Hilangnya Matahari (Part-21)

425 35 0
                                    

Lelaki tua itu terkejut. Matanya yang ketakutan memandangi bias-bias kabut hitam yang menyelimuti cermin. Hembusan angin yang terasa sangat aneh tiba-tiba bertiup memadamkan lilin-lilin di sekitarnya. Dan aroma itu, hembusan aneh dari angin tersebut membawa bau amis yang menyebar cepat dalam ruangan itu.

"Ada apa ini? Apa yang salah?" Sang Ratu bertanya khawatir.

"Seseorang baru saja melewati portal cermin batas dunia kita dan manusia." Orang tua itu menjawab dengan wajah memucat.

"Kenapa? Mungkinkah gadis itu telah menemukan jalannya untuk kembali?" Pertanyaan bernada cemas, kali ini keluar dari mulut Raja Yusaku.

Pak tua itu menggelengkan kepalanya dengan wajah khawatir.

"Tidak." Orangtua itu menatap dengan pandangan menjijikan ke kabut hitam yang masih mengelilingi cermin itu.

"Itu dari The Shadow Land. Mungkin mereka  telah menemukan cermin bintang lima☆ dan sekarang bisa saja mereka sedang berusaha dalam proses untuk menemukan jelmaan Malaikat Cahaya."

Sejenak wajah Raja Yusaku dan Ratu Yukiku membeku, ekpresi takut tak bisa lagi mereka sembunyikan.

"Jadi, apakah mereka---?" Raja Yusaku tidak meneruskan kata-katanya dan pak tua hanya terdiam tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Matanya menatap ke luar jendela, berusaha untuk menikmati keberadaan matahari senja yang mungkin saja sebentar lagi akan menghilang untuk selamanya.

Sementara di kamar tersebut di selimuti oleh ketegangan dan kecemasan. Di luar sana, tinggi di angkasa, sesosok bayangan putih terbang melintasi atap istana lalu melayang menuju ke The Shadow Land.
           ●●●●●●○○○○○●●●●●●
~~~~~~~~~~~~~▪▪▪▪▪▪▪▪~~~~~~~~~~~~

Sonoko perlahan terbangun. Dengan tubuh yang ia rasakan sangat lelah, perlahan ia coba untuk membuka matanya. Sekarang, tampak di depan matanya adalah ruangan yang sangat indah, sebuah pemandangan kamar yang di kelilingi oleh emas dan perak. Dan juga, berlian yang berkilauan tampak  menempel di bantal dan tempat tidur.

Sebenarnya, ini bukanlah hal yang menakjubkan untuk seorang putri kaya raya setingkat Sonoko. Hanya saja yang membuatnya terdiam saat imi adalah, tempatnya yang terasa begitu asing di mata Sonoko.

"Clik, krekk."

Pintu terbuka. Terlihat Gin masuk dan tatapannya langsung menyapu ke tubuh kecil Sonoko yang masih tersandar di sudut tempat tidur.

"Ka-kau siapa?" Sonoko bertanya dengan gugup dan rasa takut. Otaknya kini belum sempat mencerna apapun yang ada di hadapannya sekarang ini.

Gin tiba-tiba tersenyum yang di dalam peglihatan Sonoko, senyuman itu tidak lebih terlihat seperti seringai serigala yang sangat menyeramkan.

Mata Gin menatap ke tubuh Sonoko dengan buas. Ia terus berjalan mendekat ke arah Sonoko membuat Sonoko semakin ketakutan.

Ketika tepat berada di depan Sonoko. Gin lalu mmbungkuk, berusaha untuk meraih tangan Sonoko. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Sonoko yang masih meringkuk ketakutan.

"Akhirnya, aku menemukanmu." Senyum lebar kali ini tersungging dari bibir dingin Gin.

Sonoko menendang tubuh Gin, berusaha untuk menahan Gin agar tidak lebih mendekatinya lagi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak berhasil. Tubuh Gin sekeras besi baja di tangan Sonoko.

Gin mendekatkan bibirnya ke leher Sonoko dan menghirup aroma di sana.

"Darahmu sangat wangi, benar-benar membuat semua orang menginginkannya."

"Da-darah?" Sonoko bergumam lirih. Ia terlihat sangat ketakutan lalu menangis. Ia tidak pernah berfikir bahwa suatu hari, ia akan jatuh ke tangan iblis.

Meski Sonoko tidak mengenali orang di hadapannya ini, akan tetapi ia yakin, hanya iblis yang tertarik untuk membicarakan darah manusia lainnya. Dalam fikiran Sonoko, laki-laki di hadapannya ini bisa saja merupakan iblis yang menjelma dalam wujud kanibal.

"Tolong, lepaskan saya." Sonoko menjerit tertahan.

Akan tetapi sia-sia, permohonannya tersebut tak akan pernah di dengarkan oleh Gin. Kali ini, dengan tatapan seolah ingin menyantapnya, Gin mencengkram kuat kedua bahu Sonoko. Wajahnya semakin ia dekatkan ke wajah Sonoko. Dan bibir itu tinggal beberapa inci lagi akan bersentuhan dengan bibir Sonoko.

"Tokk ... tokk..."

Ketukan di pintu mengganggu kesenangan Gin dan itu membuat Gin merasa kesal. Ia lalu melepaskan cengkramannya pada tubuh Sonoko dan melangkah menuju pintu.

Setelah pintu terbuka seorang pelayan membungkuk sebentar sebelum masuk ke kamar itu. Pelayan itu lalu membisikkan sesuatu ke telinga Gin. Untuk beberapa saat Gin terdiam. Ia berbalik untuk melihat Sonoko sejenak lalu keluar.

"Nah, aku akan segera kembali, pengantinku!" Gin berkata dengan senyuman menakutkan sebelum akhirnya ia tutup pintu kamar itu.

Kata-kata Gin barusan membuat Sonoko menggigil. Sonoko buru-buru bangkit dari tempat tidur. Ia perbaiki sebentar pakaianya lalu berlari-lari kecil mengitari kamar itu untuk mencari jalan keluar.

Ruangan itu di bangun sangat kokoh dengan batu dan baja. Sedangkan semua pintu di kamar itu terkunci.

Sonoko berlari ke jendela dan membukanya. Ia dapat melihat ke bawah sana. Di sana terlihat sangat curam dan tinggi. Bisa di katakan bahwa ia sekarang berada di atap, entah atap sebuah gedung atau puncak yang begitu tinggi.

Sonoko kembali menutup jendela itu dan terduduk lemas di dinding bawah jendela. Air matanya pelan-pelan mengalir. Sampai sekarang Sonoko masih tidak mengerti, bagaimana bisa ia berada di tempat ini. Mengapa ia datang ke tempat ini dan mengapa ia bertemu dengan iblis itu. Apakah hidupnya akan berakhir dengan sangat menyedihkan bersama iblis itu?

Sonoko mengusap wajahnya yang basah. Nyala lilin tampak memudar di ruangan itu seperti ikut berbagi kesedihan dengan gadis muda di ruangan ini.

"Krekk"

Pintu sekali lagi terbuka. Dan sekali lagi, orang yang di anggap iblis itu, muncul dan berjalan ke arahnya.

"Sekarang, tidak ada yang menghentikan kita. Ha.. ha... haaa." Gin tertawa keras.

Sonoko bangkit dan melangkah mundur lebih mendekatkan tubuhnya ke jendela.

"Jangan mendekat, atau aku akan melompat." Dengan gemetar, tangan Sonoko kembali membuka jendela lebar-lebar.

Gin tersenyum dan terus berjalan mendekati Sonoko dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Gin meyakini bahwa gadis di depannya ini tak akan mungkin benar-benar berani untuk melompat ke bawah sana. Sebab Gin percaya bahwa gadis di depannya ini belum menyadari bahwa ia adalah jelmaan Malaikat Cahaya dan gadis ini tak akan sadar jika ia nemiliki kekuatan Godness.

Melihat Gin terus saja melangkah maju, Sonoko menelan ludahnya yang terasa mencekat di tenggorokan. Matanya kini menatap ke bawah sana, ke lembah curam yang bisa jadi akan menjadi pilihan terakhir hidupnya.

Dengan gerakan sangat cepat, Sonoko tiba-tiba menutup matanya dan menjatuhkan diri ke lembah curam itu. Bagi Sonoko sekarang, perwujudan iblis yang ada di hadapannya saat ini bahkan lebih menakutkan daripada sebuah kematian.

Gin terkejut melihat kejadian yang tak ia sangka-sangka itu. Dengan gusar dan dobrakan pintu ia berteriak marah, "CEPAT, TEMUKAN GADIS ITU UNTUKKU!!"

            :::::::::::::::::::::::::::::::::
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"bersambung^

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang