Chapter 23

2.2K 252 22
                                    

"Risa, hari ini aku dan Sabila pulang bersamamu ya?" ucap Glisa sedikit merayuku.

Aku berkacak pinggang sambil menatap mereka yang sedang memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Aku yakin karena tidak bisa diantar pulang oleh Zayn dan Louis, mereka berpindah padaku. Sesungguhnya tidak masalah namun hanya merasa dicari ketika dibutuhkan saja.

Tidak, apapun yang terjadi mereka tetap sahabatku. Perlahan aku pun menganggukan kepalaku seolah berkata setuju dengan ucapan mereka.

"Kalian ada acara apa nanti malam? Aku yakin kalian pasti memiliki acara yang lebih menarik dariku untuk merayakan malam minggu kalian." tanya Sabila sambil kembali duduk dibangkunya seakan menungguku merapikan semua bukuku.

"Nanti malam, Zayn akan mengajakku dinner, yang kalian harus tahu ini adalah dinner pertama kita. Aku tidak sabar untuk nanti malam walaupun sesungguhnya aku gugup. Kau sendiri kemana,Bil?" tanya Glisa pada Sabila. Aku disini seolah menjadi patung yang hanya mendengar mereka berbicara.

"Serupa denganmu, Louis juga mengajakku dinner. Aku senang sekali ketika tengah malam kemarin, Louis meneleponku untuk mengatakan ini. Kau akan kemana,Risa?"

Pertanyaan Sabila membuatku mematung. Perasaan iri pada mereka itu muncul lagi. Mereka pasti sangat senang ketika orang yang merekai sukai berada didekat mereka. Sedangkan aku, Niall berada jauh disana dan hubungan kami sedikit bermasalah saat ini. Ditambah lagi dengan tugas Mrs.Carolate yang belum aku selesaikan. Mungkin memang malam ini aku harus menyelesaikan tugas itu. Dan mungkin malam nanti adalah malam minggu terburuk yang tercatat sepanjang hidupku.

"Aku akan bermalam minggu dirumah dengan secangkir kopi hangat dan film yang ditanyangkan ditelevisi, ditemani juga oleh para buku-buku dan tugas yang belum aku selesaikan. Malam minggu yang buruk bukan" aku mendengus kesal. Glisa dan Sabila malah mengeluarkan gelak tawa mereka.

"Ayolah Risa. Kau itu memiliki kekasih. Mungkin kau bisa menghabiskan malam minggumu dengan menelepon Niall sepanjang malam. Kufikir itu lebih baik dari pada kau harus bermalam minggu dengan tugas dari Mrs.Carolate" Glisa terkekeh geli.

"Sayangnya Niall masih marah padaku. Sudah lebih dari tiga hari, Niall tidak menghubungiku. Aku sudah bersikeras untuk meminta maaf tapi Niall seakan tak peduli"

"Aku yakin dasar Niall marah padamu karena rasa cemburu. Niall cemburu pada Harry yang kini dekat denganmu. Niall sampai meminta kami untuk mengawasimu dari Harry. Itu artinya Niall mencintaimu dan setelahnya hubungan kalian akan baik-baik saja. Percaya padaku" Glisa menghusap pundakku pelan. Aku seolah bangkit lagi setelah mendengar ucapannya yang seseolah memotivasiku. Aku yakin sebenatar lagi Niall pasti mengubungiku. Niall tidak betah seperti ini terus, sama sepertiku.

"Aku harap juga begitu. Sudahlah, jangan membicarakan malam minggu lagi. Aku tidak memiliki malam minggu yang spesial. Ayo pulang"

***

Seperti dugaanku mengenai malam mingguku, bermalam dengan para buku dan tugasku. Buku tebal ini masih tersisa lima puluh halaman lagi setelah Harry mengerjakan separuhnya kemarin. Menggerakan pena diatas kertas, aku pun mulai mngerjakan tugasku dengan perlahan namun pasti. Otakku terus kugunakan untuk berfikir keras, kuharap aku bisa menyelesaikannya malam ini juga.

Aku hanya sendirian dirumah ini, kuyakini Ibu pasti lembur hari ini. Tidak ada suara, selain suara televisi yang menyala dan menayangkan sebuah berita. Bahkan televisi hanya kujadikan sebuah pajangan saja tanpa ku tonton serius. Menguap kecil, aku pun merasa kantuk padahal waktu masih menunjukan pukul tujuh malam. Beranjak berdiri, aku berjalan kedapur untuk membuat sebuah kopi agar aku tidak tertidur saat mengerjakan tugasku.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang