Chapter 10

2.3K 263 8
                                    

Mata kuliah hari ini benar-benar menegangkan. Dosen baru-entah siapa namanya- memasuki kelasku. Pria gemuk, berkumis dan berkaca mata. Dari ciri-cirinya mungkin terkesan lucu namun jika dilihat dari caranya mengajar, dia lebih menyeramkan dari pada singa.

Hingga akhirnya mata kuliah berakhir dan aku bisa bernafas lega. Kurapikan semua bukuku. Setelahnya, kuronggah ponselku disaku celana dan mendapati Niall yang mengubungiku kurang lebih sebanyak 10 kali.

Ada apa dengannya?

“Glis, Bil, aku pulang duluan ya. Dah.” pamitku. Mereka pun mengangguk.

Aku berjalan keluar kelas dan berhenti sebentar di koridor kampus sambil mencoba menghubungi Niall. Aku khawatir terjadi sesuatu padanya sebab tak biasanya Niall meneleponku sebanyak ini.

“Hallo, Niall. Terjadi sesuatu padamu?” ucapku panik setelah Niall mengangkat panggilangku.

Ya, terjadi sesuatu padaku, Clarisa.”

"Apa itu?”

“Aku lapar." Ujarnya polos, "Dan aku merindukan masakanmu.”

Aku mendengus antara ini perasaan lega atau kesal, “Jadi kau meneleponku sebanyak 10 kali hanya untuk mengatakan ini? Mengatakan jika kau sedang kelaparan?”

Ya. Buatkan aku makanan.”

“Niall, kau membuatku panik setengah mati."

Aku sedang kacau. Tidak ada makanan disini.” Niall meringis.

Aku tahu Niall memang sangat berlebihan jika sudah menyangkut tentang makanan. Kekasihku hobi makan.

“Kau bisa memasak mie instan. Makan saja apa yang ada disana.” saranku. Namun Niall berdecit kesal.

Aku bosan, Clarisa.” Niall merengek.

“Niall, makan seadanya dulu. Jika nanti kita bertemu, aku janji akan memasakan apapun yang kau minta. Apapun Niall, ayolah sekarang kau makan. Aku tidak ingin kau sakit.”

Baiklah. Aku ingat janjimu. Apapun makanan yang aku minta kau harus memasaknya untuku. Oke baiklah, aku akan makan sekarang.

“Nah begitu baru Niall yang aku kenal, sekarang lebih baik kau..– AW!”

Sontak suaraku berubah menjadi jeritan keras ketika seseorang menarik lenganku dan hampir membuat ponselku terjatuh dari telinga.

Harry, dia yang menariku.

“Kau kenapa, sayang?” tanya Niall sedikit khawatir, yang pasti ia mendengar teriakan kecilku tadi. Niall tidak boleh tahu jika ada Harry disini.

“Tidak. Aku pulang dulu ya. Jadi aku harus menutup telepon. Nanti aku akan menghubungimu lagi. Bye.”

Aku langsung memasukan ponselku ke dalam tas. Harry meregangkan sedikit cengkaramannya pada lenganku.

“Ada apa lagi?”

“Aku ingin membicarakan tentang hal kemarin malam yang belum sempat aku katakan. Aku perlu bicara denganmu.”

“Jadi apa yang ingin kau bicarakan?”

“Tidak disini. Kau harus ikut denganku, Clar.” Harry menarik pergelangan tanganku. Namun aku menghentikannya dengan cepat.

“Tunggu. Apa tadi, Clar?”

Aku ingin mendengarnya mengulang menyebut kata Clar. Aneh rasanya jika seseorang memanggil namaku dengan kata depan, sedangkan Ibu sudah memanggilku dengan sebutan Risa atau Sa sejak kecil.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang