Tempat Yang Hilang (Part-23)

490 42 0
                                    

Matahari senja dengan perlahan mulai membenamkan wujudnya ke balik awan kelabu. Langit tinggi yang tadinya masih memamerkan lukisan warna orange yang indah tergantikan dengan warna gelap. Di balik gunung sana, cahaya keemasan matahari masih sedikit menampakkan kilaunya, bercampur dengan suara angin gemerisik seolah ingin menciptakan suasana sedih.

Ran telah selesai melakukan semua pekerjaan yang di berikan oleh Shinichi. Ia lalu memanjat ke benteng kastil dan duduk di sana. Matanya kini ia fokuskan  memandangi langit tinggi yang bersiap-siap menyambut malam.

Kenangannya ketika di dunia perlahan-lahan muncul di fikirannya membentuk gambaran jelas pada bola matanya. Kenangan tentang orangtua, sahabat dan segala yang ia miliki di dunianya sana kini tampak nyata dalam fikiran, ingatan dan matanya.

Ran merasakan dan mengakui, kehidupannya di dunia Vampir ini sudah lebih stabil. Akan tetapi bagaimanapun, ia tetap merindukan rumahnya dan kehidupannya yang dulu. Hingga saat ini, cermin bintang lima☆ belum bisa ia temukan padahal hanya cermin itu lah satu-satunya cara dan jalan untuk bisa membawanya kembali ke dunia manusia.

Memikirkan semua itu, Ran menjadi merasa sedih. Sehingga tak terasa titik-titik bening mulai keluar dari kedua matanya dan membasahi pipi putih Ran.

"Hei, apa yang kau lakukan di sini?" Dari arah belakang terdengar suara Shinichi di sertai derap langkahnya mendekati Ran. Shinichi langsung menghentikan langkahnya di sisi Ran ketika ia melihat apa yang terjadi pada gadis itu.

Ran dengan gaun putih selutut. Rambut panjangnya berkibar-kibar tertiup angin malam. Pada kedua matanya terlukis warna pelangi dari percampuran kilau bintang yang sangat kecil dengan air di mata sana. Mata itu menggambarkan kesan kesedihan.
Gambaran yang kini berdiri di dekatnya, persis sama dengan potret gadis malaikat yang akhir-akhir ini muncul di tidur Shinichi dengan membawa suasana luka.

"Kenapa kau menangis?" Shinichi bertanya dengan lembut

"E-eh?" Ran terkejut ketika menyadari Shinichi yang tahu-tahu sudah ada di sampingnya. Dengan tergagap buru-buru ia usap air bening yang masih tersisa di wajahnya. Ia lalu memalingkan mukanya ke arah lain.

"Si-siapa yang menangis." Ran menjawab dengan ketus.

Shinichi melangkah untuk lebih mendekati Ran. Lalu ia tarik bahu Ran dan ia hadapkan ke arahnya.

Perlakuan Shinichi ini membuat Ran terkejut dan gugup.

"A-apa yang kau lakukan?" Dengan tergagap Ran bertanya pada Shinichi. Ia berusaha membebaskan tangan Shinichi dari bahunya tapi nihil hasilnya. Tangan Shinichi terlalu kuat untuk dilawan oleh Ran.

"Jangan bohong, jelas-jelas kau menangis." Masih tetap memegang kuat pundak Ran, ia tatap lekat wajah Ran yang membuat semburat mulai membias di kedua pipi Ran.

"Su-sudah ku bilang, aku tidak menangis. Kau jangan bercanda." Ran berteriak sebelum menjatuhkan pandanganya ke lantai sana.

Meskipun kau mencoba untuk menahannya akan tetapi genangan airmatamu itu masih terlihat jelas di sudut matamu." Dengan lembut tetapi tegas, Shinichi menarik kembali wajah Ran ke arahnya dan memegangi kedua pipi Ran.

"Dasar idiot," sungut Shinichi.

"Kau, jika ingin menangis maka menangislah. Mengapa harus mencoba menahan diri. Aku akan meminjamkan bahuku untukmu. Jadi menangislah sepuasmu." Shinichi meraih kepala Ran dan membawanya agar bersender di bahunya.

"Tidak perlu. Aku tidak butuh. Harus berapa kali aku katakan, bahwa aku tidak menangis." Dengan kasar Ran tampikkan tangan Shinichi yang masih berada d kepalanya.

"Hei, kau jangan keras kepala. Bagaimanapun, aku yang membawamu ke istana ini. Kenyamananmu, itu menjadi tanggungjawabku di depan paman dan bibi." Kali ini Shinichi berbicara dengan lebih lembut.

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang