Chapter 44

1.9K 178 78
                                    

The songs :

Avril Lavigne - I'm With You

Austin Mahone - Shadow


***

Jantungku meloscos kaget mendengar suara yang sangat aku hafal betul itu. Dengan penuh keraguan, aku melepaskan ciuman Harry lalu menoleh ke belakang. Sial, itu benar Niall. Aku langsung melompat dari pangkuan Harry sambil merapikan sedikit kaosku yang terangkat.

Bibirku ingin mengeluarkan suara untuk menjelaskan tentang ini semua namun sayangnya bibirku bergetar hebat ketika tatapan Niall semakin tajam kearahku dan Harry.

Niall melangkah dengan penuh kepastian, jika aku tidak mengenal Niall mungkin aku dapat mengartikan tatapan Niall seperti ingin membunuhku dan Harry secara bersamaan sekarang juga.

"Niall, aku bisa jelaskan."

"Bajingan!"

Sebuah pukulan keras mendarat pada pipi Harry yang berhasil membuatnya jatuh tersungkur dan terdorong kearah meja kayu yang sangat keras itu. Aku hanya bisa menutup mulutku dengan tanganku ketika Harry melakukan hal yang sama terhadap Niall. Tidak akan ada yang mau mengalah diantara mereka.

"Kau berani mencium kekasihku. Kau memang bajingan besar Harry" Niall meninju perut Harry yang menimbulkan suara yang begitu keras.

"Dia mencintaiku, dia tidak mencintaimu sialan."

Harry tak mau kalah, dia menendang perut Niall dengan ujung kakinya. Niall terjatuh dipinggir meja yang membuat vas bunga yang ada diatasnya pecah karena terjatuh.

Lakukan sesuatu sebelum semuanya semakin kacau, ayo berfikir Clarisa.

Dengan setengah nyali yang kumiliki, aku berjalan mendekati mereka yang masih berkelahi. Mencoba melerai dengan berada ditengah mereka namun aku lah yang kali ini terjatuh tersungkur akibat pukulan salah satu tangan dari mereka.

Untung aku dapat menepis pukulan itu dengan lenganku, jika tidak aku jamin pipiku akan biru. Namun tetap saja lenganku terasa berkedut nyeri.

"Kau menyakitinya!" geram Harry sambil mengulurkan tangannya kearahku. Aku tak menanggapi, yang aku lihat hanya lah Niall yang sedang memijit keningnya.

Harry meraih kedua bahuku lalu membantuku untuk berdiri. Pelipis dan sudut bibirnya berdarah. Dipipinya terdapat luka yang membiru dan wajahnya masih tampak merah karena amarahnya yang meledak karena Niall.

"Kau tidak apa?" tanyanya berbisik. Aku yakin itu dapat dijangkau Niall karena tidak ada suara lain lagi diruangan ini.

"Aku tidak apa-apa, Harry" balasku sambil berusaha tersenyum kecil. Harry masih merangkulku yang sedikit susah menjaga keseimbanganku.

Niall masih diam, dia seperti menatap sebuah titik yang dia tangkap pada lantai yang diinjaknya. Kutatap Harry dan ternyata dia sedang menatapku. Tak kusadari air mataku mulai menetes, begitu pelan sehingga tidak mengeluarkan suara isakan.

"Jadi ini yang selama ini kau lakukan dibelakangku." Niall membuka mulut. Aku sudah tebak jika hal ini lah yang akan dia bahas sekarang.

Tenang Clarisa, kau bisa menyelasaikannya, batinku menyemangati.

Ku tarik dalam-dalam nafasku lalu kulepaskan tangan Harry yang sedari tadi menjagaku. Aku berjalan mendekati Niall yang sedang berdiri beberapa langkah didepanku. Dia masih menunduk dan enggan menatapku.

"Semuanya tidak seperti apa yang kau lihat, Niall."

"Apa yang aku lihat sudah jelas,Risa. Kalian berdua berciuman. Dia menciummu dan kau malah membiarkannya saja."

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang