☆ Vampire's Heart☆

57. Jiwa yang Membeku

"Suamiku, aku telah datang sekarang. Kini aku ada di sisimu. Tinggal menunggu beberapa waktu lagi, kita akan bisa bersama selamanya, tak terpisahkan. Jadi, bangunlah. Ku mohon  bangun, jangan berbaring di sini. Jangan menyerah untuk menunggu kedatanganku karena aku juga tak pernah menyerah untuk menunggu hari penyatuan kita kembali."

Dengan suara lembut dan penuh pengharapan  Ran memeluk tubuh Shinichi sambil membisikkan kata serta ucapan-ucapan yang manis. Sementara ia berbicara, cahaya dan suhu udara lambat laun mulai memberikan kehangatan pada malam.

Ran sepertinya mengeluarkan mana dan manteranya untuk hutan sekitar tempat mereka sekarang berada sembari terus berusaha mengembalikan nyawa Shinichi yang tersesat.

Sebagai seorang Goddess, ia tahu pasti bahwa kegelapan dan dinginnya malam akan mempersulit nyawa kekasihnya yang telah sudah terlalu jauh terjebak di pasungan tali kegelapan sana untuk kembali.

Oleh karena itulah, bukan hanya lewat untaian kata dari mulutnya saja, setiap mantera dan kekuatannya ia coba keluarkan dari anggota tubuhnya.

Ran terus saja mengalirkan mananya lewat buliran kata-kata yang ia bisikkan pada telinga Shinichi. Ia sengaja mengeluarkan magicnya dengan ucapan agar kehangatan bisa masuk ke tubuh Shinichi.

Saat ini Ran memang mengeluarkan mantera dari suaranya sebagai pengalir kekuatan suhu hangat sedang setiap pergerakan tangannya, ia coba alirkan mana cahaya agar kegelapan tiada.

Jadilah sekarang tempat tersebut terbungkus cahaya yang menghangatkan.
Dan Shiho juga dapat merasakan bahwa sekarang rasa dingin serta beku yang mengoyak tubuh menggigilnya tadi, mulai berkurang berganti rasa hangat yang pelan-pelan menyerap ke pori-pori kulitnya.

Shiho kini menarik magicnya lagi. Ia yakin kekuatan Ran yang saat ini raganya telah di pakai oleh malaikat cahaya jauh lebih dahsyat dan mampu melindungi ia beserta jasad Shinichi. Dan itu membuat Shiho merasa tenang meski sebagian hatinya masih ada perasaan was-was akan pertanyaan, bagaiamana sekarang keadaan Ran yang manusia berdarah murni.

Bersamaan dengan kembalinya malaikat cahaya saat ini, apakah dia benar-benar telah tiada ataukah ada kesempatan untuk----, ahh...

Shiho menepiskan pikirannya sendiri. Untuk saat ini, ia tak mau terbebani oleh perasaan apapun juga selain tentang nyawa Shinichi.

Bagi Shiho keselamatan Shinichi, teman masa kecil dan juga orang yang paling dia cintai selama hidupnya jauh lebih penting dari apapun. Untuk urusan Ran dan yang lainnya, dia tak ingin terlalu merasa bersalah dan banyak perpikir.

Lagi pula bagi Shiho, ketika anak-anak manusia itu telah datang ke sini, negeri mereka, artinya anak-anak manusia tersebut sudah tahu dan siap resiko apa yang akan terjadi. Bahkan bila kematianpun harus mereka alami di negeri asing ini, itulah takdir mereka sebagai mahkluk asing yang tiba-tiba tersesat di negerinya.

Terlebih lagi untuk Ran, bagamanapun,  dia merupakan reinkarnasi dari malaikat cahaya yang merupakan Goddess di negeri immortal ini. Sebagai yang mempunyai jiwa, tak mungkin ada dua jiwa bisa hidup dalam satu raga.

Kalaupun satu raga tersebut bisa di pakai oleh dua jiwa secara bersamaan, itu hanya bila dimensi dunia mereka berbeda.

Seperti Ran yang saat itu ada di dimensi dunia manusia, dimensi yang bisa terjangkau oleh kematian dan fana. Dimensi yang di sebut portal bumi.

Serta malaikat cahaya yang berada di dimensi dunia immortal, dimensi di mana semua abadi, tak ada kematian tak ada fana. Sebuah dimensi yang menaungi dan pemberi berkat pada beberapa tempat abadi seperti negeri Vampire, negeri bayangan, negeri kegelapan dan nirwana.

Dan sebagai penguasa dimensi immortal, tentu saja jiwa malaikat cahaya abadi, kekal dan tak akan bisa mati.

Kalaupun saat itu ia terluka dan ikut menyegelkan dirinya agar ia mampu menyegel Raja iblis pada peperangan beberapa ribu tahun lalu bukan berarti ia mati. Ia hanya di buat tidur dalam waktu sepanjang mungkin. Dan agar segelnya tak bisa bangun lagi serta kutukan ribuan tahun lalu tak akan terjadi.