Chapter 19

1.9K 245 6
                                    

Mobil Harry pun berhenti tepat di halaman depan rumahku. Harry kembali menggendongku untuk masuk kedalam rumahku. Walau sekarang kepalaku sudah tak terlalu sakit seperti tadi dan seharusnya aku bisa berjalan sendiri. Harry merebahkan tubuhku diatas kasurku setelah kami tiba dikamarku.

"Apa yang bisa aku lakukan?" tanya Harry panik.

"Ambilkan obatku dilaci meja "

Aku menunjuk meja yang berada disamping tempat tidurku. Dengan cepat Harry langsung mengobrak-abrik isinya dan akhirnya ia menemukan dua bungkus obat dan satu vitamin.

"Kau harus minum!"

Harry mengeluarkan tiga capsul obatku dengan segelas air putih yang telah tersedia dimeja. Aku pun langsung menelan ketiga capsul obat itu lalu meneguk habis air yang ada didalam gelas.

"Sudah lebih baik?" tanyanya sambil kembali meletakan gelas kosong diatas meja. Aku pun mengangguk sambil mengistirahatkan kepalaku diatas bantal.

"Aku tidak apa-apa. Aku bisa mengurusi diriku sendiri, Harry."

"Kau sudah makan?" Harry malah mengalihkan pembicaraan. Aku menggeleng bahkan sejak kemarin siang aku belum makan. Semua itu karena dirinya.

"Kau harus makan. Aku akan membelikan bubur untukmu. Kau istirahat sekarang, nanti aku akan kembali kesini. Oke?" ucapnya dan aku tidak bisa menolaknya karena Harry sudah terlebih dahulu pergi meninggalkanku.

Ponselku yang berada didalam saku celana berdering. Bahkan sejak kemarin malam aku belum menyentuh ponselku sama sekali. Ada sebuah panggilan masuk dari Niall. Aku sangat ingin mendengar suara lebutnya ketika keadaanku seperti ini.

"Niall..," ucapku lembut setelah menempelkan ponselku ditelinga.

"Oh sekarang sudah dirimu yang mengangkat panggilannya. Ku fikir selingkuhanmu itu yang akan mengangkat teleponku lagi."

"Selingkuhanku? Apa maksudmu Niall?"

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, apa maksudmu kemarin bermalam dirumah bajingan itu,hah?" bentak Niall yang membuatku menjauhkan sedikit ponselku dari telinga. Aku tidak mengerti dengan semua ini.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu Niall. Siapa yang kau maksud sebenarnya?"

"Bahkan kau lupa dengan nama kekasih barumu itu. Bajingan bernama Harry itu kekasih barumu kan? Kau bermalam dirumahnya kemarin. Kau ini apa-apaan Risa!" Niall kembali membentak keras. Tak bisa kupungkiri air mataku sudah menetes sekarang. Aku benci dibentak kasar seperti ini.

"Sungguh aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa kau tiba-tiba menuduhku?"

"Kemarin bajingan itu yang mengangkat teleponku. Dia bilang jika kau sedang bersamanya bahkan aku ingat betul itu saat tengah malam. Apa yang kau lakukan dibelakangku?!"

Aku terdiam sejenak membiarkan bulir-bulir air mata ini membasahi pipiku. Mungkin saja ketika aku pingan kemarin Harry mengangkat panggilan Niall tanpa aku ketahui. Sampai Niall berfikir buruk padaku seperti ini.

"Kau salah paham,Niall. Kau harus mendengarkan penjelasanku" aku merintih seakan memohon padanya. Namun Niall malah terdiam diseberang sana.

"Sebaiknya kau jangan menghubungiku dulu Risa" Niall langsung memutuskan panggilannya sebelum aku berbicara. Ponsel yang aku genggam tadi terjatuh dengan sendirinya diatas kasurku. Sial, mengapa masalah tak henti menimpaku?

"Clar, kau harus makan sekarang" ucap Harry dari balik pintu kamarku. Dia datang dengan semangkuk bubur dan segelas air putih ditangannya.

"Apa yang telah kau lakukan Harry?" aku menatapnya sinis. Harry meletakan makanan diatas meja lalu ia duduk didepanku.

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang