Chapter 24

2K 239 4
                                    

Suara ketukan terdengar dipintu kamarku. Sedikit menganggu tidur nyenyakku dihari minggu pagi ini. Padahal kemarin aku tidur tengah malam setelah selesai berjalan-jalan dengan Harry. Namun niatku untuk bengun siang terkubur dalam kali ini. Sial. Menguap kecil, aku pun menarik selimutku dan turun dari atas kasurku. Berjalan dengan malas untuk membuka pintu kamarnya yang terus diketuk.

“Clarisa, aku heran padamu, kau selalu menjadi gadis yang malas dihari minggu” suara cempreng Glisa terdengar setelah aku membuka pintu. Dan parahnya ini kali kedua Glisa dan Sabila menganggu ditidurku dihari minggu.

“Kalian itu mau apa lagi pagi-pagi begini ke rumahku?” tanyaku sinis sambil mengacak rambutku yang memang sudah berantakan sebelumnya.

“Membawa kabar gembira untukmu. Kau pasti suka kejutan kita,Risa” Sabila berteriak kecil. Membuat telingaku berdenyut akan suaranya.

“Kejutan apa?”

Glisa dan Sabila menggaruk dagu mereka kompak seolah berfikir walau aku tahu mereka menyeringai kearahku. Wajah mereka yang seperti itu membuatku makin penasaran dengan apa yang mereka maksud dari ucapan mereka tadi.

“Kau benar-benar ingin mengetahuinya,Risa?” tanya Glisa yang kini seolah memancing emosiku. Mendengus kesal sambil berdecak pinggang didepan mereka.

“Aku tahu ini hanya akal-akalan kalian untuk mengerjaiku. Sayangnya itu bisa ditebak dan aku tidak akan tertipu. Lebih baik kalian pulang dari sini dan aku akan tidur kembali” aku menarik pintu ingin segera menutupnya namun dengan cepat mereka menarik pintu kamarku dengan arah yang berlawanan

“Apa lagi?” aku sedikit membentak.

Tanpa mengocehiku lagi, akhirnya mereka menarik pergelangan tanganku secara paksa. Menuruni tangga dan membawaku turun dari atas kamarku. Mereka berhenti tepat didepan pintu rumahku yang masih tertutup rapat. Aku menampakan wajah bingung dan mereka hanya membelas dengan sebuah cengiran lebar. Sedetik kemudian, mereka menarik pintu rumahku secara bersamaan.

Aku dapat melihat punggung seseorang yang berdiri diterasku dengan posisi membelakangiku. Aku yang penasaran pun melangkah maju secara perlahan. Perasaanku terasa aneh saat ini, antara percaya atau tidak dengan ucapan Glisa dan Sabila. Ini sebuah kejutan atau jebakan mereka? Seakan menghilangkan rasa penasaranku yang berlebihan, aku pun menggerakan satu tanganku untuk menyentuh pundaknya dari belakang namun belum sempat aku menyentuhnya, orang itu langsung berbalik kearahku.

“Selamat pagi sayang”

Dia ada didepan mataku. Berdiri sambil tersenyum manis kearahku dengan membawa setangkai bunga mawar ditangannya. Tubuhku terasa ingin jatuh sekarang. Jantungku juga berpacu tak karuan. Aku membelakan mataku lebar setelahnya aku mengucak-ngucak mataku seakan tak percaya dengan ini semua. Seperti mimpi memang, namun ini bukan hanya banyangannya saja. Niall, dia berdiri berdiri didepanku.

Aku langsung membawanya kedalam pelukanku. Bibir ini seolah tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun sekarang. Aku hanya ingin menuntaskan kerinduanku selama ini. Niall pun membalas pelukanku dengan erat. Sesekali memutar tubuh mungilku yang masih berada didekapannya.

“Niall, kau sudah kembali. Aku sangat merindukanmu” sebuah kekuatan membuatku bisa mengucapkan itu. Niall melepaskan pelukannya lalu menangkup wajahku dengan satu tangannya. Astaga, mata biru yang sangat aku rindukan.

“Aku juga merindukanmu,Risa. Sekarang aku datang untuk menepati janjiku selama ini. Aku kembali dan kau tidak akan sendirian lagi,sayang”

“Aku senang kau kembali Niall. Jangan tinggalkan aku lagi” aku kembali memeluknya. Bahkan rasanya aku tidak ingin melepaskannya lagi. Niall begitu sempurna dan aku sangat merindukan semua kesempurnaan yang dia miliki.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang