Chapter 15

2.1K 240 4
                                    

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali. Sebuah sorotan sinar membuat mataku silau. Aku melirik sekitar dan ini bukanlah kamarku. Aku ingat, aku menginap di rumah Harry. Namun yang terakhir kuingat adalah aku yang terlelap di atas sofa.

"Kau sudah bangun rupanya." Harry muncul di balik pintu kamar mandi hanya dengan sebuah handuk yang melilit pinggangnya.

"Mengapa aku bisa berada disini?"

"Memang kau menginap disini kemarin. Apa kau sepikun itu?"

"Bukan, maksudku mengapa aku berada dikamarmu? Bukannya kemarin aku beristirahat disofa ya"

"Oh soal itu," Harry kembali terkekeh sambil memilih pakaiannya didalam lemari. Kemudian ia letakan di pinggir kasur. Sial, bisakah dia tidak sepanas itu?

"Jangan bilang jika kau berbuat-"

"Clarisa, kau bahkan masih mengenakan pakaianmu." Selanya, "Tengah malam aku melihatmu kedinginan karena badai di luar semakin besar. Aku tidak tega melihatnya lalu ku bawa saja kau ke kamarku agar lebih aman."

Aku hanya menunduk sambil mencoba untuk yakin pada ucapannya. Harry baik juga.

"Lalu kau tidur disini?"

"Inginnya namun aku tidak melakukannya. Aku tahu kau akan marah jika mengetahui aku tidur serajang denganmu."

"Jika tidak disini, dimana kau tidur semalam?"

Harry mengarahkan dagunya ke sofa yang ada di samping rak bukunya. Harry rela tidur disofa karena dia peduli terhadapku? Kufikir ini kemajuan yang bagus, Harry telah memiliki rasa simpati.

"Maaf jika aku merepotkanmu." Aku menyengir kecil.

Harry menggeleng sambil tersenyum kearahku. Kemudian tangannya bergerak untuk melepaskan handuk yang melilit dipinggangnya itu. Aku spontan menutup matanya.

"Harry, jangan! Ada aku disini."

"Aku lupa." Harry terkekeh geli.

"Jam berapa ini?" tanyaku.

"Hampir jam setengah delapan pagi."

"Mengapa kau tidak membangunkanku? Aku bisa terlambat masuk kelas."

"Sebaiknya kau jangan mengoceh padaku. Kau mandi saja lalu kita berangkat ke kampus bersama. Ayo sana."

Aku mendengus kemudian bangkit dari kasur untuk berjalan kearah kamar mandi yang berjarak beberapa langkah saja. Namun tepat di depan pintu kamar mandi, langkahku terhenti sejenak lalu aku kembali menoleh kearahnya.

"Harry, boleh aku pinjam handuk?"

"Ini pakai saja. Dua puluh menit lagi aku tunggu dibawah." Harry mengulurkan handuknya dan aku menerima.

"Oke. Terimakasih." kataku sebelum memasuki kamar mandi.

Aku dapat melihat senyumnya yang tampak sangat manis pagi ini. Sejauh ini Harry tidak seburuk yang aku bayangkan bahkan dia memiliki sikap yang manis dalam memperlakukan seorang wanita.

***

Ini kali pertama aku berangkat ke kampus bersama Harry, hanya berdua. Semenjak kejadian kemarin malam, Harry tampak lebih lembut. Bahkan kata-kata yang ia ucapkaan ketika kami berbicara sangat halus, berbeda dengan sebelum-sebelumnya.

"Ayo turun!" ucapnya seraya memarkirkan mobilnya setelah tiba di kampus. Aku pun melepaskan sabuk pengaman dan segera turun.

Belum lama setelah kami turun, Losie berlari kearah kami. Bukan kami namun hanya Harry. Losie memeluk Harry dan tidak lupa memberi kecupan pada bibirnya. Sial, pemandangan yang sedikit menjijikan untuk dilihat pagi-pagi begini.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang