang untuk memanfaatkanmu saja tidak lebih.

"Akhirnya kau mau membuka pintu juga. Aku fikir kau akan membiarkanku berdiri disini lebih lama lagi"

"Aku tidak tahu jika ada yang bertamu" balasku dengan tetap bersikap secuek mungkin padanya. Jika dia memiliki rasa peka terhadap orang lain, dia pasti mengetahui jika aku masih marah padanya.

"Aku sudah memencet bel rumahmu beberapa kali"

"Namun aku sedang ada dibalkon kamarku. Letaknya dilantai dua dan jaraknya begitu jauh dengan pintu depan. Jangan berbasa-basi lagi, Harry"

"Aku tidak berbasa-basi"

Aku mendengus kesal. Bahkan Harry memasang tampang tidak bersalah sama sekali. Itu membuatku semakin kesal. "Mau apa kau kemari?"

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang