60. Terjebak di Hutan Kegelapan

419 26 5
                                    

Sementara di alam yang tak terjangkau dan tak terlihat oleh mata kehidupan fana, Shinichi masih dengan ketermanguannya melihat suasana tempat ia sekarang yang jauh berbeda dari beberapa detik lalu. Dan di sini, di alam lainnya lagi, di sebuah hutan. Pada tempat di mana Ran, Shiho, serta tubuh Shinichi sekarang berada. Ran yang sudah terhipnotis oleh kekuatan Malaikat Cahaya masih menangis melihat tubuh Shinichi yang semakin dingin dan membeku.

Di tempat lainnya, pada beberapa kilometer dari hutan ilusi, tampak Kaito yang berjalan dengan terseok sambil memapah tubuh Sonoko yang terlihat sangat lemah.

"Kaito, apa tidak sebaiknya kita istirahat sejenak?" Dengan napas terengah dan suara yang payat, Sonoko bertanya.

"Kau sudah terlihat sangat kelelahan menggendongku. Lebih baik kau kumpulkan dulu tenagamu di sini."

"Tunggu sebentar lagi, Sonoko," sahut Kaito masih melanjutkan langkah kakinya yang memang mulai oleng dan tertatih.

"Walaupun kita sudab bisa lepas dari para iblis tersebut akan tetapi hutan yang saat ini kita lewati masih terjangkau oleh mata mereka. Kita harus pergi lebih jauh lagi agar mereka tak sempat mengejar dan menemukan kita dengan mudah.

"Kalau begitu kau turunkan saja aku. Kakiku sudah tidak sakit, badanku juga sudah tidak terlalu lelah."

"Tapi----,"

"Jangan khawatit, aku masih bisa berjalan pelan," balas Sonoko tertawa renyah.

Mendengar tawa Sonoko yang walaupun pelan akan tetapi terkesan lepas, Kaitopun akhirnya menuruti keingunan Sonoko untuk tidak digendong lagi.

Bukan karena Kaito tak sanggup lagi mengangkat beban tubuh Sonoko akan tetapi sebagai seorang nendapat berkat mana dari lahir, ia mampu menakar dan merasakan aura dari orang-oranf di sekitarnya baik dari suara maupun warna kulit orang tersebut.

Dan untuk Sonoko, hanya mendengar tawa renyahnya saja, ia sudah bisa menakar kekuatan fisik Sonoko. Kaito yakin seperti yang Sonoko katakan tadi. Fisikny kini sudah tidak apa-apa sehingga ia bisa berjalan sendiri. Kalaupun Sonoko terlihat lemas, itu hanya karena kelelahan dan rasa haus yang ia tahan. Mulai dari pelariannya dikuil tadi, setetes air dan benda apapun tak ada masuk ke perutnya. Mereka berdua terlalu fokus untuk melarikan diri sehingga rasa lapar dan haus cenderung mereka abaikan bahkan tak terasa sama sekali.

Dan sekarang, setelah mereka berjalan agak jauh dari markas The Shadow, rasa lapar dan haus yang tadi tidak ada tiba-tiba saja terasa dan tentu itu membuat mereka merass lemas.

"Kita berjalan ke arah sana, Sonoko."

Kaito menunjuk ke arah barat hutan tersebut.

"Setahuku di sana ada beberapa pohon yang menghasilkan buah-buahan yang tak beracun dan bisa untuk kita konsumsi sebagai pengganjal perut," ucap Kaito sambil menurunkan Sonoko dari gendongannya.

Sonoko mengangguk dan mengikuti langkah Kaito yang berjalan dengan pelan. Sepertinya Kaito memang sengaja melangkah dengan langkah-langkah kecil dan lambat. Ini ia lakukan agar Sonoko yang masih lelah dan tak bisa berjalan cepat tak tertinggal darinya.
***

Setelah berjalan kurang dari 30 menit, Kaito menghentikan langkahnya tepat di bawah sebuah pohon besar yang rindang. Pada pohon itu terlihat jelas pemandangan yang menggiurkan.

Buah-buahan berwarna peach berukuran sebesar buah apel sangat lebat bergelantungan dari cabang-cabang pohon seolah mengundang yang melihat untuk memetiknya dengan sepuas hati.

"Lihat----."

Kaito menunjuk ke atas rindangnya pohon di bawah mereka sekarang.

"Ini buah persik nirwana yang memang sering tumbuh pada hutan-hutan terlarang. Buah persik ini tidak beracun dan rasanya sangat manis serta berserat dan berair. Sehingga kalau kita memakannya, satu biji saja, maka rasa segarnya akan mampu menghilangkan rasa lapar sekaligus dahaga kita selama tiga hari penuh. Jadi kita istirahat saja di sini sambil mengisi perut."

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang