“Tidak penting.”
Harry berbisik di dekat telingaku. Dia menarik wajahnya agak jauh namun satu tangannya masih bertopang pada dinding. Dimana aku masih ketakutan di depannya.
“Yang meminta aku datang kesini Ayahamu, jadi aku terpaksa datang kesini untuk memenuhi janjiku. Dan aku memintamu untuk belajar."
“Belajar?"
"Yap. Now!"
"Tidak. Aku tidak mau belajar!” bentaknya.
“Tapi ini perintah dari Ayahmu. Mau tidak mau, ya, kau harus mau.”
Harry menatap wajahku semakin dekat membuat jantungku semakin berdetak tak karuan. Tentunya ini perasaan takut. Tidak pernah ada yang menapaku sedekat ini selain Niall.
“Oke, cukup." Aku mendorong Harry agar sedikit menjauh. "Dimana kita bisa belajar?”
“Ikut aku!” perintahnya.
Harry berjalan menaiki anak tangga, aku pun membuntutinya dari belakang. Perasaanku menjadi tak karuan. Mengapa bisa aku terjebak ditengah kehidupan Harry Styles? Tak kurasa, aku telah sampai didepan sebuah pintu berwarna coklat. Harry memutar kenop pintu dan terluhatlah sebuah kamar di dalamnya.
“Kenapa kau diam? Ayo masuk!”
“Kita kesini hanya untuk mengambil buku kan?”
“Tentu tidak, bodoh."Harry terkekeh, "Kita akan belajar disini. Di dalam kamarku”
“Tidak. Kita bisa belajar di ruang tamu atau di taman belakang rumahmu. Setidaknya itu lebih umum dan terbuka. Aku tidak setuju kita belajar di kamarmu, apa lagi hanya berdua.”
“Kau mau aku belajar kan?" Aku mengangguk polos "Ikuti mauku atau aku tidak akan mau belajar?”
"Aku mengalah."
Dengan terpaksa aku harus melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamarnya. Ku fikir kamar Harry berantakan seperti banyak pria lainnya. Tapi pemikiranku salah, Harry sangatlah rapi. Terlihat dari cara Harry menata semua barangnya.
Aku duduk diatas karpet sambil membuka buku. Lalu Harry duduk di hadapanku sambil terus menatapku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. Datar, dingin, tajam. Semacam tatapan mematikan.
“Kenapa kau mau saja mengikuti perintah Ayahku?”
“Tentu saja aku tidak tega harus melihat Ayahmu memohon padaku hanya untuk ini. Semua ini aku lakukan demi Paman Derk bukan demi dirimu. Jangan terlalu percaya diri, bung."
“Memangnya apa saja yang Ayahku katakan padamu kemarin?”
“Banyak hal mengenai dirimu tentunya. Dia bilang kau anak yang tidak bisa diatur dan hidupmu kacau. Apa benar semua itu karena perceraian kedua orang tuamu?”
“Tidak. Kau jangan sok tau tentang hidupku!”
“Maaf, aku memang tidak tau, tetapi kemarin Ayahmu berkata seperti itu.”
“Jangan percaya dengan apapun yang dia ucapkan tentangku. Dia itu hanya orang tua keparat!” Harry menepuk lantai kesal sebelum ia beranjak berdiri untuk mengambil ponselnya diatas meja.
"Jaga mulutmu, Harry. Tidak boleh mengatakan Ayah sendiri dengan sebutan keparat."
“Dan tutup mulutmu!” bentak Harry.
Aku hanya mendengus kesal. Sedari tadi Harry sangat ketus menjawab pertanyaanku padahal aku berbicara dengan halus.
“Oke baik. Sekarang materi mana yang belum kau mengerti?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Fiksi Penggemar"When you show up my world. At the time I learned love" - Clarisa Lie Rasela.